Israel dan Bahrain Sepakati Buka Kedutaan dan Visa Kunjungan
19 November 2020
Bahrain dan Israel sepakat untuk membuka kedutaan besar, membangun sistem visa online dan meluncurkan penerbangan mingguan antar negara. Itu disepakati dalam kunjungan bersejarah menlu Bahrain ke Israel.
Iklan
Pada kunjungan resmi pertama para pejabat tinggi Bahrain ke Israel, Menteri Luar Negeri Abdullatif Al-Zayani mengatakan, kesepakatan normalisasi hubungan kedua negara yang ditandatangani 15 September lalu, adalah tanda "perdamaian hangat yang akan memberikan manfaat jelas bagi rakyat kita".
Kedatangan Al-Zayani bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Israel, yang memuji pemulihan hubungan regional yang ditengahi oleh pemerintah AS. Langkah itu, kata Pompeo, adalah sinyal kepada Iran.
Kesepakatan normalisasi "memberi tahu aktor-aktor jahat seperti Republik Islam Iran, bahwa pengaruh mereka di kawasan itu semakin berkurang dan bahwa mereka semakin terisolasi.. sampai mereka mengubah haluan," kata Mike Pompeo yang tampil bersama Menlu Bahrain dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Abdullatif Al-Zayani mengumumkan, bahwa mulai 1 Desember warga Bahrain dan Israel akan dapat mengajukan permohonan visa kunjungan secara online. Dia juga mengatakan sudah mengajukan permohonan resmi untuk membuka Kedutaan Besar Bahrain di Israel dan menambahkan bahwa pembentukan Kedutaan Besar Israel di ibukota Bahrain, Manama, telah disetujui.
Jalur penerbangan Israel-Bahrain dibuka tahun depan
Menteri Luar Negeri Israel Gabi Askenazi, yang dijadwalkan mengunjungi Manama bulan depan, mengatakan dia berharap upacara pembukaan Kedutaan Besar Israel bisa diadakan pada akhir tahun 2020.
Delegasi Bahrain melakukan perjalanan dengan penerbangan Gulf Air dengan nomor penerbangan GF972 – angka itu adalah referensi kepada kode telepon internasional negara Israel. Inilah penerbangan pertama maskapai itu ke Tel Aviv.
Abdullatif Al-Zayani memperkirakan, mulai tahun depan bisa dilakukan sampai 14 penerbangan setiap minggu dari Bahrain ke Tel Aviv dan dua kota lain, Haifa dan Eilat.
Sudan juga mengikuti langkah Bahrain dan Uni Emirat Arab dan sudah mengumumkan bahwa mereka akan bergerak membuka hubungan bilateral dengan Israel. Para pejabat mengatakan kepada kantor berita Reuters, Israel sebenarnya bermaksud mengirim delegasi pertama ke Sudan pada hari Minggu lalu (15/11), namun kunjungan itu tertunda karena masalah logistik.
Coreng Hitam Pemandangan Timur Tengah Saksi Kegagalan Proses Perdamaian
Sekarang pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina mulai dibicarakan lagi. Coreng pada pemandangan di Palestina, Dataran Tinggi Golan dan Israel jadi saksi kegagalan upaya selama ini.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Saksi bisu
Sisa-sisa bangunan yang rusak sudah jadi saksi, bahwa konflik Timur Tengah. Sejak akhir kekuasaan Inggris dan berdirinya negara Israel tahun 1948, invasi, perang, blokade jalan, pos pemeriksaan dan perang saudara sudah melahirkan pembatasan, siapa yang boleh mengadakan perjalanan ke mana dan tinggal di mana. Pada dinding ini tercoreng tulisan "militer Suriah lewat di sini."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Peninggalan masa lalu
Di kawasan itu juga "berserakan" fragmen yang menunjukkan, siapa yang pernah ada dan sudah pergi. Pada foto tampak sebuah masjid di Dataran Tinggi Golan, di kawasan yang dianeksasi Israel dari Suriah dan diduduki dalam perang 1967. Hingga perang itu, sebuah desa Suriah yang dihuni kelompok etnis Adighe berdiri tak jauh dari masjid.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Saksi bisu
Sebuah bunker sisa perang di Dataran Tinggi Golan masih tampak berdiri di kawasan yang dianeksasi Suriah dalam perang tahun 1967. Tentara Suriah bukan satu-satunya militer yang lewat di sana. Tentara Inggaris tiba tahun 1917 dan pergi tahun 1948. Setelah mereka pergi, sejumlah negara Arab menyerang, dan militer Yordania menduduki Tepi Barat Yordan serta Yerusalem Timur.
Foto: Reuters/R. Zvulun
"Jalur Hijau" jadi pemisah
Gencatan senjata yang diadakan setahun setelahnya melahirkan "Jalur Hijau" yang memisahkan kawasan Yerusalem Barat yang dikontrol Israel dari bagian Timur yang dikuasai Yordania selama hampir dua dekade, dari 1949 hingga 1967, ketika Israel mulai menguasai Yerusalem Timur.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kawasan berbahaya
Tanda yang menunjukkan batas kawasan yang ditanami ranjau darat tampak tergantung pada sebuah pagar di Dataran Tinggi Golan. Banyak warga Israel dan wisatawan asing melewati daerah itu dalam perjalanan menuju kawasan wisata.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Tak berfungsi dan ditinggalkan
Sebuah bangunan rusak tampak di bekas marskas militer Yordania dekat Laut Mati di kawasan Tepi Barat Yordan yang dikuasai Israel. Bangunan itu ibaratnya coreng pada pemandangan, karena ditinggal setelah perang 1967 berakhir, ketika Israel mulai menguasai kawasan itu, setelah mengalahkan Yordania.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kekuatan militer masa lalu
Bangunan ini dulunya milik Suriah, dan berdiri di Dataran Tinggi Golan, di kawasan yang dikuasai Israel setelah mengalahkan Suriah tahun 1967. Dulu bangunan ini adalah kantor pusat militer. Ini salah satu dari banyak sisa bangunan milik Suriah yang dibiarkan kosong dan ditinggalkan sejak berakhirnya perang hampir separuh abad lalu. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)