Israel berencana untuk membangun sebuah pulau buatan lengkap dengan pelabuhan, jembatan dan bandara, di lepas pantai Gaza yang dikuasai Hamas.
Iklan
Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz mendorong pembangunan sebuah "pulau buatan" di lepas pantai Gaza yang dikuasai Hamas.
Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz mengatakan pembangunan pulau buatan tersebut bertujuan untuk meringankan kesulitan ekonomi di jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan untuk menyambungkan kembali wilayah tersebut dengan masyarakat dunia.
Palestina menyambut rencana pembangunan tersebut dengan skeptis dan rasa khawatir, bahwa tujuan sebenarnya pembuatan pulau artifisial ini malah akan lebih memutuskan Gaza dari Tepi Barat.
Gaza: Mereka Kehilangan Tempat Bernaung
Perang yang berkecamuk memaksa puluhan ribu orang mengungsi di Jalur Gaza. Badan-badan bantuan PBB tidak memiliki sumber daya untuk mengatasi banjirnya pengungsi.
Foto: Reuters
Terus berlari
Perang memakan korban jiwa dan material. Serangan militer Israel di Jalur Gaza menyebabkan orang-orang kehilangan rumah mereka. Kemana mereka harus berlindung?
Foto: AFP/Getty Images
Mengutamakan anak-anak
Perang selalu berujung pada jatuhnya korban. Perang di Gaza memaksa orang-orang melarikan diri. Mereka mencari keselamatan. Seorang warga Palestina membopong anak-anakmya di dekat sebuah pasar di Shejaia.
Foto: Reuters
Menatap kehancuran
Dengan menaiki gerobak, warga di Bet Lahiya utara Jalur Gaza meninggalkan rumah-rumah mereka. Mereka menyeberangi perbatasan Gaza dengan melewati dua terowongan utama.
Foto: Reuters
Perempuan dan anak-anak
Perempuan dan anak-anak menyelamatkan diri. Dengan menggunakan kendaraan, para warga Palestina terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka, guna menghindari serangan massif.
Foto: Reuters
Rumah luluh lantak
Warga Palestina di distrik Shejaia ini berduka melihat kehancuran rumah-rumah mereka. Tak ada tempat lagi untuk bernaung. Jenazah para korban seakan berserakan di jalanan, sementara rumah sakit disesaki oleh korban yang mengalami luka-luka.
Foto: Reuters
Di tengah situasi mengerikan
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka di timur distrik Shejaia, setelah serangan Israel menyebabkan jatuhnya korban jiwa di jalan-jalan.
Foto: M.Abed/AFP/Getty Images
Peringatan polisi
Keluarga-keluarga Palestina ini melarikan diri, setelah mendapat peringatan dari polisi, akan adanya serangan Israel di Gaza.
Foto: Reuters
Menara mesjid yang hancur
Warga Palestina berhimpun di dekat sebuah menara mesjid yang hancur. Polisi mengatakan menara mesjid di Gaza City itu rusak akibat serangan udara Israel.
Foto: Reuters
Kamp penampungan pun rusak
Sekolah PBB ini tadinya dimanfaatkan untuk menampung para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal. Namun kini, sekolah PBB di Jebaliya di utara Jalur Gaza ini rusak berat akibat serangan Israel 30 Juli 2014.
Foto: Reuters
9 foto1 | 9
Menteri perhubungan Israel Yisrael Katz menjelaskan pulau seluas delapan kilometer persegi akan dihubungkan ke Gaza, dengan sebuah jembatan sepanjang lima kilometer.
Akan dilengkapai pelabuhan dan bandara
Diperkirakan biaya pembangunan tersebut akan memakan dana sebesar lima miliar dollar AS, dengan mencakup pembangunan pelabuhan. Di masa depan pulau buatan itu kemungkinan akan dilengkapi dengan bandar udara.
Israel akan mengawasi keamanannya, tapi menurut Israel, pengamanan dan pengelolaaanya bisa diserahkan kepada Palestina dan masyarakat internasional.
Katz, yang juga merupakan wakil Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel tidak keberatan untuk mengurangi blokade di Gaza selama kebutuhan atas keamanannya terpenuhi.
"Saya rasa, sungguh tidak benar memblokir dua juta orang tanpa bisa terhubung ke dunia, "kata Katz dalam pertemuannya dengan wartawan asing. "Israel tidak memiliki kepentingan untuk lebih menyulitkan penduduk di sana. Tapi karena alasan keamanan kita tidak bisa membangun bandara atau pelabuhan di Gaza. "
Gaza City memiliki pelabuhan kecil yang tidak cukup besar untuk menampung kapal-kapal besar. Israel dan Mesir memblokir Gaza, setelah gerakan Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007.
Terowongan Bawah Tanah Gaza
Israel bersikeras untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah. Tapi terowongan ini punya banyak fungsi, tidak hanya digunakan oleh kelompok miltan.
Foto: picture alliance/landov
Jalur penyeludupan
Warga Palestina melihat terowongan bawah tanah sebagai infrastruktur penyaluran barang, Israel menganggapnya sebagai jalur penyelundupan senjata. Ratusan, bahkan mungkin ribuan terowongan, dibangun menghubungkan Jalur Gaza yang diblokade dengan dunia luar. Bahkan ternak pun sering diselundupkan lewat terowongan ini.
Foto: Getty Images
Pembangunan yang menguras tenaga
Terowongan bawah tanah ini dibangun dengan tangan dan peralatan sangat sederhana. Sebagai penyangga dipakai kayu, di terowongan yang besar digunakan juga penyangga beton. Bagi anak muda Palestina, pembangunan terowongan adalah salah satu kemungkinan untuk bekerja dan mendapat upah.
Foto: Getty Images
Jalan masuk tersembunyi
Jalan masuk ke terowongan sering berada di dalam rumah, sehingga tidak terlihat dari luar. Untuk memakai terowongan biasanya dipungut bayaran. Pemilik rumah mendapat bagian dari "bea masuk" ini.
Foto: Getty Images
Jalur logistik
Banyak warga Palestina menggunakan terowongan untuk menyelundupkan bahan bangunan seperti semen dan batu untuk pembangunan rumah. Juga kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan pakaian dibawa lewat jaringan bawah tanah ini. Tapi terowongan juga sering digunakan kelompok militan bersenjata.
Foto: DW/T. Krämer
Sistem yang berfungsi sejak lama
Sistem terowongan di Jalur Gaza sudah ada sejak lebih 30 tahun. Beberapa bagian terowongan dilengkapi dengan jaringan listrik dan telepon. Dalam situasi darurat, terowongan ini juga bisa digunakan sebagai tempat perlindungan dan persembunyian.
Foto: Getty Images
Mesir menghancurkan terowongan
Tidak hanya Israel, melainkan juga Mesir menghancurkan terowongan bawah tanah. Karena di Sinai beberapa kali terjadi serangan gelap terhadap pasukan Mesir. Militer Mesir menuduh kelompok militan Hamas melakukan serangan itu.
Foto: DW/S.Al Farra
Berdinding beton
Beberapa terowongan menuju wilayah Israel dibangun dengan dinding beton. Terowongan ini digunakan kelompok militan untuk melakukan serangan ke Israel. Tahun 2013, Menteri Pertahanan Moshe Yaalon meninjau salah satu terowongan yang ditemukan tentara Israel di wilayahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Operasi militer untuk hancurkan terowongan
Sejak melancarkan operasi militer awal Juli 2014, militer Israel menyatakan sudah menemukan dan menghancurkan puluhan terowongan. PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, operasi militer akan dilanjutkan "sampai jaringan terowongan ini berhasil dihancurkan".
Foto: picture alliance/landov
8 foto1 | 8
Israel mengatakan blokade itu diperlukan untuk mencegah masuknya senjata ke kelompok- kelompok militan Islam, yang telah terlibat tiga kali peperangan dengan Israel sejak pengambilalihan kekuasaan. Berbagai kalangan mengkritik pemblokiran atas 1,8 juta penduduk Gaza.
Berbagai inisiatif telah dicoba untuk mendamaikan Hamas dengan Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas, namun inisiatif-inisiatif itu gagal.
Penduduk kekurangan bantuan
Israel saat ini membuka akses sekitar 850 truk setiap harinya untuk mengangkut barang ke Gaza melalui penyeberangan darat, namun menurut organsisasi kemanusiaan dan pejabat PBB, bantuan itu tida mencukupi kebutuhan warga di Gaza.
Katz mengatakan pulau buatan yang berada di perairan internasional bisa memberikan kemandirian ekonomi bagi Palestina dan memungkinkan Israel menjaga keamanan. Dia berharap pihak keamanan Israel akan mendukung rencana itu.
Rencana pembangunan pulau buatan masih harus menunggu kesepakatan dalam pemungutan suara di kabinet. Setelah disepakati, badan-badan internasional diharapkan terlibat dalam pelaksanaan dan pendanaan.
Husam Zumlot, seorang asisten Abbas, menyoroti ide tersebut sebagai hal yang "meragukan" dan"bermotif politik," dengan mengatakan rencana tersebut mungkin malah mengarah pada "pemblokiran akhir Gaza dari sisa wilayah yang diduduki Palestina. "
ap/rzn (ap/washingtonpsost/dailymail)
Kesaksian Serdadu Israel Tentang Pelanggaran HAM di Palestina
Organisasi HAM Israel, Breaking the Silence mengumpulkan kesaksian serdadu tentang berbagai insiden dan pelanggaran HAM di Palestina. Testimoni mereka mengungkap tindak tanduk militer yang semakin menyulut kebencian.
Foto: Reuters
Nyanyian Senyap Para Serdadu
Israel kerap mengklaim militernya adalah yang paling bermoral di seluruh dunia. Namun kesaksian sejumlah serdadu membuktikan sebaliknya. Testimoni berikut diambil secara anonim tanpa menyebutkan identitas. Hampir semua pelanggaran yang dicatat oleh organisasi Breaking the Silence tidak pernah menyentuh meja pengadilan.
Foto: Breaking the Silence
Darah Menjamin Pangkat
Seorang serdadu berpangkat sersan berkisah, ketika baru ditempatkan dalam unit patroli di tepi barat ia mendapat arahan dari seorang komandan berpangkat mayor jendral, "pangkatmu tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang kamu tangkap, tetapi seberapa banyak kau membunuh." Menurutnya hampir semua perwira tinggi di militer Israel meniti karir dengan cara serupa.
Foto: Reuters
Tameng Manusia
Seorang kapten dilaporkan mengikat seorang lelaki Palestina di kap mesin mobilnya untuk mencegah warga melemparkan batu ke arah konvoi tentara di sebuah desa di Bethlehem. Kesaksian tersebut dibuat oleh seorang serdadu berpangkat letnan. Kapten yang sama juga diklaim pernah memancing amarah warga desa Takoa di Tepi Barat agar "bisa menembaki kaki anak-anak dan remaja Palestina" yang melempar batu.
Foto: Getty Images/AFP/J. Ashtiyeh
Aksi Beringas Pemukim Yahudi
Seorang sersan di Brigade Nahal bercerita suatu hari ia mendapati seorang bocah perempuan Palestina dengan luka lebar di kepala. Ia dilempar batu oleh bocah Israel di desanya di Hebron. Menurutnya, bocah di pemukiman Yahudi justru mendapat pujian oleh orangtuanya jika melukai warga Palestina. Tindak kriminal semacam itu jarang ditindaklanjuti oleh kepolisian dan cendrung dilindungi oleh militer.
Foto: Reuters
Korban Sipil
Pertengahan 2014 militer Israel mendapat informasi pertemuan petinggi Hamas di sebuah rumah bertingkat di Khirbet Khuza’a, Jalur Gaza. Ketika pasukan pengintai mengkonfirmasikan target, angkatan udara Israel langsung menghancurkan gedung tersebut dengan bom. Warga sipil yang berada di dalam gedung cuma diberi waktu satu menit untuk melarikan diri. Tidak ada yang selamat dalam serangan tersebut.
Foto: Reuters
Tubuh Berceceran di Tembok
Seorang sersan di Brigade Givati bercerita tentang operasi penggerebekan sebuah rumah di Jalur Gaza. Ketika pintu rumah tidak dibuka, mereka lalu memasang bom jenis Fox di gagang pintu. Pada saat bom meledak, penghuninya yang seorang ibu baru hendak membuka pintu. Anak-anak melihat bagaimana tubuh ibunya berceceran di tembok rumah. Insiden tersebut kemudian dianggap "lucu" oleh seorang serdadu.
Foto: Reuters/M. Salem
Blokade Mengusir Bosan
Militer Israel sering memblokade pemukiman Palestina untuk alasan keamanan. Namun seorang serdadu berpangkat letnan berkisah bagaimana komandannya memblokir desa di dekat Qalqilya, Tepi Barat, cuma karena merasa bosan. "Tinggal kurung mereka. Anda menghancurkan mereka secara mental dan fisik. Mereka tidak bisa keluar dan tidak bisa bekerja," tuturnya mengutip ocehan sang komandan.
Foto: Reuters
Penggusuran Rumah Sipil
Setiap kali Hamas meluncurkan roket Qassam, militer Israel akan merangsek ke pemukiman Palestina di Jalur Gaza dengan buldoser. Mereka bertugas menggusur rumah penduduk tak berdosa untuk membuka zona pengaman. Adalah serdadu berpangkat rendah seperti letnan yang memutuskan rumah siapa yang harus dirobohkan. Penghuninya diusir tanpa uang ganti rugi.
Foto: Reuters
Salah Target
Sebuah operasi pembunuhan terhadap target teroris yang dilakoni pasukan elit Israel, Unit Shaldag, di Jalur Gaza berujung petaka. Seorang serdadu berkisah mereka menembaki mobil yang salah dan membunuh tiga orang warga sipil Palestina. Militer Israel kemudian mengklaim operasi tersebut berhasil. Keesokan harinya media melaporkan tentara berhasil membunuh tiga teroris.
Foto: picture alliance / AP Photo
Penganiayaan Sipil
Seorang sersan berkisah tentang seorang komandan di batalyon 35 yang berpatroli di sebuah pasar di Hebron. Dia lalu mendatangi seorang pedagang Arab berusia tua, menyeretnya ke halaman belakang dan memukulinya hingga babak belur. Sersan yang sama bercerita tentang serdadu lain yang ditugaskan menggeledah sebuah rumah, memotret penghuni perempuan saat sedang telanjang.