Israel bersiap menghadapi kerusuhan setelah beberapa kelompok Palestina menyerukan "Hari Kemarahan" Jumat ini (8/12). Aksi protes muncul setelah Presiden Donald Trump tentang Yerusalem.
Iklan
Kelompok militan Palestina Hamas menyerukan aksi "Hari Kemarahan" hari Jumat ini (8/12) menyusul pengumuman resmi Presiden AS Donald Trump bahwa AS "mengakui" Yerusalem sebagai ibukota Israel. AS juga merencakan pemindahan Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Keputusan sepihak Trump langsung mengundang kecaman keras dari berbagai bagian dunia.
Dalam sebuah pidato di Gaza City, pemimpin Hamas Ismail Haniya menyerukan penggalangan "Intifadah ketiga", mengacu pada aksi perlawanan luas yang pernah berkobar di kawasan Palestina menentang pendudukan wilayahnya oleh pasukan Israel.
Hari Kamis (7/12) aksi protes spontan meluas di kawasan perkotaan Palestina. Pasukan Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kumpulan massa.
Hari ini, Israel memperketat penjagaan keamanan di Yerusalem, terutama di sekitar Masjid Al Aqsa yang biasnya dipenuhi massa yang akan melakukan shalat Jumat.
Mogok massal
Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa di Tepi Barat setidaknya 22 orang menderita luka-luka dalam bentrokan hari Kamis antara warga Palestina dan tentara Israel.
Otoritas Palestina menyerukan pemogokan umum di kawasan Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sekolah-sekolah dan pertokoan di kawasan ini tutup. Ratusan warga melakukan aksi spontan turun ke jalan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusan sepihaknya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Sepuluh warga Palestina ditangkap di Yerusalem Timur setelah melempar bom molotov.
Palestina mengklaim Yerusalem Timur, yang direbut Israel pada perang enam hari tahun 1967, untuk menjadi ibu kota negara Palestina Merdeka sebagai bagian dari solusi dua negara.
Apa Dampak Pengakuan AS Atas Yerusalem?
Trump mengklaim pengakuan Yerusalem adalah upaya AS mendukung perdamaian di Timur Tengah. Benarkah demikian? Berikut makna keputusan kontroversial Trump bagi mereka yang memiliki kepentingan atas kota suci tersebut.
Foto: Reuters/A. Cohen
Jalan buntu proses perdamaian
20 tahun berlalu, semua presiden sebelum Trump menghindari keputusan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem lewat penerapan UU “Jerusalem Embassy Act”. Selama itu, presiden AS memilih menjalankan misi perdamaian, dengan anggapan status Yerusalem harus disepakati lewat negosiasi bersama Palestina-Israel. Trump dinilai secara sengaja mengacaukan proses perdamaian yang telah diupayakan AS.
Foto: picture alliance/dpa/AP/E. Vucci
Pupusnya harapan Palestina
Bagi warga Palestina, pengumuman Trump seolah merampas harapan dan mimpi mereka untuk mendaulat wilayah Yerusalem Timur sebagai ibukota masa depan Palestina. Meski upaya untuk menempuh jalur kekerasan bukan pilihan, tapi tak sedikit warga Palestina yang akan menganggap upaya diplomatik yang diupayakan AS selama ini tak membawa perubahan berarti untuk mewujudkan Palestina Merdeka.
Foto: Reuters/M. Hamed
Tercapainya mimpi Israel
Sejak mengusai Yerusalem Timur pasca perang 6 hari tahun 1967, Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukota yang “abadi dan tidak terbagi”. Israel berupaya agar kedaulatannya atas Yerusalem mendapat pengakuan dunia internasional. Keputusan Trump dapat mempengaruhi sebagian besar politisi dan warga Israel yang menilai negosiasi dengan Palestina tidak membawa hasil yang signifikan.
Foto: Reuters/B. Ratner
Tetangga menelan rasa kecewa
Langkah Trump dinilai mengguncang kestabilan wilayah yang selama ini sudah sensitif atas segala jenis gejolak perubahan status. Arab Saudi - sekutu penting AS di Timur Tengah - menyebutkan kebijakan Trump mengacaukan upaya Riyadh meneruskan jalan perdamaian. Negara Arab yang berbatasan dengan Israel – Mesir, Yordania, Libanon dan Suriah – khawatirkan gejolak baru di kawasan mereka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Vucci
Eropa menjadi oposisi AS?
Sebagian besar negara di Eropa Barat gusar dengan pengakuan AS atas Yerusalem dan tak sedikit yang mengecam Trump. Namun, pertanyaan kuncinya: apakah EU akan berani mengambil sikap tegas yang berseberangan dengan AS? Misalnya menerapkan larangan impor dari wilayah Tepi Barat atau menghentikan kerjasama bisnis dengan perusahaan Israel yang beroperasi di wilayah yang diduduki Palestina?
Foto: Imago
Umat Kristen di tanah suci
Patriarch Theoplhilos III, pemimpin gereja Ortodoks di Yerusalem melayangkan surat kecaman yang menyebutkan kebijakan Presiden AS Trump telah menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki. Ia menuliskan pada Trump pemindahan kedutaan AS telah menjauhkan upaya perdamaian di Yerusalem dan sebaliknya membuat jurang permusuhan yang semakin dalam di tanah suci, Yerusalem. ts/hp (guardian, washingtonpost)
Foto: Reuters/J.Ernst
6 foto1 | 6
Palestina tolak AS sebagai penengah proses perdamaian
Seorang pejabat senior Palestina mengatakan, Wakil Presiden AS Mike Pence "tidak akan diterima" di Palestina. Menurut rencana sebelumnya, Mike Pence dan Presiden Palestina Mahmud Abbas akan melakukan pertemuan akhir Desember ini. Namun setelah keputusan Donald Trump, pihak Palestina menyatakan pertemuan itu dibatalkan.
Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan bahwa keputusan Trump adalah langkah yang "menyedihkan dan tidak dapat diterima" dan ini berarti bahwa AS tidak dapat lagi bertindak sebagai penengah proses perdamaian.
Beberapa negara, termasuk Inggris, Perancis dan Indonesia, meminta agar pemerintah AS mempertimbangkan lagi keputusannya. Mereka juga menuntut agar hal tersebut dibahas segera oleh Dewan Keamanan PBB.
7 Situs Bersejarah Penting di Yerusalem Bagi Umat Beragama
Yerusalem adalah kota yang punya makna simbolis bagi umat berbagai beragama. Sekaligus simbol ketegangan antara Israel dan Palestina serta Dunia Arab. Inilah 7 situs bersejarah yang penting di kota ini.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Cupolo
Bukit Zaitun
Dari Bukit Zaitun para turis bisa melihat kawasan Kota Tua Yerusalem, yang punya makna penting bagi umat Nasrani, Yahudi dan umat Islam. Bukit Zaitun adalah lini pertahanan Arab-Yordania pada perang tahun 1967 yang kemudian berhasil direbut oleh Israel. Di latar belakang tampak Kubah Shakrah, tempat suci bagi umat Yahudi dan Muslim.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kubah Shakhrah
Bagi warga Yahudi, kubah Shakhrah di kompleks Al-Haram menyimpan batu besar, tempat di mana Bumi menurut kepercayaan mereka, diciptakan dan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya. Sementara bagi umat Muslim, dari tempat inilah Nabi Muhammad melakukan perjalanan langit yang dikenal dengan Isra Mi'raj. Setelah Perang tahun 1967, Israel menyerahkan kompleks Al-Haram kepada umat Muslim.
Foto: picture-alliance / dpa
Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga terpenting bagi umat Islam, setelah Mekkah dan Medinah. Sedangkan bagi umat Yahudi, tempat ini punya makna simbolis karena disinilah Kabah pertama dan kedua mereka didirikan. Sejak 1967, Israel bertanggung jawab atas keamanan di tempat ini, sedangkan sebuah yayasan Islam bertanggung jawab untuk segala urusan sipil dan urusan peribadahan.
Foto: Reuters/A. Awad
Sabil Qaitbay
Mata air Qaitbay dianggap sebagai salah satu sudut paling cantik di kompleks Al-Haram. Meski dibangun dengan gaya Islam dengan membubuhkan ayat-ayat Al-Quran, menara mata air ini didesain oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Foto: Reuters/A. Awad
Tembok Ratapan
Tembok ratapan adalah situs terpenting kaum Yahudi. Di sinilah mereka berdoa, terpisah antara lelaki dan perempuan. Umat Yahudi punya tradisi meninggalkan secarik kertas berisi harapan-harapan mereka di sela-sela batu dinding. Tradisi itu sekarang diikuti juga oleh umat beragama lain.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Gerbang Damaskus
Gerbang Damaskus adalah pintu masuk utama menuju kota tua Yerusalem dan praktis menjadi perbatasan antara kawasan Kristen dan kawasan Arab. Tahun 2011, Israel merestorasi menara dan sebagian besar tembok yang hancur akibat Perang 1967. Kini Gerbang Damaskus menjadi salah satu atraksi wisata paling digemari turis mancanegara.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kota tua
Melewati Gerbang Damaskus, pengunjung akan tiba di kota tua yang dipenuhi para pedagang yang menjajakan barangnya di jalan-jalan sempit. Di bagian Kota Tua warga Yahudi, Arab dan Armenia hidup berdampingan. Tembok benteng yang mengelilingi Kota Tua dibangun pada abad ke 16 di masa Kesultanan Utsmaniyyah. Tahun 1981, bagian Kota di Yerusalaem dideklarasikan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.