Israel Berupaya Perbaiki 'Kesalahan' Masa Lalu dengan AS
28 Juni 2021
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Roma, Italia. Kedua negara sepakat untuk mengatur ulang hubungan diplomatik.
Iklan
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bertemu di Roma, Italia, pada Minggu (27/06), peristiwa ini merupakan pertemuan tatap muka pertama sejak pemerintahan baru Israel terbentuk.
Pembicaraan mengenai kesepakatan nuklir Iran dan hubungan dengan negara-negara Teluk Arab menjadi prioritas utama pertemuan itu. Israel ingin memulai babak baru dalam hubungan bilateral dengan AS.
Iklan
Apa yang Israel katakan tentang kesepakatan Iran?
Menlu Israel Yair Lapid mengungkapkan bahwa pemerintahnya masih sangat curiga terhadap kesepakatan nuklir Iran, tetapi berjanji untuk bekerja dengan Washington. "Israel memiliki beberapa keberatan serius tentang kesepakatan nuklir Iran yang dibuat di Wina," kata Lapid pada awal pembicaraan dengan Blinken.
Amerika dan Israel akan mencoba mengatasi perbedaan pandangan politik, seperti dalam diplomasi "tenang" Biden, ketika dia secara pribadi mendesak Netanyahu mengakhiri perang dengan Hamas menjelang gencatan senjata pada 21 Mei lalu.
"Kami percaya cara untuk membahas ketidaksepakatan itu adalah melalui percakapan langsung dan profesional, bukan dalam konferensi pers," tambahnya.
Lapid berjanji untuk mengubah "kesalahan" di masa lalu, merujuk pada hubungan dekat mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan mantan Presiden AS Donald Trump.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kesalahan dibuat,'' katanya. "Kedudukan bipartisan Israel terluka. Kami akan memperbaiki kesalahan itu bersama-sama.''
Di pihak AS, Blinken mencatat bahwa meskipun kedua sekutu memiliki pemerintahan baru, "landasan yang sedang kami kerjakan adalah salah satu kemitraan yang langgeng."
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Mengapa pertemuan itu penting?
Dengan Trump dan Netanyahu tidak lagi menjabat, AS dan Israel mengambil pendekatan diplomatik baru. Kedua negara berupaya mencapai tujuan yang lebih kecil dan stabil, seperti memperkuat gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Pemerintahan Joe Biden telah memperjelas bahwa mereka tidak ingin meluncurkan inisiatif perdamaian besar apa pun di Timur Tengah untuk saat ini.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, seorang ultranasionalis, saat ini memimpin pemerintahan koalisi yang rapuh di negara itu. Di bawah perjanjian koalisi, Lapid, seorang sentris, akan mengambil alih jabatan perdana menteri Israel pada 2023.
Berbicara di Paris pada Jumat (25/06), Blinken mengatakan sangat penting untuk "menghindari provokasi dan insiden selama beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang yang dapat menyalakan kembali kekerasan dan fokus bekerja untuk menciptakan lebih banyak kepercayaan antara Israel dan Palestina."