1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Bereaksi Cemas terhadap Uji Coba Atom Korea Utara

26 Mei 2009

Uji coba senjata nuklir bawah tanah Korea Utara memicu kemarahan masyarakat internasional. Israel juga bereaksi amat cemas dan menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak dan menyampaikan pesan yang dimengerti.

Pengunjung melihat gambar rudal Korea Utara di pos pengamatan penyatuan Korea, dekat desa perbatasan Panmunjom (DMZ)yang memisahkan dua Korea sejak Perang Korea since di Paju, Korea Selatan, Selasa (26/05).
Pengunjung melihat gambar rudal Korea Utara di pos pengamatan penyatuan Korea, dekat desa perbatasan Panmunjom (DMZ)yang memisahkan dua Korea sejak Perang Korea since di Paju, Korea Selatan, Selasa (26/05).Foto: AP

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merasa mendapat pembenaran dalam politik Iran-nya, sehubungan dengan tindakan sepihak Korea Utara. Ancaman senjata nuklir dari negara poros kejahatan seperti Korea Utara atau Iran bagi Netanyahu adalah tantangan terbesar. "Jika Israel tidak menghentikan ancaman dari Iran, tidak akan ada yang melakukannya", demikian dikatakan Netanyahu dalam sebuah sidang fraksi partai Likud. Tidak ada negara yang keamanannya sangat terancam seperti Israel. Netanyahu menambahkan, sudah sangat mendesak untuk menyiapkan jawaban atas tantangan Iran.

"Israel tidak berada di masa-masa normal", begitu penjelasan Netanyahu. Bahaya yang sebenarnya adalah meremehkan program atom Iran. Netanyahu memandang tugasnya terutama untuk menjamin masa depan negara Israel. Netanyahu menambahkan, memadamkan ancaman bahaya merupakan tugas seorang pemimpin politik.

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mendukung perdana menterinya. Lieberman mengatakan di radio militer Israel, "Kita harus bertindak dengan tangan besi mengatasi semua upaya rezim seperti Korea Utara atau Iran, untuk meraih kemampuan militer non-konvensional."

Meski demikian, Lieberman tidak menyerukan untuk menyerang Iran dengan segera, setidaknya tidak di depan publik.

"Pertama, negara seperti itu harus diputus dari jaringan aktivitas keuangan internasional, hal yang relatif mudah. Semua pengiriman minyak mentah dan produknya harus dihentikan, supaya menciptakan kemacetan. Harus dimengerti bahwa Korea Utara dan Iran 70 hingga 80 persen tergantung dari pengiriman minyak, karena mereka tidak punya kilang pengolahan dan Korea Utara sama sekali tidak punya minyak bumi,“ kata Lieberman.

Dengan retorika perangnya, Lieberman dan Netanyahu secara tidak langsung menjauh dari haluan politik Presiden AS Barack Obama, yang mengutamakan solusi diplomatis dalam politik Irannya. Sebaliknya, Netanyahu menjelaskan di depan umum bahwa dirinya sependapat dengan Obama, dan tujuan paling penting AS dan Israel adalah menghentikan upaya Iran untuk memiliki persenjataan nuklir.

Perdana Menteri Israel itu, tidak mau dialihkan dari sasarannya, juga tidak oleh presiden AS Obama. Misi terpentingnya selama menjabat sebagai pemimpin pemerintahan Israel adalah menghentikan program atom Iran. Tapi seperti sebelumnya, terdapat cukup banyak alasan, yang berlawanan dengan pernyataannya, untuk membombardir reaktor nuklir Iran. Sekutu terbesar Israel, Amerika Serikat, menentang langkah itu. Selain itu, tugas tersebut terlalu berat bagi angkatan udara Isarel. Juga di dalam pemerintahan Netanyahu sendiri terdapat penolakan yang menentang serangan terhadap Iran.

Sebastian Engelbrecht/Luky Setyarini

Editor: Agus Setiawan