Israel Balas Hujan Roket Hamas Dengan Serangan Udara
30 Mei 2018
Saling serang kali ini adalah terburuk dalam konflik sejak Israel dan Hamas sejak 2014. Puluhan roket Hamas ditembakkan ke Israel, yang membalas dengan serangan ke Jalur Gaza.
Iklan
Israel melakukan serangan udara terhadap puluhan target di sepanjang Jalur Gaza, setelah Hamas sebelumnya meluncurkan puluhan roket dan mortir ke Israel, Selasa malam (29/5). Konfrontasi yang berlangsung hingga Rabu pagi ini adalah episode terburuk dalam konflik antara Israel dan Hamas sejak perang tujuh minggu tahun 2014.
Militer Israel mengatakan, sekitar 70 roket dan mortir ditembakkan ke Israel pada pukul 8 malam waktu setempat hari Selasa. Satu mortir mendarat di dekat taman kanak-kanak. Tiga tentara Israel dilaporkan terluka.
Menurut keterangan sendiri, pasukan Israel berhasil mencegat sebagian besar roket dan mortir. Pesawat pembom dan tank Israel lalu melakukan serangan balasan ke 55 lokasi Hamas di Jalur Gaza. Hingga kini belum ada laporan mengenai korban di pihak Palestina.
Israel threatens Hamas leaders
03:53
"Di ambang perang"
Dalam sebuah pernyataan bersama, fraksi bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan Selasa malam itu. Mereka mengatakan, serangan itu adalah tindalan balasan atas "agresi Zionis dan kejahatan terhadap rakyat kami" sejak bentrokan antara pasukan Israel dan demonstran Palestina pada 30 Maret lalu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: "Tentara Israel akan merespon dengan kekuatan besar terhadap serangan-serangan ini, dan Israel akan menuntut harga yang berat dari siapa pun yang mencoba menghancurkannya, dan kami melihat Hamas bertanggung jawab untuk mencegah serangan-serangan ini terhadap kami. "
Menteri Intelijen Israel, Israel Katz mengatakan, Hamas dan Israel "berada di titik terdekat di ambang perang" sejak 2014. "Jika penembakan (dari Gaza) tidak berhenti, kami harus meningkatkan tanggapan kami dan itu bisa mengarah pada memburuknya situasi, "Katz mengatakan kepada Radio Angkatan Darat.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
"Agresi hebat"
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, Israel telah menggunakan "agresi yang hebat" terhadap Gaza dan tidak tertarik dengan perdamaian.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB hari Rabu (30/5) dan mengatakan: "Dewan Keamanan harus menanggapi serangan kekerasan terbaru yang ditujukan pada warga sipil Israel yang tidak bersalah."
Pejabat tinggi urusan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, meminta Hamas untuk mengakhiri serangan roket dan mortir dan mengatakan "serangan membabi buta terhadap warga sipil benar-benar tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun."
Selama beberapa minggu terakhir, terjadi banyak bentrokan antara militer Israel dan aktivis Palestina di sepanjang perbatasan Gaza Israel. 110 warga Palestina tewas dalam berbagai bentrokan. Konflik terbaru ini antara lain dipicu oleh peresmian Kedutaan AS di Yerusalem.
Inilah Momen Perjalanan Pengakuan Trump atas Yerusalem Sebagai Ibukota Israel
Mendekati tanggal pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem, perdebatan keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, kembali menuai protes.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kongres AS melewati Yerusalem
Kembali pada tahun 1995, Kongres AS mengesahkan apa yang disebut Undang-Undang Kedutaan Yerusalem, yang menyatakan bahwa Yerusalem "harus diakui sebagai ibu kota negara Israel." Tindakan itu juga memungkinkan presiden duduk menunda langkah tersebut dengan menandatangani surat pernyataan setiap enam bulan.
Foto: picture alliance/AP Photo/O. Balilty
Trump melontarkan janji saat kampanye
Selama kampanye presiden AS tahun 2016, saat Donald Trump jadi kandidat Partai Republik, ia berjanji bahwa, jika terpilih, ia akan merelokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, dengan menggambarkan kota suci itu sebagai "ibukota abadi orang-orang Yahudi." Janji Trump menyalakan semangat di Israel dan memenangkan banyak pemilih Yahudi dan konservatif di AS.
Foto: Reuters/B. Ratner
Trump mengunjungi Tembok Barat Yerusalem
Pada Mei 2017, Trump menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi Tembok Barat. Situs ini terletak di Kota Tua Yerusalem, yang diduduki pasukan Israel saat Perang Enam Hari 1967. Menurut laporan, Trump mempertimbangkan untuk memenuhi janji Yerusalem-nya selama kunjungan itu, tetapi ia disarankan untuk mengurungkan langkah itu supaya ketegangan regional tidak terpicu.
Foto: Reuters/J. Ernst
Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel
Saat pidato di Gedung Putih pada 6 Desember 2017, Trump mengatakan dia telah "memutuskan sudah waktunya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel". Ia menambahkan langkah itu adalah "pengakuan atas kenyataan." Trump mengutip UU Kedutaan Besar Yerusalem sebagai salah satu alasan di balik keputusannya.
Foto: picture alliance/dpa/AP/E. Vucci
Dunia Arab bereaksi dengan emosional
Setelah pengumuman Trump, ribuan Muslim di seluruh dunia berpartisipasi dalam demonstrasi memprotes keputusannya yang kontroversial. Para pengunjuk rasa berbaris di jalan-jalan, membakar bendera dan meneriakkan slogan anti-Israel di negara-negara termasuk Irak, Turki, Mesir, Malaysia, Indonesia dan Kashmir yang dikuasai India.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Protes pecah di Eropa
Aksi protes pun pecah di Eropa. Di Jerman, pada tanggal 8 Desember 2017, sebagian besar demonstran Muslim menghadiri rapat umum di dekat kedutaan AS di Gerbang Brandenburg Berlin, melambai-lambaikan bendera Palestina. Pemerintah Jerman termasuk di antara mereka yang memperingatkan langkah Trump.
Foto: Getty Images/S. Gallup
PBB menolak deklarasi Yerusalem Trump
Pada 21 Desember 2017, sidang darurat Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk keputusan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sebanyak 128 negara memberikan suara mendukung langkah tersebut, sementara sembilan suara menentangnya dan 35 negara abstain. Pemungutan suara dilakukan setelah AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB atas Yerusalem.
Foto: picture alliance/dpa/AP/M. Lennihan
Relokasi kedutaan Yerusalem
23 Februari, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mempercepat relokasi kedutaan ke Yerusalem. "Pembukaannya akan bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Israel," kata juru bicara Deplu AS Heather Nauert. Peringatan itu jatuh pada tanggal 14 Mei. Selama kunjungan ke Yerusalem a bulan Januari, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan dia tidak yakin langkah itu akan selesai sebelum akhir 2019.
Foto: Reuters/A. Schalit
Tanda-tanda jalan pertama untuk kedutaan AS baru
7 Mei, pemerintah Israel pasang rambu-rambu jalan pertama yang mengarah ke kedutaan AS di Yerusalem. Tanda-tanda itu dipasang di sisi selatan kota oleh konsulat AS. Walikota Yerusalem Nir Barkat menggantung tanda pertama. Ia menyatakan, "Ini bukan mimpi, itu kenyataan. Yerusalem adalah ibukota abadi orang-orang Yahudi dan dunia mulai menyadari fakta ini." Penulis: D.Martin (ap/ml)