1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180608 Waffenruhe Israel

18 Juni 2008

Israel tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dan lebih dulu meninjau ulang semua opsi yang ada. Namun kini jelas sudah. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku 6 bulan, mulai Kamis (19/06).

Pemimpin Hamas Mahmud Zahar (ki) dalam konferensi pers di kediamannya di Gaza City, Selasa (17/06).Foto: AP

Radio Israel memberitakan Rabu pagi, bahwa Israel ikut dalam gencatan senjata besok pukul 6 pagi waktu setempat. PM Ehud Olmert dan Menteri Pertahanan Ehud Barak sudah menyetujui, demikian laporan berdasarkan keterangan Kementrian Pertahanan. Rupanya, pemerintah Israel menunggu tim juru runding pulang dari Mesir, untuk mendapat paparan tentang rincian perjanjian dengan Hamas.

Juru bicara pemerintah Mark Regev akhirnya mengatakan hari Rabu (18/06), "Israel memutuskan untuk menerima tawaran Mesir, dan kami sungguh berharap bahwa mulai besok, rakyat kami di selatan tidak akan lagi menjadi korban tembakan rudal dan mortir dari teroris di Jalur Gaza, dan akan menghadapi periode baru yang damai dan tenang."

Jika Israel melanggar gencatan senjata, maka Hamas akan menjawab, kata pemimpin Hamas Khaled Meeshal di Damaskus. Sebelumnya, rincian kesepakatan diumumkan secara luas dan dengan segera disambut suara-suara skeptis.

Menurut prakiraan surat kabar Israel Haaretz, persyaratan gencatan senjata memperkuat posisi Hamas dalam perundingan di dalam negeri dengan rivalnya Gerakan Fatah. Berdasarkan gencatan senjata tersebut, Israel praktis kehilangan pengaruh di penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza.

Pembebasan serdadu Israel Gilad Shalit yang diculik Hamas, juga tetap tidak jelas. Hal itu diterangkan sebelumnya oleh pemimpin Hamas di Jalur Gaza Mahmud al Zahar.

Zahar mengatakan, “Masalah itu sepenuhnya tergantung pada kesepakatan sekarang. Tidak ada hubungan antara gencatan senjata dan Shalit."

Pembebasan Shalit sedianya dirundingkan dalam beberapa pekan ke depan. Jika gencatan senjata betul-betul terlaksana besok pagi, dan bertahan untuk tiga hari, maka Israel akan membuka dua perbatasan dan mengijinkan masuknya pasokan bahan baku, juga barang lain ke dalam Jalur Gaza. Begitu media memberitakan.

Namun tidak disinggung kemungkinan pencabutan penuh blokade terhadap Jalur Gaza yang sudah berlangsung satu tahun.

Kemarin malam, rudal Kassam kembali ditembakkan dari Jalur Gaza ke Sderot, Israel. Kota ini paling banyak menjadi sasaran rudal. Penduduknya menanggapi gencatan senjata dengan kritis.

Seorang warga Sderot berkata, "Saya yakin gencatan senjata ini cuma tipuan. Tipuan yang bahkan membawa nama banyak pejabat dan pengambil keputusan. Ini praktis gencatan senjata yang diikuti penimbunan senjata oleh militan di Gaza. Gencatan senjatanya sendiri begitu rentan sehingga bisa diakhiri setiap menit dan kami di sinilah yang menderita karenanya. "

Keraguan yang sama dirasakan penduduk Jalur Gaza. Mereka tak percaya Israel bisa menghentikan seluruh aksi militer di Gaza.

Seorang warga Gaza mengatakan, "Kami ingin situasi tenang, stabil, hidup dalam damai dan dengan martabat. Tapi Israel tak akan membiarkan kami tenang.“

Sementara itu, pemerintah AS menahan diri. Seorang juru bicara Kementrian Luar Negeri sempat melontarkan keraguan apakah kesepakatan semacam itu ada, kalaupun ya, tak bisa disangkal ada rasa skeptis.

Bagaimanapun juga, esok pagi, Kamis pukul 6 waktu setempat, gencatan senjata akan diberlakukan, demikian pengumuman mediator dari Mesir. Ia menambahkan, semoga kesepakatan itu bisa bertahan. (rp)