Israel mematangkan rencana aneksasi terhadap Tepi Barat Yordan yang dijadwalkan akan dimulai awal Juli. PM Netanyahu berpacu dengan waktu, menyusul pemilihan kepresidenan Amerika Serikat yang sudah di depan pintu.
Iklan
Israel bergegas merampungkan rencana pendudukan permanen terhadap Tepi Barat Yordan, sesuai peta jalan damai yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kini untuk pertamakalinya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjelaskan, warga Palestina di Tepi Barat nantinya akan hidup di kantung-kantung enklave, tanpa hak atas kewarganegaraan Israel.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Hayom, politisi konservatif itu membeberkan rencana detail terkait status hukum penduduk Palestina pasca aneksasi Tepi Barat Yordan. Menurutnya warga yang hidup di kota-kota seperti Jericho atau Ramallah akan tetap berada di bawah “pemerintahan” Palestina.
Meski begitu Palestina tetap tidak diizinkan membangun kekuatan militer. Israel akan mengambil alih fungsi pertahanan dan keamanan, tutur Netanyahu.
“Mereka akan tetap berada di dalam enklave Palestina. Anda tidak perlu menduduki Jericho. Di sana hanya ada satu atau dua klaster. Anda tidak perlu menjalankan kedaulatan atas mereka. Mereka tetap menjadi subyek bagi negara Palestina. Tapi pengawasan keamanan Israel tetap berlaku di tempat-tempat ini.”
Netanyahu sedang bergegas. Rencana damai Trump hanya berlaku hingga Pemilu Kepresidenan AS pada November mendatang. Diyakini, Partai Demokrat tidak akan melanjutkan kebijakan Trump di Timur Tengah jika berhasil memaksakan suksesi di Gedung Putih.
Sebab itu pemerintah di Tel Aviv bersikeras, selambatnya pada 1 Juli nanti parlemen bakal mengesahkan rencana aneksasi Tepi Barat Yordan.
Peta jalan damai versi Donald Trump
Menurut peta jalan damai versi Donald Trump, “tidak seorangpun warga Israel atau Palestina yang boleh diusir dari kampung halamannya” saat ini. Meski terkesan normatif, kalimat tersebut memungkinkan Israel mencaplok wilayah yang menjadi kantung pemukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat. Akibatnya wilayah Palestina di Tepi Barat mengerucut menjadi sepenuhnya berada di dalam batas negara Israel.
Sesuai rencana tersebut, dalam waktu dekat Tel Aviv berencana menduduki sepenuhnya Lembah Yordan yang sekaligus memutus akses Palestina kepada jiran terdekatnya itu.
Adapun soal pembentukan negara Palestina, rencana Trump menyaratkan otoritas Palestina harus mengakui eksistensi Israel, tidak berusaha bergabung dengan organisasi internasional tanpa restu pemerintah Israel, serta tidak mendakwa Israel atau Amerika Serikat di mahkamah internasional.
Nantinya pengungsi Palestina yang terusir dari kampung halamannya dalam perang 1948 dan 1967, tidak lagi berhak kembali ke tempat yang kini berada di dalam wilayah Israel. Bantuan lembaga pengungsi PBB, UNRWA, terhadap Palestina juga akan dihentikan secara otomatis dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut.
Netanyahu mengatakan jika Palestina menyetujui dan mematuhi semua butir perjanjian damai itu, maka “mereka bisa memiliki sebuah entitas sendiri yang didefinisikan sebagai sebuah negara oleh Presiden Trump.”
Tapi meski peta jalan damai versi Trump membebaskan Irael untuk mencaplok 30 persen wilayah Palestina, rencana yang diajukan pemerintahan Netanyahu hanya mencakup wilayah seluas 20 persen, lapor Haaretz.
Saat ini sebuah komite bentukan Israel dan Amerika Serikat sedang menggodok peta baru yang secara detail menggambarkan pembagian wilayah kedaulatan. Namun proses tersebut tidak melibatkan perwakilan Palestina.
Eskalasi konflik cuatkan kekhawatiran
Sebagai reaksi, Otoritas Palestina membatalkan semua perjanjian yang dibuat dengan Israel dan Amerika Serikat. Koordinasi keamanan, antara lain pertukaran informasi, juga tidak lagi dilakukan. Buntutnya Israel dikabarkan melarang polisi Palestina masuk ke wilayah yang didudukinya.
Kedutaan Besar AS juga memperingatkan warganya untuk tidak lagi memasuki kawasan Tepi Barat Yordan menyusul ancaman keamanan. Rencana aneksasi oleh Israel diyakini akan memicu ketegangan baru dengan warga Palestina, dan memicu tindak kekerasan di kawasan padat wisatawan.
“Pemerintah melarang keras pegawai kedutaan melakukan perjalanan pribadi keTepi Barat Yordan,” demikian tulis perwakilan AS di Yerusalem Barat dalam sebuah memo keamanan, Kamis (28/5).
Eskalasi konflik di Tepi Barat memicu kekhawatiran di negeri jiran.Yordania, satu dari dua negara Arab yang berdamai dengan Israel, mewanti-wanti munculnya “konflik besar” jika Tel Aviv mengimplementasikan rencana tersebut
Komisioner urusan Luar Negeri Uni Eropa, Joseph Borell, mengatakan pihaknya akan menggunakan semua jalur diplomasi untuk mencegah aksi sepihak Israel. Dalam sebuah pertemuan virtual bersama menteri-menteri luar negeri UE pertengahan Mei silam, Borell mendesak agar Eropa “bekerjasama mencegah insiatif ke arah aneksasi.”
Rencana pemerintah Israel juga dikritik di dalam negeri. Di laman editorialnya, harian liberal Haaretz misalnya akat “mungkin tidak mengetahui implikasi praktis dari rencana ini terhadap keseharian mereka, dan ancaman yang tersimpan di balik langkah tersebut.”
rzn/hp (ap, afp, rtr, haaretz, jpost)
Rawabi: Melawan Israel Dengan Bata
Proyek swasta terbesar dalam sejarah Palestina: Pembangunan kota Rawabi di Tepi Barat. Tak jauh dari situ berdiri banyak permukiman yang dibangun Israel untuk warga Yahudi. Sebuah harapan bagi terciptanya perdamaian?
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Kota berbukit
Rawabi artinya bukit-bukit. Kawasan ini memang berada di atas perbukitan. Rawabi menjanjikan komunitas baru bagi keluarga Palestina untuk memiliki rumah modern dengan harga terjangkau. Di sekitar kota ini, banyak pemukiman yang dibangun Israel.
Foto: picture alliance/dpa
Kota baru di Tepi Barat
Berlokasi di kawasan yang tak putus dirundung konflik. Rawabi berada di antara Ramallah dan Nablus.Kota ini berjarak sekitar 25 km dari Yerusalem dan sekitar 9 kilometer dari Ramallah.
Proyek percontohan modern
Mulai dibangun pada 2010, secara bertahap, Rawabi akan menjadi sebuah kota lengkap dengan fasilitas perbelanjaan, sekolah, universitas, rumah sakit, pusat kebudayaan, restoran, ruang hijau, serta rumah-rumah ibadah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Membangun komunitas baru
Tersedianya lapangan kerja, pendidikan, rekreasi dan lingkungan diharapkan menyokong pertumbuhan komunitas di sini. Keluarga Khateeb bersantai di teras apartment baru mereka, menyongsong masa depan baru. Kota ini bukan sekedar pemukiman, namun juga simbol 'aspirasi bernegara' setelah puluhan tahun pendudukan Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Menyediakan ribuan unit rumah
Pada tahap awal, disediakan 5000 rumah bagi sekitar 25.000 penduduk. Rumah-rumah itu tersebar di 23 blok, masing-masing dengan estetika tersendiri. Semua kawasan didukung fasilitas modern yang indah termasuk parkir bawah tanah, taman bermain, trotoar dan toko-toko ritel. Konstruksi berikutnya dibangun untuk menampung lebih dari 40.000 warga.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Dari tradisional ke modern
Sejak dibuka jelang akhir tahun 2015, sudah lebih dari 1200 orang menempati unit-unit rumah di Rawabi.Apartment tersedia dalam jenis studio hingga unit keluarga. Tipe rumah semacam ini berbeda dengan budaya tradisonal Palestina yang biasa menempati rumah besar dengan didiami oleh keluarga besar dari berbagai generasi di bawah satu atap.
Foto: Ulrike Schleicher
Mengawinkan pemukiman dengan bisnis
Bintang film barat dan Arab terlihat dari jendela bar dan restoran. Di pusat kotanya dibangun ritel-ritel bisnis, hotel, bioskop dan lain-lain, yang didukung oleh teknologi terbaru dan jaringan internet berkecepatan tinggi. Sebagai kota swasta terbesar dalam sejarah Palestina, Rawabi akan memperluas hubungan ekonomi lokal dan global.
Foto: Ulrike Schleicher
Hiburan juga penting
Gambar artis legendaris Amerika Serikat, Marilyn Monroe tampak pada dinding sebuah bangunan pertunjukan yang dipersiapkan bagi warga. Sejumlah pusat hiburan dipersiapkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Theater terbuka
Ada pula theater terbuka ala Amphitheater Romawi yang bisa menampung ribuan pengunjung yang ingin datang menyaksikan pertunjukan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Penasaran lihat dalamnya?
Ini ruang tamu salah satu apartment yang disediakan oleh pihak developer. paling tidak, mebel-mebel yang paling sering digunakan sudah tersedia di dalam rumah. Apakah cukup nyaman?
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Serba modern
Seorang pria tampak berjalan di dalam sebuah apartment. Tampilan luar dan interior dalam tiap rumah terlihat sangat modern.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Mendorong investasi asing
Janina dari Ramallah bertanggung jawab urusan investasi. Perusahaan internasional, terutama di bidang berteknologi tinggi, kesehatan dan energi terbarukan terus dijajaki untuk diajak ambil peran penting dalam memperkuat kegiatan ekonomi di Rawabi, yang berencana membuka lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan tetap untuk mendukung kualitas hidup jangka panjang.
Foto: Ulrike Schleicher
Perusahaan pengembang
Bayti Real Estate Investment Company, pengembang Rawabi, adalah perusahaan milik Qatari Diar dan Massar Internasional. Investasi di Rawabi diperkirakan akan melebihi volume satu miliar US Dollar.
Foto: Getty Images
Tokoh di balik pembangunan Rawabi
Bashar Al-Masri lahir di Nablus, Palestina. Menempuh pendidikan di Mesir dan Amerika, ia kemudian menjadi pengusaha yang sangat sukses. Pengusaha di balik pembangunan Rawabi ini berharap, kota baru Palestina itu akan mendekatkan orang-orang, termasuk pihak Israel sendiri. Theglobeandmail menulis, Masri melawan Israel bukan dengan peluru melainkan dengan bata.
Foto: Getty Images
Dibangun putra putri Palestina
Hanan Khalaf adalah seorang teknisi bangunan yang baru lulus kuliah dari Universitas Bir Zeit. Kini ia mengabdikan ilmunya untuk membangun kota baru Rawabi.
Foto: Ulrike Schleicher
Diserang dua belah pihak
Masri dan para investor lainnya menghadapi tekanan baik dari Israel maupun Palestina. Kelompok garis keras Palestina menganggap pembangunan ini hanya sebagai ilusi atas hubungan Israel dan Palestina, dimana meski kemajuan ekonomi akan tercapai, Israel masih tetap bercokol di Tepi Barat. Dari pihak Israel, problem utamanya: air.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Semua lengkap, kecuali air
Hampir 60 persen Tepi Barat, termasuk pemukiman, akses jalan, dll, berada di bawah administrasi Israel. Kebutuhan pasokan air di Rawabi sangat tergantung pada Israel. Setelah negosiasi alot, Israel menyetujui pasokan air untuk Rawabi. Pembangunan Rawabi sendiri bertahun-tahun banyak terhadang konflik Palestina-Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Harapan baru
Meski pembangunan belum usai, ratusan keluarga sudah mulai bermukim di kota baru ini. Dengan tawaran modernitas dan harga rumah lebih murah dari di Ramallah, penduduk berharap dapat hidup normal. Hal yang sulit mereka peroleh di kota-kota Palestina lainnya. Penulis: Ayu Purwaningsih Editor: Agus Setiawan