Israel cabut ijin wasuk 83.000 warga Palestina selama bulan Ramadan setelah peristiwa penembakan di Tel Aviv yang sebabkan empat orang tewas. Serangan itu yang terparah dalam gelombang kekerasan beberapa bulan terakhir.
Iklan
Semua ijin dibekukan selama Ramadhan, terutama ijin untuk mengungjungi keluarga dari Yudea dan Samaria ke Israel. Demikian dinyatakan COGAT, badan yang mengatur masalah sipil di daerah otonomi Palestina, Tepi Barat Yordan. Di samping 83.000 warga Palestina itu, ijin berkunjung bagi ratusan lainnya yang bermukim di Jalur Gaza juga dibekukan.
Langkah pemerintah Israel itu diumumkan COGAT, setelah dua pria Palestina melepaskan tembakan di sebuah restoran di kawasan trendy Sarona Market di Tel Aviv. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan sebagai "pembunuhan berdarah dingin". COGAT juga menyatakan, ijin masuk bagi 204 anggota keluarga salah satu tersangka penyerang juga dicabut.
Pekan lalu, Israel telah mengumumkan pelonggaran batasan terhadap kebebasan bergerak warga Palestina. Ijin terutama diberikan selama bulan Ramadan bagi mereka yang tinggal di Tepi Barat Yordan, tetapi juga bagi mereka yang bermukim di Jalur Gaza. Israel merencanakan akan mengijinkan sampai 500 orang dari Gaza untuk datang saat shalat Jumat di kawasan Mesjid Al Aqsa, Yerusalem, yang dikontrol Israel.
Serangan di Tel Aviv
Empat korban penembakan di Tel Aviv sempat dilarikan ke rumah sakit Ichilov, namun akhirnya meninggal akibat luka-luka yang diderita. Di samping empat warga Israel itu, lima orang lainnya juga cedera, tetapi kewarganegaraan mereka tidak diumumkan.
Komandan polisi Tel Aviv, Moshe Edri mengatakan, salah seorang "teroris" yang ditahan memiliki senjata api. Dilaporkan, para penembak berasal dari desa Yatta, dekat Hebron di Tepi Barat Yordan.
Hamas tidak menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut, tetapi menyebutnya "operasi heroik." Hamas juga memperingatkan Israel akan adanya serangan lain selama Ramadan.
Gelombang kekerasan terjadi sejak Oktober dan menyebabkan sedikitnya 207 warga Palestina tewas, dan juga 28 warga Israel, dua warga AS, seorang warga Eritrea dan seorang warga Sudan. Sejumlah warga Palestina tewas ketika mengadakan serangan dengan pisau atau senjata api, dan dengan menabrakkan mobil. Sebagian lainnya tewas dalam konflik atau akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Kesaksian Serdadu Israel Tentang Pelanggaran HAM di Palestina
Organisasi HAM Israel, Breaking the Silence mengumpulkan kesaksian serdadu tentang berbagai insiden dan pelanggaran HAM di Palestina. Testimoni mereka mengungkap tindak tanduk militer yang semakin menyulut kebencian.
Foto: Reuters
Nyanyian Senyap Para Serdadu
Israel kerap mengklaim militernya adalah yang paling bermoral di seluruh dunia. Namun kesaksian sejumlah serdadu membuktikan sebaliknya. Testimoni berikut diambil secara anonim tanpa menyebutkan identitas. Hampir semua pelanggaran yang dicatat oleh organisasi Breaking the Silence tidak pernah menyentuh meja pengadilan.
Foto: Breaking the Silence
Darah Menjamin Pangkat
Seorang serdadu berpangkat sersan berkisah, ketika baru ditempatkan dalam unit patroli di tepi barat ia mendapat arahan dari seorang komandan berpangkat mayor jendral, "pangkatmu tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang kamu tangkap, tetapi seberapa banyak kau membunuh." Menurutnya hampir semua perwira tinggi di militer Israel meniti karir dengan cara serupa.
Foto: Reuters
Tameng Manusia
Seorang kapten dilaporkan mengikat seorang lelaki Palestina di kap mesin mobilnya untuk mencegah warga melemparkan batu ke arah konvoi tentara di sebuah desa di Bethlehem. Kesaksian tersebut dibuat oleh seorang serdadu berpangkat letnan. Kapten yang sama juga diklaim pernah memancing amarah warga desa Takoa di Tepi Barat agar "bisa menembaki kaki anak-anak dan remaja Palestina" yang melempar batu.
Foto: Getty Images/AFP/J. Ashtiyeh
Aksi Beringas Pemukim Yahudi
Seorang sersan di Brigade Nahal bercerita suatu hari ia mendapati seorang bocah perempuan Palestina dengan luka lebar di kepala. Ia dilempar batu oleh bocah Israel di desanya di Hebron. Menurutnya, bocah di pemukiman Yahudi justru mendapat pujian oleh orangtuanya jika melukai warga Palestina. Tindak kriminal semacam itu jarang ditindaklanjuti oleh kepolisian dan cendrung dilindungi oleh militer.
Foto: Reuters
Korban Sipil
Pertengahan 2014 militer Israel mendapat informasi pertemuan petinggi Hamas di sebuah rumah bertingkat di Khirbet Khuza’a, Jalur Gaza. Ketika pasukan pengintai mengkonfirmasikan target, angkatan udara Israel langsung menghancurkan gedung tersebut dengan bom. Warga sipil yang berada di dalam gedung cuma diberi waktu satu menit untuk melarikan diri. Tidak ada yang selamat dalam serangan tersebut.
Foto: Reuters
Tubuh Berceceran di Tembok
Seorang sersan di Brigade Givati bercerita tentang operasi penggerebekan sebuah rumah di Jalur Gaza. Ketika pintu rumah tidak dibuka, mereka lalu memasang bom jenis Fox di gagang pintu. Pada saat bom meledak, penghuninya yang seorang ibu baru hendak membuka pintu. Anak-anak melihat bagaimana tubuh ibunya berceceran di tembok rumah. Insiden tersebut kemudian dianggap "lucu" oleh seorang serdadu.
Foto: Reuters/M. Salem
Blokade Mengusir Bosan
Militer Israel sering memblokade pemukiman Palestina untuk alasan keamanan. Namun seorang serdadu berpangkat letnan berkisah bagaimana komandannya memblokir desa di dekat Qalqilya, Tepi Barat, cuma karena merasa bosan. "Tinggal kurung mereka. Anda menghancurkan mereka secara mental dan fisik. Mereka tidak bisa keluar dan tidak bisa bekerja," tuturnya mengutip ocehan sang komandan.
Foto: Reuters
Penggusuran Rumah Sipil
Setiap kali Hamas meluncurkan roket Qassam, militer Israel akan merangsek ke pemukiman Palestina di Jalur Gaza dengan buldoser. Mereka bertugas menggusur rumah penduduk tak berdosa untuk membuka zona pengaman. Adalah serdadu berpangkat rendah seperti letnan yang memutuskan rumah siapa yang harus dirobohkan. Penghuninya diusir tanpa uang ganti rugi.
Foto: Reuters
Salah Target
Sebuah operasi pembunuhan terhadap target teroris yang dilakoni pasukan elit Israel, Unit Shaldag, di Jalur Gaza berujung petaka. Seorang serdadu berkisah mereka menembaki mobil yang salah dan membunuh tiga orang warga sipil Palestina. Militer Israel kemudian mengklaim operasi tersebut berhasil. Keesokan harinya media melaporkan tentara berhasil membunuh tiga teroris.
Foto: picture alliance / AP Photo
Penganiayaan Sipil
Seorang sersan berkisah tentang seorang komandan di batalyon 35 yang berpatroli di sebuah pasar di Hebron. Dia lalu mendatangi seorang pedagang Arab berusia tua, menyeretnya ke halaman belakang dan memukulinya hingga babak belur. Sersan yang sama bercerita tentang serdadu lain yang ditugaskan menggeledah sebuah rumah, memotret penghuni perempuan saat sedang telanjang.