1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIsrael

Israel dan Palestina Berjanji Kendalikan Kekerasan

27 Februari 2023

Pada sebuah pertemuan yang jarang terjadi, delegasi Israel dan otoritas Palestina berjanji untuk melawan lonjakan kekerasan dan mengurangi ketegangan yang meningkat sejak awal tahun.

Polisi perbatasan Israel
Delegasi Israel dan otoritas Palestina berjanji untuk mengurangi keteganganFoto: Ronen Zvulun/REUTERS

Dalam pernyataan bersama pada Minggu (26/02), para pejabat Israel dan Palestina sepakat untuk mencegah lebih banyak kekerasan setelah terjadinya lonjakan insiden mematikan sejak awal tahun.

Kedua delegasi berada di Kota Aqaba, Yordania, untuk membicarakan "politik dan keamanan" yang bertujuan untuk memulihkan ketenangan menjelang bulan suci Ramadan.

Komitmen menurunkan eskalasi

Setelah "diskusi yang menyeluruh dan terus terang", kedua pihak "menegaskan kembali perlunya berkomitmen untuk menurunkan eskalasi di lapangan dan mencegah kekerasan lebih lanjut," menurut pernyataan itu.

Pemerintah Israel dan otoritas Palestina "menegaskan komitmen mereka terhadap semua perjanjian sebelumnya di antara mereka dan bekerja menuju perdamaian yang adil dan abadi," kata dokumen tersebut.

Selain itu, kedua pemerintahan "mengonfirmasi kesiapan dan komitmen bersama mereka untuk segera bekerja mengakhiri tindakan sepihak untuk jangka waktu tiga hingga enam bulan."

"Ini termasuk komitmen Israel untuk menghentikan pembahasan setiap unit pemukiman baru selama empat bulan dan menghentikan otorisasi setiap pos terdepan selama enam bulan," katanya.

Baik negara tuan rumah, Yordania, serta Mesir dan Amerika Serikat yang juga mengirimkan delegasi, menganggap "pemahaman ini sebagai kemajuan besar menuju pembangunan kembali dan memperdalam hubungan antara kedua belah pihak," menurut pernyataan itu.

Para peserta telah sepakat untuk bertemu di Resor Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Maret mendatang untuk berbicara lebih jauh tentang pencapaian tujuan mereka.

Penyiar negara Yordania, Al-Mamlaka mengatakan, pertemuan Aqaba adalah "yang pertama dari jenisnya dalam beberapa tahun antara Palestina dan Israel dengan partisipasi regional dan internasional."

Terlepas dari pernyataan itu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich pada hari Minggu (26/02) mengatakan, dia tidak akan menyetujui pembekuan aktivitas pemukiman di Tepi Barat yang diduduki.

Ketegangan masih ada dan meningkat

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa 62 warga Palestina tewas sejak awal tahun ini, termasuk diantaranya pria bersenjata dan warga sipil.

Sementara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan 10 warga Israel dan seorang turis Ukraina tewas dalam serangan Palestina selama periode yang sama.

Pertemuan Aqaba dimaksudkan untuk "membahas cara-cara meredakan ketegangan keamanan di wilayah itu menjelang bulan Ramadan." Beberapa tahun terakhir, ketegangan terjadi di antara warga Palestina dan polisi Israel dalam perebutan situs Yerusalem yang dihormati oleh Islam dan Yahudi.

Di tengah pembicaraan, dua orang Israel yang tinggal di pemukiman Tepi Barat ditembak mati saat berada di kendaraan mereka, dalam apa yang digambarkan oleh pemerintah Israel sebagai "serangan teror Palestina."

Serangan itu terjadi beberapa hari setelah pasukan Israel melancarkan serangan mematikan di Kota Nablus.

Pihak Israel dalam pembicaraan tersebut dilaporkan menyertakan penasihat keamanan nasional Tzachi Hanegbi dan Kepala Badan Keamanan Domestik Shin Bet, Ronen Bar. Sumber menyebut Kepala Intelijen Palestina Majed Faraj juga hadir.

Pejabat keamanan Yordania dan Mesir hadir bersama dengan koordinator Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk.

yas/ha/gtp (Reuters, dpa, AFP, AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait