Israel: Kesepakatan Atom Iran Adalah "Kekalahan Bersejarah"
14 Juli 2015
Kesepakatan dalam sengketa Atom Iran dengan grup 5+1 memicu reaksi pro dan kontra. Terutama Israel dan Partai Republik Amerika Serikat menyatakan penolakannya. Negara Yahudi itu mengecam dunia yang tunduk pada Iran
Iklan
Berita tercapainya kesepakatan dalam perundingan sengketa atom Iran yang digelar selama 17 hari di Wina antara delegasi dari Teheran serta diplomat puncak dari Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman yang disebut grup 5+1 sontak memicu reaksi pro dan kontra.
Catherine Ray, jurubicara petugas urusan luar negeri Uni Eropa Frederica Mogherini menyatakan, delegasi Iran dan delegasi Grup 5+1 akan melanjutkan sidang final pukul 10.30 waktu Eropa.
Di saat pemerintahan partai demokrat di Washington memuji prestasi jururundingnya menteri luar negeri John Kerry serta memandang positif akan terbukanya awal baru hubungan diplomatik dengan Teheran setelah konflik atom selama 13 tahun itu, sebaliknya kubu konservatif langsung menyatakan akan menggalang penolakan di Kongres. Sesuai aturan, kesepakatan dengan Iran harus disetujui Kongres dalam waktu selambatnya 60 hari. Saat ini Kongres Amerika Serikat dikuasi mayoritas partai Republik.
Ketua jururunding Iran di Wina, menteri luar negeri Javad Zarif menilai positif tercapainya kesepakatan yang disebutnya sebagai kemenangan diplomasi bagi semua pihak yang berunding.
Sebaliknya kelompok garis keras di Iran dan Israel menyatakan akan menolak kesepakatan yang tercapai diantara para pihak yang berunding di Wina membahas konflik atom Iran itu.
Stasiun televisi berita N24 di Jerman dalam pesan twitter menulis, ada dua pecundang yang kalah telak gara-gara tercapainya kesepakatan atom antara Iran dengan lima negara pemilik hak veto di Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman itu, yakni Israel dan Arab Saudi.
Pemerintah Israel lewat pesan twitter wakil menteri luar negeri Tzipi Hotovely, sebaliknya menuding kesepakatan itu sebagai kapitulasi bersejarah negara adidaya terhadap republik Islam Iran
as/vlz(twitter,rtr,ap,dpa)
Ambisi Program Atom Iran
Iran berulang kali menegaskan, program atomnya murni hanya untuk tujuan sipil. Tapi, pemanfaatan energi atom untuk tujuan sipil dan keperluan militer, hanya terpaut satu langkah.
Foto: Getty Images/AFP
Apa Niat Terselubung Iran?
Sejak bertahun-tahun memperluas know-how di bidang teknik nuklir. Badan energi atom internasional-IAEA meyakini, Iran hingga paling tidak hingga tahun 2010, berusaha membuat bom atom.
Foto: aeoi.org.ir
Ingin Bukan Berarti Bisa
Tapi juga diketahui, untuk memproduksi senjata atom yang berfungsi, termasuk sistem roket peluncurnya, merupakan tantangan teknologi sangat berat. Sederhananya, ada lima langkah yang harus ditempuh, dan tidak semua negara memiliki kemampuan itu.
Foto: aeoi.org.ir
Langkah Pertama : Material
Untuk membuat bom atom diperlukan unsur Uranium yang diperkaya atau Plutonium dengan kemurnian tinggi. Dalam hal ini Iran memiliki cukup cadangan Uranium, misalnya dari pertambangan Sarghand, yang ditambang untuk reaktor nuklir sipil. Artinya syarat pertama sudah terpenuhi.
Foto: PD
Langkah Kedua : Pengayaan Uranium
Uranium harus diperkaya menggunakan peralatan sentrifugal gas, agar lebih mudah meluruh. Untuk senjata atom, diperlukan pengayaan hingga 85 persen. Iran membeli sentrifugal canggih itu dari luar negeri, lewat perusahaan bayangan. November 2012 dilaporkan, Iran sudah mencapai tingkat pengayaan 20 persen.
Foto: picture-alliance/dpa
Langkah Ketiga : Hulu Ledak Nuklir
Uranium yang diperkaya kadar tinggi saja tidak cukup, untuk membuat bom atom yang bisa meledak. Para teknisi dan insinyur juga harus mampu mencetak logam berat itu menjadi bentuk tententu, agar lewat impuls terarah, bisa dipicu reaksi berantai. Sejauh ini tidak diketahui, apakah Iran sudah menguasai teknik ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Langkah Keempat : Pemicu Ledakan
Teknik pemicu ledakan pada bom atom mirip sumbu peledak senjata konvensional. Iran sudah menguasai tekniknya. Selain itu, para ilmuwan Iran sudah membuat model algoritma dan melaksanakan ujicoba simulasi sifat-sifat hulu ledak.
Foto: AFP/Getty Images
Langkah Kelima : Sistem Roket Pengangkut
Iran juga sudah sukses mengujicoba roket yang bisa dimuati hulu ledak nuklir. Roket jarak menengah Shabab-3 sebuah varian dari roket Korea Utara Nodong-1, mampu mencapai sasaran sejarak 2000 kilometer.
Foto: picture-alliance/dpa
Keinginan Memiliki Senjata Nuklir
Tanpa pengawasan, sebuah program atom untuk tujuan sipil nyaris tidak bisa dibedakan dari yang bertujuan militer. Pada dasarnya instalasi tekniknya sama. Pertanyaan apakah Iran mampu membuat bom atom, atau sudah direalisasikan, jawabannya sangat tergantung dari keinginan para penguasa di negara itu.