Kelompok separatis muslim Filipina mewanti-wanti pemerintah pusat terhadap penyusupan jihadis ISIS dari Timur Tengah, Malaysia dan Indonesia. Mereka diyakini sedang menyiapkan serangan terhadap dua kota di Mindanao.
Iklan
ISIS sedang bergeliat dan merencanakan Marawi kedua di selatan Filipina: Peringatan tersebut dilayangkan punggawa kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF), Murad Ebrahim. Sosok yang selama berpuluh tahun mengobarkan perang melawan pemerintah pusat itu kini membantu militer meredam teror Islamic State.
Sejak berdamai dengan pemerintah, MILF berusaha menghadang infiltrasi ideologi ISIS di madrasah dan universitas. "Mereka terus menyusup di sini karena mereka terusir di Timur Tengah dan membutuhkan tempat baru," katanya. "Peluang terjadinya Marawi kedua tidak bisa dipungkiri."
Murad mengklaim memiliki bukti intelijen bahwa jihadis asing dari Timur Tengah, Malaysia dan Indonesia "menyeberangi perbatasan dan merencanakan pendudukan terhadap dua kota di selatan, Iligan dan Cotabato," ujarnya. Jihadis yang terlibat perang di Marawi mengosongkan gudang amunisi, mencuri uang dan perhiasan milik gerilayawan MILF sebelum hengkang.
Marawi Setelah ISIS
Setelah lima bulan dilanda perang, kota Marawi kini tinggal puing dan reruntuhan. Filipina menghadapi jalan panjang menuju pembangunan kembali. Namun tugas terbesar adalah meredam geliat terorisme yang tak kunjung padam.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Ladang Pembantaian
Ketika senjata berhenti menyalak dan tank-tank militer mulai kembali ke barak, Marawi perlahan mati dalam diam. Selama lima bulan kota berpenduduk 200.000 jiwa itu berada dalam cengkraman kelompok Islamic State. Sudut kota yang tadinya ramai manusia, kini menjelma menjadi ladang pembantaian.
Foto: picture-alliance/AA/J.Maitem
Lumpuh dan Sekarat
Lebih dari 1000 kombatan, termasuk jihadis asing, melepas nyawa untuk Marawi. Sekitar 600.000 penduduk yang hidup di dalam dan luar kota terpaksa mengungsi. Infrastruktur vital seperti pembangkit listrik atau rumah sakit sejak lama berhenti beroperasi.
Foto: Reuters/R. Ranoco
Serdadu di Garda Depan
Pemerintah Filipina memperkirakan pembangunan kembali kota Marawi akan menelan biaya hingga 1,1 miliar Dollar AS. Militer, polisi dan pemadam kebakaran bahu membahu membangun kota dan desa-desa yang luluh lantak oleh perang. Fokus terbesar saat ini adalah membersihkan semua kawasan dari ranjau warisan peperangan.
Foto: Reuters/R. Ranoco
Bantuan Pertama
Setelah pemerintah di Manila mendeklarasikan kemenangan atas ISIS pada Senin (24/10), penduduk perlahan mulai kembali ke Marawi buat menata kembali kehidupan di antara reruntuhan perang. Presiden Rodrigo Duterte menerbitkan perintah presiden buat membentuk satuan tugas pembangunan kembali Marawi dengan anggaran sebesar 20 miliar Peso atau sekitar 5,2 triliun Rupiah.
Foto: Reuters/R. Ranoco
Monumen Kehancuran
Arsitek Filipina, Felino Palafox Jr., yang ikut membantu pembangunan kembali mengusulkan agar puing-puing kota dijadikan monumen untuk mengingat bagaimana sebuah kota bisa jatuh ke tangan teroris. "Agar bisa menjadi pelajaran bagi generasi mendatang," katanya.
Foto: Reuters/R. Ranoco
Meredam Terorisme
Namun begitu pembangunan fisik bukan tantangan terbesar pemerintah Filipina. Pengamat keamanan mengkhawatirkan kelahiran generasi baru jihadis yang lebih terlatih dan tanpa ampun setelah melihat dan mengalami kekalahan di Marawi. Meredam geliat teror hingga ke akarnya dianggap "tugas terbesar yang dihadapi pemerintah," kata politisi Filipina, Macabangkit Lanto.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
6 foto1 | 6
"Ketika anggota MILF melarikan diri, mereka tidak bisa membawa hartanya. Itu sebabnya ISIS kini punya banyak uang dan menggunakannya untuk merekrut jihadis baru," kata Murad. Menurutnya kombinasi antara lemahnya pengaruh pemerintah pusat, keberadaan kelompok separatis dan konflik berkepanjangan membuat Mindanao surga senjata ilegal.
"Sangat menyedihkan bagaimana di negari ini orang bisa membeli senjata dan amunisi semudah membeli ikan di pasar."
Perdamaian di Mindanao saat ini bergantung pada Undang-Undang Otonomi yang sedang digodok pemerintah Filipina dan merupakan bagian krusial dari perjanjian damai dengan kelompok separatis muslim. "Jika UU ini tidak lolos, saya kira situasinya akan berkembang di mana kelompok ekstremis akan merekrut lebih banyak jihadis, karena keyakinan pada proses perdamaian akan runtuh," ujarnya lagi.
Marawi: Menyerah atau Mati
Pertempuran terus berkobar antara milter Fillipina lawan milisi ISIS yang masih kuasai sebagian kota Marawi. Sejauh ini 100 orang tewas, beberapa diantaranya jihadis asing. Kota dinyatakan kawasan darurat perang.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Jihadis ISIS Masih Bertahan
Militer Filipina belum berhasil sepenuhnya membebaskan kota Marawi dari cengkraman jihadis Islamic State (ISIS). Sampai hari ke-8 operasi militer, masih terus terdengar kontak senjata di jalanan kota di selatan Filipina itu.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Kibaran Bendera Hitam Teroris
Milisi gerombolan "Maute" menyerang kota dan mengibarkan bendera hitam ISIS, setelah militer menangkap salah satu pentolannya di kota Marawi. Milisi Maute di Mindanao telah menyatakan kesetiaan kepaada kalifat ISIS.
Foto: Reuters/E. de Castro
Korban Tewas di Pinggir Jalan
Teroris kalifat Islamic State (ISIS) menunjukkan kebrutalannya dalam perang melawan tentara pemerintah Filipina. Kaum jihadis juga tak kenal ampun membunuh anak-anak
dan melemparkan jasadnya ke parit di pinggir jalan.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Helikopter Ganggu Puasa Ramadan
Militer Filiipina juga gempur jihadis "Maute" dari udara menggunakan helikopter. Seorang jurubicara pemerintah meminta maaf kepada warga Muslim Marawi, karena dengan itu menganggu ibadah puasa mereka.
Foto: Reuters/E. de Castro
Darurat Militer Basmi Separatisme
Presiden Rodrigo Duterte menetapkan status darurat perang di kawasan Marawi dan sekitarnya. Ia juga menyerukan kelompok separatis moderat untuk bergabung dalam ketentaraan. Sejak tahun 1960-an militer berperang untuk menumpas kaum separatis Muslim di kawasan selatan Filipina.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Warga Mengungsi
Lebih 90 persen penduduk kota Marawi telah mengungsi meninggalkan kotanya yang dikoyak pertempuran. Banyak yang tergesa-gesa dan panik menyelamatkan diri dengan meninggalkan harta benda miliknya.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Marawi Membara
Kontak senjata hebat terus terjadi di sejumlah bagian kota. Marawi kian membara. Jumlah korban tewas terus bertambah, banyak jasad bergelimpangan di jalanan. Organisasi bantuan lokal melaporkan lebih 100 orang tewas dalam pertempuran.
Foto: Getty Images/J. Aznar
Terkepung dan Mengharap Evakuasi
Lebih 2000 warga masih terjebak di dalam kota dan mengharap segera dievakuasi. Saat ini mereka tersebar di 38 kamp penampungan sementara di kota Marawi yang terus dikoyak kontak senjata.
Foto: Reuters/E. de Castro
Yakin Menang
"Mereka yang tidak mau menyerah, akan mati". Begitu ancaman jurubicara militer terhadap jihadis "Maute" di kota Marawi. Tapi militer masih harus bekerja keras bertempur melawan kaum militan, untuk merebut kawasan kota, jalan demi jalan dan rumah demi rumah. Penulis: Peter Hille (as/ml)