Israel: Kompromi Baru Nuklir Iran 'Lebih Lemah' dari JCPOA
21 Februari 2022
Kesepakatan baru mungkin lebih lemah dibandingkan dengan kesepakatan awal tahun 2015, kata PM Naftali Bennett. Di saat yang sama, Israel yakin pencabutan sanksi terhadap Iran dapat meningkatkan pendanaan untuk terorisme.
Iklan
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada hari Minggu (20/2) mengatakan bahwa Iran mungkin akan "segera" menyetujui kesepakatan nuklir baru. Namun, ia memperingatkan kompromi itu akan "lebih lemah" dibanding perjanjian awal tahun 2015.
Sejumlah negara kuat di dunia telah bernegosiasi di Wina, untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Israel dengan keras menentang kesepakatan itu dan telah mendesak para negosiator untuk mengambil sikap tegas terhadap Teheran dalam pembicaraan saat ini.
"Kami mungkin akan segera melihat kesepakatan," kata Bennett, seraya menambahkan bahwa pengaturan baru itu "lebih pendek dan lebih lemah dari yang sebelumnya."
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.
Foto: picture-alliance/Photoshot
6 foto1 | 6
Kekhawatiran Israel atas terorisme
Bennett menjadi penentang keras JCPOA dan berulang kali memperingatkan setiap pendapatan yang diperoleh Iran sebagai akibat dari keringanan sanksi baru akan digunakan untuk membeli senjata yang dapat membahayakan Israel.
"Uang ini pada akhirnya akan digunakan untuk terorisme," dia mengulangi pada hari Minggu (20/02).
Bennett mengatakan Israel tidak akan terikat oleh kesepakatan yang dihidupkan kembali dan akan mempertahankan kebebasan untuk bertindak melawan Iran.
"Kami mengorganisir dan mempersiapkan hari esok, dalam semua dimensi, sehingga kami dapat menjaga keamanan warga Israel sendiri," kata Bennett kepada kabinetnya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada hari Sabtu (19/02) bahwa ada "kesempatan untuk mencapai kesepakatan yang akan memungkinkan sanksi dicabut," memberi harapan.
Namun demikian, pemimpin Jerman itu mengatakan pembicaraan tetap di ujung tanduk, karena dia mengklaim kekuatan global sedang mendekati "momen kebenaran."