Kelompok teror Islamic State menggandakan jumlah kekuatannya di Libya menjadi sekitar 6000 gerilayawan dalam 18 bulan terakhir. Di sana ISIS harus berhadapan dengan milisi-milisi lokal.
Iklan
Ketika wilayah kekuasaan Islamic State di Irak dan Suriah dibombardir oleh militer barat, kelompok teror itu mulai serius membangun basis kekuatan di utara Afrika. Di Libya Islamic State saat ini bercokol di kota Sirte.
Kelompok teror itu juga memiliki kelompok gerilayawan di Derna dan Benghazi, serta Sabratha di bagian barat.
"Di Benghazi dan Derna, kelompok oposisi bersenjata Libya bertempur melawan Islamic State dan mempersempit ruang gerak mereka. Di Sabratha situasinya serupa," ujar Jendral David Rodriguez, Komandan Militer AS di Afrika.
"Aksi mereka memperlambat pertumbuhan ISIS di berbagai wilayah di Libya," tuturnya merujuk pada laporan intelijen AS. Geliat ISIS di Libya memicu kekhawatiran pemerintah negara barat yang mengkhawatirkan situasi seperti di Irak dan Suriah.
Sejak 2014 Libya terbelah antara pemerintahan tandingan di Tripoli yang didukung koalisi longgar berbagai kelompok bersenjata dan pemerintahan transisi Libya yang disokong barat. Kepada pemerintahan transisi lah barat berharap dalam perang melawan ISIS.
"Tantangan pemerintahan transisi adalah menyatukan berbagai kelompok demi masa depan Libya dan untuk menghalau ancaman ISIS," kata Rodriguez. Namun begitu sang jendral menepis kekhawatiran ekspansi teritorial di Libya seperti yang dilakukan ISIS di Suriah dan Irak.
"Mereka tidak punya penduduk lokal yang memahami Libya seperti yang mereka miliki di Irak dan Suriah," ujarnya. "Penduduk Libya juga punya pendekatan berbeda terhadap warga asing, jadi semuanya ikut berdampak."
Beberapa tahun silam Amerika Serikat melancarkan serangan udara yang membidik Islamic State. Namun saat ini operasi semacam itu cuma akan dilakukan jika terdapat ancaman langsung terhadap kepentingan Amerika di negara tersebut, kata Rodriguez.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.