1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeSuriah

ISIS Duduki Penjara Teroris di Suriah Kurdi

24 Januari 2022

Pertempuran antara milisi Kurdi dan gerilayawan ISIS yang bercokol di penjara Gweiran di timur laut Suriah memasuki hari keempat. Diperkirakan, sebanyak 3.500 tersangka teroris Islamic State mendekam di lapas tersebut.

Gerilyawan Islamic State yang ditahan oleh pasukan Kurdi dalam serangan terhadap Penjara Gweiran, Hassakah, Suriah.
Gerilyawan Islamic State yang ditahan oleh pasukan Kurdi dalam serangan terhadap Penjara Gweiran, Hassakah, Suriah.Foto: Kurdish-led Syrian Democratic Forces/AP/dpa/picture alliance

Sejumlah tersangka dikabarkan berhasil melarikan diri, sejak seratusan gerilyawan ISIS menduduki penjara Gweiran di kota Hasakah, timur laut Suriah yang dikuasai kelompok Kurdi, pada Kamis (20/1) malam lalu. Serangan ini dilaporkan sebagai operasi militer terbesar Islamic State (ISIS) sejak jatuhnya kekhalifahan pada 2019 silam.

Saat ini pasukan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat, mengklaim sudah berhasil mengepung para penyerang. Hingga Senin (24/1), antara 150 hingga 200 militan ISIS dilaporkan masih bercokol di salah satu sayap lapas. Setidaknya sebanyak 27 serdadu SDF tewas dalam pertempuran tersebut.

Gweiran yang menampung 3.500 tersangka gerilayawan atau simpatisan ISIS, termasuk 600 anak-anak, merupakan penjara teroris terbesar di Suriah saat ini. 

Juru bicara SDF, Farhad Shami, mengatakan ISIS menggunakan ratusan anak-anak itu sebagai tameng hidup ketika membentengi diri di dalam penjara. Sebabnya serangan secara langsung tidak dimungkinkan.

Foto yang disediakan Syrian Democratic Forces menampilkan pejuang Kurdi mengelilingi kendaraan tempur yang digunakan Islamic State dalam serangan di Hassakah, Jumat (21/1).Foto: SDF/AP photo/picture alliance

Hal ini ditanggapi Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, dengan menuntut pembebasan sandera di bawah umur, sembari memperingatkan gelombang kekerasan bisa menyebar ke lapas lain yang menampung tersangka gerilayawan atau keluarga Islamic State.

Darurat perang di Hasakah

"Meskipun sudah takluk secara militer, Daesh (Islamic State) masih merupakan ancaman eksistensial terhadap kawasan ini,” kata Mayor Jendral John Brennan, seorang perwira militer AS yang menggalang operasi militer  gabungan melawan ISIS

"Karena kapabilitasnya yang hancur, masa depan Daesh bergantung pada kemampuan mereka merekrut atau mengumpulkan pejuang baru lewat upaya-upaya yang menyedihkan,” seperti serangan terhadap penjara, imbuhnya.

AS mengklaim militan IS mengosongkan gudang senjata dan berusaha merusak fasilitas baru yang sedang dibangun di samping kompleks penjara Gweiran. Siamand Ali, juru bicara lain SDF, mengatakan IS berusaha melancarkan dua serangan terhadap penjara al-Sinaa pada Minggu (23/1). Keduanya berhasil digagalkan, kata dia.

Sejak Senin, pemerintah Kurdi menetapkan jam malam untuk sepanjang pekan demi mencegah IS mengirimkan bala bantuan bagi mereka di dalam penjara. Kemarin, sebuah helikopter militer dikabarkan terbang mengelilingi kota untuk menyebar pamflet yang meminta warga melaporkan pribadi mencurigakan. Ratusan warga sipil mulai mengungsi keluar dari kota, lapor AP.

Islamic State sendiri merayakan serangan di Hasakah sebagai kesuksesan. Melalui kantor berita Aamaq, kelompok tersebut mengklaim operasi diawali oleh serangan bunuh diri oleh dua gerilyawan asing dengan menggunakan dua truk berisi bom yang meledak di dekat gerbang utama penjara.

Dua unit tempur melanjutkan serangan dengan menyerbu lapas dan sebuah pos serdadu kurdi, serta memotong jalur bantuan bagi serdadu SDF. Sementara di dalam, narapidana IS menggalang kerusuhan dan menyandera petugas penjara. Setidaknya sebanyak 800 militan telah dibebaskan, klaim ISIS.

rzn/hp (ap, afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya