Timur Tengah Memanas, Semua Pihak Diminta Menahan Diri
11 Mei 2018
Bentrokan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Israel dan Iran di kawasan Suriah, memicu seruan diri dari para pemimpin dunia, agar semua pihak menahan diri-.
Iklan
Iran menolak tuduhan Israel bahwa pihaknya telah menembakkan roket ke posisi Israel di Dataran Tinggi Golan. Teheran menyebutkan tuduhan ini tidak berdasar dan hanya dirancang untuk membenarkan serangan Israel terhadap posisi Iran di Suriah.
Akhir pekan ini, mata para pemimpin dunia tertuju pada aktivitas militer terbaru di Timur Tengah, setelah Israel melakukan serangan mematikan terhadap fasilitas militer Iran di Suriah hari Kamis (10/05). Israel berdalih serangan ini sebagai respon terhadap tembakan roket terhadap pasukannya yang dituduhkan kepada Iran.
Konflik baru dipicu keputusan Trump
Konflik millter ini dilaporkan pecah, setelah berminggu-minggu terjadi eskalasi ketegangan. Pemicu bentrokan terbaru adalah keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hari Selasa (08/05) untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang disepakati pada tahun 2015.
Sebelumnya Jerman dan Inggris bergabung dengan Amerika Serikat mengecam serangan roket terhadap Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang mereka tuduh dilancarkan oleh Iran Sementara Perancis menegaskan kembali "dukungan tak tergoyahkan bagi keamanan Israel".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran telah "melintasi batas merah" dan bahwa pemboman terhadap target di Suriah "adalah konsekuensinya".
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel lewat sambungan telepon bahwa dia tidak ingin adanya "ketegangan baru" di Timur Tengah.
Kawasan Perang Suriah Jadi Tempat Olah Raga Parkour
Melompati atap yang dibom dan melompat melalui bingkai jendela yang rusak, sekelompok remaja berlari dan melompat lewat gedung-gedung yang hancur selama enam tahun perang di kota Inkhil, Suriah selatan.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Peninggalan perang jadi tempat olahraga
Pelatih parkour Ibrahim al-Kadiri dan Muhannad al-Kadiri menunjukkan keahlian mereka di tengah bangunan yang rusak dan peninggalan perang di Inkhil, sebelah barat Deraa, Suriah. Ibrahim berkenalan dengan Parkour di Yordania, tempat dia melarikan diri dari perang. Sekarang dia melatih kelompok remaja beranggotakan 15 orang.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Peninggalan perang
Ibrahim Eid mendemonstrasikan kemampuan parkour di depan bangunan yang rusak di kota Inkhil yang dikuasai pemberontak. Parkour dikembangkan di Prancis pada 1980-an dan telah menjadi populer di kalangan remaja.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Bakat artistik
Inkhil terletak di garis depan pertempuran antara pemberontak dan pasukan pro-pemerintah. Kawasan ini mengalami serangan udara dan penembakan hebat selama konflik. Tinggal di daerah krisis, para remaja mengatakan mereka menemukan pelarian pada olahraga parkour.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Melupakan 'rasa sakit dan kesedihan'
Pelatih parkour Ibrahim al-Kadiri minum teh bersama teman-temannya. Kelompok ini telah berlatih parkour selama dua tahun, sering di halaman sekolah dan pada hari-hari yang sepi, saat tidak ada pertempuran. "Parkour mengeluarkan kita dari atmosfir perang dan membuat kita melupakan rasa sakit dan kesedihan kita," kata Kadiri.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Kehidupan sehari-hari
Ibrahim al-Kadiri sehari-hari bekerja di toko ayahnya. Pada awalnya, keluarga di Inkhil tidak setuju olahraga yang mereka anggap berbahaya itu. Karena anak laki-laki mereka tidak mendengarkan dan terus berlatih dan memperoleh keterampilan baru, mereka akhirnya mengubah pandangan dan mulai mendukung anaknya.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Juga aktif di media sosial
Mereka merekam aksinya dan membuat foto-foto yangh diunggah di media sosial Facebook. "Parkour sangat menarik dan bergantung pada kebugaran fisik dan keterampilan," kata Ayman, salah seorang penonton dalam satu sesi latihan. "Tapi ini berbahaya, terutama karena mereka mencobanya di daerah yang hancur."
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Cidera adalah hal biasa bagi anggota kelompok
Anggota kelompok mengatakan, parkour membawa mereka menjauh dari suasana perang dan membantu mereka melupakan kesedihan mereka. Tapi lompatan parkour juga bisa berbahaya. Anggota ada yang menderita patah jari kaki dan memar. Cidera selama latihan adalah hal biasa bagi mereka.
Foto: Reuters/A. Al-Faqir
Berlatih pada hari-hari tenang
Muhannad al-Kadiri yang berusia 18 tahun menggambarkan kesenangannya: "Ketika saya melompat dari tempat yang tinggi, saya merasa bebas dan saya menikmatinya. Saya suka berkompetisi dengan teman-teman untuk melihat siapa yang bisa mencapai lompatan tertinggi."
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB dan sekretaris jenderal PBB untuk segera mengutuk serangan rudal Iran dan menuntut agar Teheran menarik militernya dari Suriah.
Dalam surat-suratnya kepada dewan keamanan PBB dan sekjen PBB Antonio Guterres, ia menyebutkan bahwa "komunitas internasional tidak boleh berdiam diri saja sementara rezim tirani menyerang bangsa yang berdaulat dan terus berlanjut mengancam keberadaan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. "
Danon mengatakan "Israel tidak tertarik pada eskalasi, tetapi tidak akan membiarkan Iran membangun kehadiran militernya di Suriah yang bertujuan untuk menyerang Israel dan memperburuk situasi yang sudah rapuh di wilayah tersebut. "
PBB imbau hentikan tindakan bermusuhan
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak "penghentian segera semua tindakan bermusuhan" dan provokatif untuk menghindari kembali makin panasnya situasi di Timur Tengah.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan, pasukan penjaga perdamaian di Dataran Tinggi Golan telah menjalin kontak dengan militer Suriah dan Israel, "mendesak kedua pihak untuk menahan diri semaksimum mungkin "dan mematuhi perjanjian gencatan senjata 1974.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan terhadap instalasi militer Iran di dalam wilayah Suriah mengirimkan "pesan yang jelas" kepada Presiden Bashar Assad untuk tidak menyerang Israel. Netanyahu memperingatkan "siapa pun yang menyerang kami - kami akan menyerang mereka tujuh kali lipat dan siapa yang bersiap menyerang kami - kami akan bertindak melawan mereka terlebih dahulu."
Damaskus Membara Akibat Serangan Udara
AS memimpin serangan udara terhadap ibukota Suriah, Damaskus, setelah terjadinya apa yang diduga keras serangan senjata kimia di kawasan Douma pekan lalu, dan mengakibatkan puluhan warga sipil tewas.
Foto: picture-alliance/Xinhua/A. Safarjalani
Langit Damaskus terang-benderang
Serangan peluru kendali AS diarahkan ke sejumlah daerah ibukota Damaskus, Suriah, Sabtu pagi 14 April. Ibukota Suriah itu diguncang sejumlah ledakan besar yang menyebabkan langit terang-benderang dan asap tebal mengepul di sejumlah lokasi.
Foto: picture alliance/AP Photo/H. Ammar
Bendera Suriah dan Rusia Dilambaikan
Siang hari Sabtu, 14 April 2018 sejumlah warga Suriah tampak melambaikan bendera Suriah dan Rusia, dalam rangka memprotes serangan udara yang dipimpin AS, Sabtu dini hari.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
Kehadiran Rusia
Polisi militer Rusia tampak di kawasan Wafideen, dekat Douma Kamis, tanggal 12 April 2018. Polisi militer ditugaskan ke Douma, setelah terjadinya serangan kimia yang menyebabkan tewasnya puluhan warga sipil. Demikian keterangan Departemen Pertahanan Rusia, hari Kamis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/M. Memeri
Kesengsaraan warga sipil
Seorang pria tampak menangis di sebelah jenasah sejumlah anak kecil, setelah terjadi serangan yang diduga serangan kimia di Douma, Suriah, yang masih berada di tangan pemberontak. Akibat serangan sedikitnya 78 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak tewas.
Foto: picture-alliance/newscom/M. Hassan
Anak kecil menderita
Seorang anak balita sedang mendapat perawatan di rumah sakit di Douma, Ghouta Timur, setelah terjadi serangan di kawasan itu. Tim pemberi bantuan medis Suriah menyebut serangan 7 April tersebut, sebagai serangan kimia. Ed.: ml/ap (rtr, dpa, ap)
Foto: Reuters/White Helmets
5 foto1 | 5
Dukungan Eropa terhadap kesepakatan nuklir Iran
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan pihaknya mengutuk serangan roket Iran ke Dataran Tinggi Golan. Tapi ia juga menegaskan kembali dukungan kekuatan Eropa untuk kesepakatan nuklir Iran.
Merkel menggarisbawahi dukungan dari Jerman, Perancis dan Inggris untuk kesepakatan nuklir selama Teheran terus memenuhi kewajibannya di bawah perjanjian itu. Merkel menganjurkan digelarnya pembicaraan dengan Iran dalam sengketa program rudal balistik dan kegiatann Iran di negara-negara seperti Suriah dan Yaman.
Pasukan Pertahanan Israel mengklaim telah menyerang fasilitas militer Iran di Suriah sebagai respon atas tembakan sekitar 20 roket dari Garda Revolusi Iran ke Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Fasilitas yang menjadi sasaran serangan militer Israel di antaranya tempat penyimpanan senjata, logistik dan pusat intelijen yang digunakan elite militer Iran di Suriah.
Kantor berita Suriah SANA memberitakan rudal-rudal Israel menghantam pertahanan udara serta gudang senjata di provinsi Suweida, namun sebagian besar serangan rudal dapat digagalkan. Suara ledakan misil Israel dan tembakan balasan dari Suriah terdengar selama lebih dari lima jam dan berakhir Kamis subuh (10/05).
ap/as(dpa/rtr/afp
Sumber Konflik yang Harus Diwaspadai Indonesia di 2018
Tahun 2018 masih akan diramaikan dengan sederet konflik global yang ikut menciptakan ancaman buat Indonesia. Terutama eskalasi konflik di Asia Timur berpotensi berimbas negatif pada stabilitas di kawasan.
Foto: picture-alliance/dpa
Korea Utara
Semenanjung Korea berpotensi menjadi ancaman terbesar terhadap keamanan regional tahun 2018. Terutama ketegangan yang dipicu oleh nada agresif pemerintahan baru AS dan sikap keras kepala Pyongyang semakin mendekatkan dunia pada perang nuklir. Peta di atas menunjukkan 11 pangkalan militer AS di Jepang dan Korea Selatan yang disiagakan menyusul konflik dengan Korea Utara.
Laut Cina Selatan
Selama 2017 Amerika Serikat acuh terhadap ekspansi militer Cina di Kepulauan Spratly dan Paracel. Tahun ini Beijing diyakini bakal menggandakan upayanya menguasai jalur dagang yang ditenggarai kaya Sumber Daya Alam tersebut. Meski tidak terlibat secara langsung, Indonesia mengkhawatirkan stabilitas kawasan yang kian rentan digoyang konflik regional.
Laut Cina Timur
Asia Timur tidak hanya sumber kemakmuran, tetapi juga kental dengan aroma konflik antara Jepang dan Cina. Sejak lama kedua negara berseteru seputar Kepulauan Senkaku atau Daiyou di Laut Cina Timur. Meski Beijing dan Tokyo selama ini menahan diri terhadap konfrontasi bersenjata, perseteruan di Laut Cina Timur bisa berimbas secara politis terhadap Asia Tenggara.
Foto: DW
Filipina Selatan
Perang di Marawi membuka mata dunia tentang kemampuan Islamic State menebar teror di Asia Tenggara. Selama 2017 Indonesia sigap mengawasi perbatasan laut di Laut Sulawesi. Tahun ini TNI mengendus ancaman tambahan berupa afiliasi antara kelompok teror dengan perompak untuk menyelundupkan senjata dan membangun jalur logistik buat aksi terorisme.
Rohingya
Perang saudara di Myanmar yang memuncak tahun lalu belum akan mereda dalam waktu dekat. Minimnya komitmen damai pemerintah di Naypyidaw hanya akan semakin menyulut konflik berkepanjangan tersebut. Genosida terhadap minoritas Rohingya juga menjadi sumber perseteruan di ASEAN antara Myanmar dengan Indonesia dan Malaysia.
Suriah
Tahun 2017 Suriah memasuki era pasca ISIS yang ditandai dengan kemunculan Turki sebagai kekuatan pendudukan. Negeri dua benua itu menempatkan pasukan secara permanen di utara Suriah dan bahkan ikut membangun pemerintahan regional. Meski kehilangan wilayah, pengaruh ISIS menginspirasi aksi teror oleh simpatisannya di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak berkurang.
Iran vs Arab Saudi
Di penghujung 2017 perseteruan Iran dan Arab Saudi yang selama ini mengompori perang proxy di Timur Tengah mendekati konfrontasi langsung. Libanon dan Yaman menjadi panggung konflik teranyar kedua negara. Indonesia yang aktif sebagai mediator juga ikut kecipratan konflik, yakni menguatnya ketegangan antara mayoritas Sunni dan minoritas Syiah. (rzn/hp - thediplomat, foreignpolicy, nytimes)