Israel Desak Sekjen PBB Mundur Imbas Komentar soal Hamas
25 Oktober 2023
Pernyataan Sekjen PBB Antonio Guterres di Dewan Kemanan PBB bikin Israel meradang. Ia dituding "tak layak memimpin PBB" dan dituntut untuk segera mengundurkan diri dari jabatannya.
Iklan
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mendesak agar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengundurkan diri.
Ia menuduh Guterres telah "menyatakan pemahaman” atas "terorisme dan pembunuhan” yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Tuduhan Erdan itu merujuk pada komentar Guterres di Dewan Keamanan PBB pada Selasa (24/10) pagi waktu setempat.
Dalam kesempatan itu, Guterres menyerukan untuk segera dilakukan gencatan senjata seraya megecam bahwa "pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional” terjadi di Gaza.
Menurut Guterres, warga Palestina telah menjadi sasaran pendudukan selama beberapa dekade.
"Penting juga untuk menyadari bahwa ada alasan mengapa serangan Hamas terjadi,” ujar Guterres.
Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat, serta oleh Jerman dan Uni Eropa.
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
"Tak layak pimpin PBB”
Melalui platfrom media sosial X (sebelumnya Twitter), Erdan mengatakan bahwa komentar Guterres menunjukkan bahwa dia "tidak layak untuk memimpin PBB.”
"Saya menyerukan agar dia segera mengundurkan diri,” tulis Erdan.
"Tidak ada gunanya berbicara dengan mereka yang menunjukkan belas kasihan atas kekejaman paling mengerikan terhadap warga Israel dan orang-orang Yahudi,” tambahnya
Pernyataan Sekjen PBB tersebut juga membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.
"Tuan Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” kata Cohen. "Jelas, ini bukan dunia kita,” tambahnya.
Cohen pun membatalkan rencana pertemuannya dengan Guterres.
"Saya tidak akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB. Setelah 7 Oktober, tidak ada ruang untuk pendekatan yang seimbang. Hamas harus dimusnahkan dari muka Bumi,” tulis Cohen di media sosial.
Menurut data Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober yang menyasar warga sipil termasuk keluarga dan festival musik, telah membunuh sedikitnya 1.400 orang dan menyandera lebih dari 220 orang.
Sementara menurut perkiraan yang dirilis Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 5.700 warga Palestina, yang sebagian besar warga sipil, terbunuh di Jalur Gaza akibat serangan balasan dari Israel.