Israel Kembali Setujui Pembangunan Permukiman di Tepi Barat
28 Februari 2020
Kritikus berpendapat langkah ini akan memecah Tepi Barat menjadi dua dan semakin merusak prospek negara Palestina di masa depan.
Iklan
Israel umumkan pembangunan ratusan permukiman baru di wilayah pendudukan di Tepi Barat. Ini adalah langkah terbaru dari serangkaian janji untuk memperluas permukiman ilegal jelang pemilu Israel.
Pada Kamis (27/02) Israel menyetujui hampir 1.800 rumah permukiman baru di wilayah Tepi Barat yang didudukinya.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan bahwa komite perencanaan telah "menyetujui pembangunan 1.800 unit rumah berdasarkan proposal Menteri Pertahanan Naftali Bennett."
"Kami tidak menunggu, kami bertindak," kata Bennett, yang adalah anggota partai sayap kanan New Right. "Kami tidak akan memberikan satu inci pun tanah Israel kepada orang-orang Arab, tetapi untuk itu, kami harus membangun di sana."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (25/02) mengatakan bahwa 3.500 rumah permukiman ilegal baru akan dibangun di wilayah E1 yang sensitif namun strategis di wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat.
Pengumuman ini dipuji oleh Dewan Yesha, demikian lapor kantor berita AFP. Dewan tersebut mewakili pemukim Yahudi di seluruh Tepi Barat.
"Keputusan ini memperkuat kehadiran Israel di Yudea dan Samaria dan kami merasa senang," kata Ketua Dewan, David Elhayani, dalam sebuah pernyataan. Elhayani merujuk Tepi Barat dengan nama yang tertulis di Alkitab.
Kritikus dan anggota komunitas internasional mengecam pembangunan permukiman baru di kawasan E1 tersebut. Mereka mengatakan langkah ini akan memecah Tepi Barat menjadi dua dan semakin merusak prospek negara Palestina di masa depan.
Akan dibangun lebih banyak hunian
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan organisasinya mendukung dua negara tersebut untuk hidup aman dan damai dengan perbatasan yang diakui sebelum tahun jalur 1967. Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Organisasi nirlaba yang berbasis di Yerusalem dan menentang permukiman, Peace Now, mengonfirmasi bahwa ada total 1.739 rumah dalam rencana pembangunan, dan 92 persen di antaranya berada jauh di pedalaman Tepi Barat.
Masih menurut Peace Now, sebuah wilayah industri baru juga telah disetujui untuk dibangun di dekat kota Palestina, Qalqilya, di Tepi Barat.
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.