PM Israel Benjamin Netanyahu sempat mengancam Selandia Baru menjelang disahkannya resolusi DK PBB ihwal pemukiman Yahudi di Palestina. Netanyahu mengatakan dukungan Wellington akan ditafsirkan sebagai deklarasi perang.
Iklan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Nentanyahu, dikabarkan mengancam menteri luar negeri Selandia Baru lantaran mendukung resolusi PBB yang melarang pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Menurut laporan media-media Israel, Netanyahu menegaskan sikap Wellington akan ditanggapi sebagai "deklarasi perang."
Netanyahu sempat menelpon Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully hanya beberapa jam menjelang pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada Jumat (16/12) silam. Kepada McCully ia mengatakan "ini adalah sebuah skandal. Saya meminta anda untuk tidak mendukung dan mempromosikan resolusi itu."
"Jika anda tetap mendukung resolusi, dari sudut pandang kami itu adalah sebuah deklarasi perang. Keputusan itu akan merusak hubungan diplomasi dan akan memicu konsekuensi. Kami akan memanggil duta besar kami ke Yerusalem."
Namun McCully tetap bersikukuh. "Resolusi ini sudah sesuai dengan kebijakan kami dan kami akan tetap mendorongnya," tukasnya kepada Netanyahu.
Luka Palestina di Hari Nakba
Ketika Israel merayakan kemerdekaan, warga Palestina meratapi hari pengusiran. Perang Arab-Israel 1948 yang dikobarkan demi Palestina, menyusut menjadi konflik kepentingan para raja yang dimabuk ambisi teritorial
Resolusi Berujung Perang
Pada 29 November 1947 Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakhiri pendudukan Inggris atas Palestina dan menelurkan Resolusi 181 untuk membagi wilayah tersebut menjadi dua. Dalam sidang umum PBB itu Israel mendapat sebagian wilayah Palestina. Rencana itu diterima oleh kaum Yahudi, tapi ditolak oleh negara-negara Arab. Sikap tersebut kemudian terbukti fatal.
Foto: public domain
Tanah Harapan
Didorong oleh Holocaust dan Perang Dunia II di Eropa, warga Yahudi berduyun-duyun bermigrasi ke Palestina. Sebagian besar mengungsi secara ilegal dengan melanggar kuota tahunan yang ditetapkan pemerintah Inggris. Hingga 1947 sekitar 110.000 warga Yahudi telah menempati pemukiman-pemukiman di Palestina. Resolusi 181 akhirnya membuat konflik mustahil terbendung
Foto: public domain
Perlawanan Arab
Sehari setelah resolusi 181, kelompok militan Arab melancarkan serangan terhadap pemukiman Yahudi. Aksi protes bermunculan di komunitas-komunitas Arab dan pembunuhan menjadi hal lumrah. Konflik memuncak ketika Tentara Pembebasan Arab yang dipimpin Abdul Qadir al Husaini datang dari Mesir untuk membantu perjuangan Arab Palestina.
Senjata Tua Yahudi
Menanggapi agresi militer Arab, komunitas Yahudi yang dipimpin David Ben Gurion lalu mempersenjatai diri dan melatih gerilayawan tempur. Saat itu warga Yahudi sudah memiliki sayap militer, antara lain Lehi, Irgun dan Haganah yang kemudian bergabung menjadi Tentara Pertahanan Israel (IDF). Kendati begitu kekuatan tempur Israel saat itu masih bergantung pada senapan tua bekas Perang Dunia II
Maut di Deir Yassin
Tanggal 9 April 1948 sekitar 120 gerilayawan Irgun dan Lehi menyerang desa Deir Yassin dan membantai 107 penduduk, termasuk perempuan dan anak-anak. Desa Arab berpenduduk 600 orang itu sebenarnya sudah tandatangani pakta non agresi. Namun Deir Yassin dianggap punya nilai strategis. Sejak pembantaian tersebut, negara-negara Arab tersulut oleh amarah rakyat dan dipaksa untuk memulai invasi
Foto: public domain
Kemerdekaan Negara Yahudi
Pertengahan Mei 1948 perang saudara antara Arab dan Yahudi menjelma menjadi perang kemerdekaan ketika David Ben Gurion mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Amerika Serikat dan Rusia segera mengakui kedaulatan negara Yahudi tersebut. Sebaliknya Liga Arab bereaksi keras dan melancarkan invasi dengan menggabungkan pasukan dari Irak, Suriah, Mesir dan Yordania.
Foto: dapd
Ambisi Teritorial Arab
Kendati memiliki kekuatan militer yang lebih mapan, pasukan Arab terpecah oleh kepentingan penguasanya. Raja Abdullah I dari Yordania (gambar) misalnya padukan kepentingan dengan Israel demi menduduki Tepi Barat Yordan. Sebaliknya Raja Farouk dari Mesir ingin menguasai wilayah selatan Palestina, antara lain Jalur Gaza. Ambisi teritorial juga dimiliki negara lain seperti Suriah.
Foto: gemeinfrei
Belanja Senjata di Masa Damai
Sempat keteteran di awal invasi Arab, Israel memanfaatkan gencatan senjata selama 28 hari untuk memperkuat diri. Mengandalkan dana sumbangan, Haganah menyeludupkan senjata dari Cekolsovakia, antara lain senapan serbu, amunisi dan pesawat tempur Avia S-199. Di akhir masa damai Israel menggandakan kekuatan tempurnya menjadi 65.000 serdadu dengan sistem alutsista termutakhir.
Foto: gemeinfrei
Damai Bertukar Kuasa
Setelah keberhasilan invasi, pasukan Arab berhenti memerangi Israel dan sibuk saling serang satu sama lain, tutur sejahrawan Suriah Sami Moubayed. Buruknya struktur militer dan minimnya transparansi membuat kekuatan Arab menjadi tumpul. Setelah lebih dari lima bulan pertempuran, Mesir sepakat berdamai dengan iming-iming mendapat Jalur Gaza dan Yordania mendapat Tepi Barat.
Foto: gemeinfrei
Bencana di Palestina
Pertempuran akhirnya memaksa 700.000 penduduk Palestina mengungsi. Peristiwa tersebut dikenang dalam sejarah Palestina sebagai hari Nakba atau bencana. Di bulan-bulan terakhir perang, pasukan Israel terutama membidik kota dan desa Arab untuk mengusir warga sipil yang tinggal di sana. Sejarahwan mencatat, setelah perang, Israel kuasai 22% wilayah Palestina yang disepakati dalam resolusi 181 PBB
10 foto1 | 10
Netanyahu Panik
Seorang diplomat barat membenarkan adanya pembicaraan telepon tersebut. Menurutnya pembicaraan antara kedua kepala pemerintahan berlangsung "kasar." Israel bahkan mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Wellington jika resolusi tersebut disetujui.
Bersama Mesir, Malaysia dan Venezuela, Selandia Baru aktif merancang dan mempromosikan resolusi untuk mencegah Israel membangun pemukiman Yahudi baru di wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat Yordan.
Kepanikan Netanyahu berlanjut setelah resolusi disahkan. Israel antara lain mengancam akan mengkaji ulang hubungannya dengan negara-negara yang mendukung resolusi dan menuding pemerintahan AS di bawah Barack Obama sebagai dalang konspirasi melawan Israel. Netanyahu bahkan menawarkan akan membocorkan rahasia intelijen tentang keterlibatan Obama dalam pembahasan resolusi kepada presiden terpilih Donald Trump buat dipublikasikan.
rzn/ap (haaretz, guardian)
"Teror Api" di Tanah Suci
Kebakaran hutan di Israel memaksa puluhan ribu penduduk untuk mengungsi. Pemerintah di Tel Aviv sendiri meyakini kebakaran tersebut dibuat dengan sengaja oleh warga Palestina.
Foto: Reuters/A. Cohen
Api Membara
Api membakar wilayah utara Israel dan memaksa lebih dari 80.000 penduduk mengungsi dari kota Haifa. Tim pemadam kebakaran bekerja selama 24 jam untuk menjinakkan api yang sejauh ini telah menyebabkan puluhan rumah mengalami kerusakan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Schalit
Kemarau Panjang
Angin kencang yang disertai dengan musim kering yang telah berlangsung selama dua bulan mempercepat penyebaran api. Pemerintah mengklaim masih berusaha memadamkan sejumlah titik api yang tersebar di berbagai wilayah di kawasan utara. Meski tidak ada korban jiwa, puluhan penduduk harus dirawat di rumah sakit menyusul gangguan pernafasan.
Foto: Reuters/A. Cohen
Uluran Tangan Asing
Kebakaran juga memaksa pemerintah menutup jalan penghubung utama antara Haifa dan Tel Aviv. Beberapa negara, termasuk Turki, menawarkan bantuan menyusul perkiraan cuaca yang memprediksi angin kencang dalam beberapa hari ke depan.
Foto: Reuters/B. Ratner
Raksasa Pemadam
Selain Turki, bantuan juga datang dari Rusia dan Kroasia. Pemerintahan Palestina bahkan ikut menawarkan bantuan kepada Israel. PM Netanyahu mengklaim pemerintah Amerika Serikat telah mengirimkan pesawat pemadam berukuran raksasa yang bisa mengangkut 74 ton air sekaligus.
Foto: Reuters/R. Zvulun
"Teror Api"
Pemerintah Israel mencurigai kebakaran di Haifa dibuat dengan sengaja. "Kita sedang menghadapi teror api," katanya. Kepolisian Israel mengklaim telah menangkap empat warga Israel keturunan Palestina. Namun para tersangka kembali dibebaskan oleh pengadilan lantaran minimnya alat bukti.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Saling Tuding
Menteri Pendidikan Naftali Bennett, tokoh saya kanan Israel, mencurigai gerakan kemerdekaan Palestina berada di balik kebakaran hutan. "Cuma mereka yang tidak termasuk bagian dari Israel yang bisa memicu kebakaran itu." Presiden Palestina Mahmud Abbas menuding pejabat Israel "memanfaatkan kebakaran" untuk menyudutkan warga Palestina.
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Evakuasi Berlanjut
Sementara itu walikota Haifa mengkawatirkan api akan menyebar cepat di dalam kota dan meminta penduduk untuk mengungsi ke stadion olahraga atau ke tempat yang lebih aman. Pakar meteorologi memperkirakan cuaca kering masih akan bertahan setidaknya hingga pekan depan.