Kebrutalan Islamic State masih terus menghantui. Tindak tanduk kelompok teror itu menunjukkan bahwa mereka adalah gerakan atheis paling sinis dalam sejarah modern. Komentar Kersten Knipp.
Iklan
Bagaimana logika kejahatan berbentuk, bisa dilihat dari banalitas di lapangan. Setahun silam kelompok Islamic State menyerbu pemukiman kelompok Yazidi. Ribuan dibantai. Perempuan diculik, diperkosa dan dijual sebagai budak. Ampun cuma diberikan buat mereka yang mau masuk Islam.
"Kami dulu hidup di dalam kegelapan," kata salah seorang yang dipaksa pindah agama. "Sekarang kami hidup dalam cahaya." Ungkapan yang terakhir mencerminkan keyakinan kelompok teror tersebut.
Karena siapapun yang hidup dalam "cahaya" boleh bertindak apapun. Al-Quran dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga memberikan dalih untuk pencurian, pembunuhan dan pemerkosaan atas dasar agama.
"Kami adalah dewa kalian"
"Mereka melakukan hal-hal keji terhadap kami," kata seorang warga Yazidi yang berhasil melarikan diri. Bukti-bukti lain mengungkap derita yang mereka alami. Bahkan bocah perempuan berusia tujuh atau delapan tahun dijual kepada pria paruh baya.
Seorang perempuan Yazidi melaporkan, dirinya dijual sebanyak 20 kali. Ketika ia mencari perlindungan pada agama, gerilayawan IS mencibir. "Lupakan agama kalian," seru salah satu pelaku pemerkosa, "kami adalah dewa kalian."
Sebaris kalimat tersebut menunjukkan kuasa yang mereka hadiahkan untuk diri sendiri. IS adalah gerakan atheis paling sinis dalam sejarah modern. Mereka tidak menyembah Tuhan, melainkan berperan sebagai penguasa semesta.
Korban Kebiadaban Islamic State
Kebrutalan aksi kelompok Islamic State terhadap warga sipil membuat dunia merasa ngeri dan marah. Berikut beberapa aksi biadab milisi teror ini di tahun 2015.
Foto: Social media website via Reuters TV
Serangan di Paris
ISIS melancarkan sejumlah aksi teror di Paris, Perancis: penembakan di restoran, penyanderaan di gedung konser Bataclan dan serangan bom di sebuah bar dan dekat stadion sepak bola. Sedikitnya 130 orang tewas dan ratusan orang lainnya cidera akibat serangan kelompok ini.
Foto: Reuters/Ph. Wojazer
Eksekusi Massal
15 Februari 2015, dunia dikejutkan dengan video yang menunjukkan pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir. Kelompok militan Libya yang berafiliasi dengan Islamic State menangkap ke 21 warga Mesir ini pada bulan Desember 2014 dan Januari lalu.
Foto: bilderbox
Dituduh Mata-mata
9 Februari 2015, kelompok teror Mesir Ansar Bait al-Maqdis, yang pada November 2014, menyatakan bergabung dengan IS, mengeluarkan video pemenggalan delapan warga Beduin. Mereka dituduh sebagai mata-mata Mesir dan Israel.
Foto: Getty Images/J. Moore
Pejuang Kurdi
Hujam Surchi, seorang anggota pejuang bersenjata Kurdi Peshmerga (foto), terluka dan ditangkap IS saat pertempuran di Mossul, Irak, pada 6 Agustus 2014. Video pemenggalan ayah dari 11 anak ini dikelurkan IS pada 25 Januari 2015.
Foto: picture-alliance/dpa/David Ebener
Dibakar Hidup-hidup
3 Februari 2015 Teroris Islamic State menunjukan kebrutalannya dengan menunjukkan video aksi mereka membakar hidup-hidup pilot Yordania Muath al-Kasaesbeh (26) hingga tewas. Pilot pesawat tempur F-16 itu ditangkap Desember 2014 karena pesawatnya jatuh saat melakukan misi serangan ke posisi IS di timur laut Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Berupaya Menolong
Kenji Goto ditangkap IS di Suriah pada Oktober 2014, saat ia berupaya meminta pembebasan Haruna Yukawa, pekerja Jepang di Suriah. 31 januari 2015, IS mengeluarkan video pemenggalan wartawan Jepang ini.
Foto: Reuters/www.reportr.co via Reuters TV
Korban Pertama dari Jepang
Haruna Yukawa dipancung IS pada Januari 2015. Kontraktor jasa keamanan bagi pekerja Jepang di wilayah konflik ini ditangkap oleh milisi IS pada 14 Agustus 2014.
Foto: Reuters/Yuya Shino
Lewat Jejaring Sosial
17 pria warga Deir ez-Zor, Suriah, dipancung pada Januari 2015. Foto-foto aksi biadab IS ini disebarkan lewat Twitter.(Foto: kampanye IS di Twitter)
Foto: picture-alliance/AP Photo
Ribuan Korban Lainnya
Belum diketahui dengan pasti berapa jumlah keseluruhan korban kebrutalan IS, sejak kelompok teror ini bangkit di tahun 2014. Pertengahan November 2014, para pengamat memperkirakan, sedikitnya 1500 warga Suriah tewas akibat kekejaman IS.
Foto: Social media website via Reuters TV
9 foto1 | 9
Memanfaatkan Peluang
IS adalah organisasi internasional. Anggota dan simpatisannya berasal dari berbagai negara di dunia. Mereka pun memiliki ideologi politis yang berbeda-beda. Sebagian tumbuh di sistem demokratis, yang lain hidup di bawah payung diktatur dan sistem otoriter lain.
Artinya biografi anggota IS tidak bisa disatukan dalam satu atap. Terutama teori yang menyebut bahwa kaum jihadis berperang karena tidak adanya pengakuan sosial dan budaya dari lingkungan asalnya.
Sederhananya, mereka menjadi brutal karena diberikan kesempatan. Mereka membunuh, memerkosa dan menyiksa manusia karena mereka mampu memanipulasi agama untuk membenarkan tindakan keji tersebut.
Maka IS bukan cuma lawan militer, melainkan juga musuh ideologi. Sebab itu ulama dan tokoh Islam, terutama dari kelompok Sunni, menghadapi tantangan besar, yakni mengungkap akar tak bertuhan kelompok Islamic State.
Dr. Kersten Knipp adalah wartawan senior Jerman dan sejak 10 tahun malang melintang di dunia Arab. Saat ini Knipp bekerja untuk berbagai media, termasuk di antaranya Deutsche Welle.
Lara Tak Berbatas: Nasib Kaum Yazidi Irak
Ketika musim dingin menyapa, pengungsi menghadapi masa-masa sulit. UNHCR memperkirakan terdapat satu juta pengungsi domestik di Irak, kebanyakan kaum Yazidi yang terusir oleh Islamic State
Foto: DW/Andreas Stahl
Yang Terusir dan Mengungsi
Menurut badan PBB urusan pengungsi, UNHCR, Irak kini memiliki sekitar satu juta pengungsi domestik. Kebanyakan bergerak ke arah utara untuk mencari kehidupan baru di kawasan Kurdi.
Foto: DW/Andreas Stahl
Dalam Pelarian
Kebanyakan pengungsi domenstik di utara Irak adalah kaum Yazidi. Ketika geriliyawan Islamic State menyerang pegunungan Sinjar, yang selama puluhan tahun menjadi rumah kelompok minoritas itu, sebagian meninggalkan harta benda dan mencari tempat berlindung di utara.
Foto: DW/Andreas Stahl
Bertahan Hidup
Nyaris mustahil buat Lembaga Swadaya Masyarakat dan pemerintahan Kurdistan buat membantu semua pengungsi yang melarikan diri ke utara Irak sejak awal Agustus. Mereka yang tidak mendapatkan tempat di dalam kamp pengungsi, terpaksa bertahan hidup tanpa bantuan apapun.
Foto: DW/Andreas Stahl
Mencari Atap
Kelangkaan tempat di kamp pengungsi memaksa banyak warga Yazidi hidup dan tinggal di bangunan terbengkalai atau gedung-gedung sekolah di utara Irak.
Foto: DW/Andreas Stahl
Maut di Puncak Sinjar
Tidak semua orang cukup beruntung bisa melarikan diri ketika teroris Islamic State menyerang desa-desa di sekitar gunung Sinjar. Kebanyakan dieksekusi atau tewas ketika mencoba melawan militan bersenjata lengkap. Peristiwa berdarah itu dikenal dengan nama "pembantaian Sinjar"
Foto: DW/Andreas Stahl
Tanpa Uluran Tangan
Musim dingin yang sudah di depan mata bakal mempersulit situasi keluarga Yazidi yang hidup di bangunan terbengkalai. Ketiadaan uang untuk makan atau setidaknya membeli selimut adalah kekhawatiran terbesar. Bantuan internasional bisa menyelamatkan kehidupan yang terancam.
Foto: DW/Andreas Stahl
Rumah Seadanya
Bangunan kosong ini dijadikan rumah dan tempat berlindung oleh sekitar 40 keluarga Yazidi yang mengungsi usai pembantaian Sinjar
Foto: DW/Andreas Stahl
"Menunggu dan Berharap"
Pengungsi Yazidi dijanjikan akan mendapat kamp pengungsi baru. Namun hingga kini belum terlihat adanya upaya serius membangun tempat berlindung buat kaum terusir itu. "Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah menunggu dan berharap," kata salah seorang pengungsi.
Foto: DW/Andreas Stahl
'Binasakan Rumah Kami'
Sebagian besar kaum Yazidi mendesak AS dan koalisinya agar melancarkan serangan udara terhadap kampung halamannya sendiri yang diduduki kelompok teror IS. "Tolong, ledakan rumah saya," kata seorang Yazidi yang meyakini satu-satunya cara menghalau IS adalah dengan serangan udara.
Foto: DW/Andreas Stahl
Lindungi Masa Depan Mereka
Seorang bocah Yazidi bermain di sebuah area konstruksi di utara Irak. Masa depan mereka adalah salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat internasional. Selama IS masih bergeliat, bocah-bocah ini masih akan hidup dalam pelarian tanpa kehidupan normal.
Foto: DW/Andreas Stahl
Terusir dari Tempat Pelarian
Seakan kondisi para pengungsi belum cukup mengenaskan, pemilik gedung tempat bernaung kaum Yazidi selama hampir tiga bulan, mengusir mereka keluar. "Kami tidak punya tujuan. Buat kami mustahil pergi hingga kamp pengungsi baru selesai dibangun," kata salah seorang pengungsi.
Foto: DW/Andreas Stahl
Tertinggal di Sinjar
Seorang remaja berpose di depan kamera. Banyak pengungsi Yazidi meninggalkan anggota keluarga dan sanak saudaranya di pedesaan Sinjar. Hingga kini tidak ada yang tahu nasib mereka.