1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIsrael

Israel dan Turki Pulihkan Hubungan Diplomatik Penuh

18 Agustus 2022

Menyusul peningkatan hubungan yang stabil, Israel dan Turki hari Rabu (17/08) mengatakan mereka akan memulihkan hubungan diplomatik dan saling mengirim duta besarnya lagi.

PM Israel Yair Lapid (kiri) dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu (kanan) di Ankara
PM Israel Yair Lapid (kiri) dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu (kanan) di AnkaraFoto: Necati Savas/AP/picture alliance

Israel dan Turki telah memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik sepenuhnya dan akan mengirim kembali duta besar ke negara masing-masing, kata kantor Perdana Menteri Israel Yair Lapid hari Rabu (17/08) dalam sebuah pernyataan.

"Meningkatkan hubungan akan berkontribusi memperdalam hubungan antara kedua bangsa, memperluas hubungan ekonomi, perdagangan, budaya, dan memperkuat stabilitas regional," kata pernyataan itu.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengonfirmasi langkah tersebut dengan mengatakan, "penunjukan duta besar adalah salah satu langkah untuk normalisasi hubungan. Langkah positif seperti itu datang dari Israel sebagai hasil dari upaya ini, dan sebagai Turki, kami juga memutuskan untuk menunjuk seorang duta besar ke Israel, ke Tel Aviv."

Pada tahun 2018, Turki menarik duta besarnya untuk Israel setelah bentrokan mematikan di perbatasan Gaza, dan Presiden Amerika Serikat saat ituDonald Trump memindahkan kedutaan Washington ke Yerusalem. Israel juga menarik duta besarnya dari Turki.

Terlepas dari sengketa diplomatik dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan kedua negara terus berlanjut dan Turki tetap menjadi tujuan populer bagi wisatawan Israel. Namun, Israel memperingatkan warganya untuk pulang pada bulan Juni lalu, setelah plot pembunuhan Iran terhadap warga negaranya di Istanbul terbongkar.

Terobosan diplomatik meski ada ketegangan Palestina

Mevlut Cavusoglu mengatakan, "kami tidak menyerah pada perjuangan Palestina. Penting agar pesan kita tersampaikan secara langsung melalui duta besar.”

Dalam beberapa bulan terakhir, baik Turki maupun Israel telah membuat langkah untuk meningkatkan hubungan. Pada bulan Maret, kedua negara mengumumkan era baru dalam hubungannya ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Ankara.

Pada hari Rabu (17/08), PM Israel Yair Lapid menggambarkan terobosan diplomatik itu sebagai "aset penting untuk stabilitas regional dan kabar ekonomi yang sangat penting bagi warga Israel."

Rekonsiliasi secara terbuka berlangsung setelah Presiden Herzog menjabat pada Juli 2021. Presiden Israel itu mengatakan, pembaruan penuh hubungan "akan mendorong hubungan ekonomi yang lebih besar, pariwisata timbal balik, dan persahabatan antara rakyat Israel dan Turki."

Turki tidak melupakan Palestina

Yair Lapid kemudian berterima kasih kepada Ankara atas kerja samanya sehingga warga Israel dengan cepat dapat melanjutkan liburan Turki mereka. Sementara Turki juga sangat ingin mendorong normalisasi dengan Israel, yang juga dapat bermanfaat bagi Palestina.

"Seperti yang selalu kami katakan, kami akan terus membela hak-hak warga Palestina," kata Cavusoglu.

Selain hubungannya dengan kepemimpinan Palestina yang berbasis di Tepi Barat, Turki juga mempertahankan hubungan dengan kelompok Islam Hamas yang menguasai Gaza.

Efraim Inbar, Ketua Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem, mengatakan para pengamat jangan berangan-angan bahwa hubungan bilateral akan pulih cepat sebaik selama tahun 1990-an. "Selama Erdogan berkuasa, akan ada sejumlah permusuhan dari Turki terhadap Israel, karena koneksi Islamisnya. Dia akan terus mendukung Hamas misalnya," katanya kepada kantor berita AFP.

Israel telah memberlakukan blokade terhadap 2,3 juta penduduk Gaza sejak 2007 dan - bersama dengan banyak negara Barat - menunjuk Hamas sebagai organisasi teroris.

hp/ha (Reuters, AFP, AP)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait