Israel: Pembebasan Sandera Tidak akan Terjadi sebelum Jumat
23 November 2023
Penasihat keamanan nasional Israel mengatakan, negosiasi dengan Hamas mengenai pembebasan sandera masih berlangsung. Sementara itu, Presiden AS Joe Biden membahas konflik di Gaza dengan pemimpin Mesir dan Qatar.
Pertempuran di Gaza masih berlangsung meski ada rencana untuk jedaFoto: AFP
Iklan
Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan pada Rabu (22/11) malam waktu setempat, perundingan mengenai gencatan senjata dengan Hamas masih berlangsung.
Ia juga menyebutkan, tidak ada sandera yang akan dibebaskan sebelum hari Jumat (24/11) waktu setempat.
Hanegbi tidak menjelaskan secara rinci alasan di balik penundaan tersebut, dan kapan gencatan senjata akan dimulai masih belum jelas.
"Negosiasi pembebasan tawanan kami mengalami kemajuan dan terus berlanjut,” kata Hanegbi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri Israel.
Menurut media penyiaran publik Israel, Kan, mengutip seorang pejabat Israel, penundaan 24 jam terjadi karena kesepakatan tersebut belum ditandatangani oleh Hamas dan Qatar, pihak yang membantu menengahi perjanjian tersebut.
Meski begitu, pejabat tersebut optimis bahwa kesepakatan itu akan diimplementasikan begitu kesepakatan itu selesai ditandangani.
Menurut Israel, Hamas akan membebaskan sekitar 50 sandera yang ditahan di Gaza dan sebagai imbalannya, Hamas mengatakan bahwa Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Kesepakatan itu juga akan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata ini telah dikonfirmasi oleh kedua belah pihak satu hari sebelumnya, begitu pula oleh Amerika Serikat (AS) dan Qatar.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen "dengan sepenuh hati” menyambut baik kesepakatan tersebut. Sementara, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut kesepakatan itu sebagai sebuah "terobosan.”
Konflik Berkepanjangan: Pemukiman Israel di Wilayah Palestina
Hujan kecaman tak surutkan langkah parlemen Israel untuk loloskan undang-undang yang memberikan kepastian hukum atas pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Kritikus melihatnya sebagai akhir dari solusi dua negara.
Foto: Reuters/B. Ratner
Lebih dari 200 pemukiman di wilayah Palestina
Menurut organisasi hak asasi manusia Betselem, dari tahun 1967 sampai pertengahan 2013, terdapat 125 permukiman resmi Israel dan sekitar seratus "pemukiman liar" yang dibangun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Menurut Badan PBB untuk Bantuan Kemanusiaan (OCHA), Israel mencaplok 35 persen dari luas wilayah Yerusalem Timur.
Foto: Reuters/B. Ratner
Tiada kesempatan bagi perdamaian?
Di Har Homa, di Tepi Barat -- antara Jerusalem dan Bethlehem, Tepi Barat Yordan, dibangun pemukiman Yahudi baru. Pemimpin Palestina menyakini kebijakan pemukiman Israel telah menghancurkan kesempatan solusi dua-negara dan menghambat penyelesaian damai dengan Palestina.
Foto: picture alliance/newscom/D. Hill
Israel caplok tanah swasta Palestina
16 wilayah pemukiman dan kawasan pinggiran bakal terpengaruh undang-undang baru yang melegalisasi pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang disengketakan. Pemilik tanah Palestina diberi kompensasi secara finansial, agar pemukim Yahudi bisa tetap berada di sana.
Foto: Reuters/A. Awad
Pembongkaran pemukiman Amona
Bagi rumah-rumah di Amona yang telah dibongkar sesuai perintah pengadilan, maka undang-undang baru ini tak berlaku. Padahal dengan undang-undang baru ini kubu pro-pemukiman ingin menghindari pembongkaran pemukiman. Kini 40 keluarga terakhir telah dievakuasi. Hanya empat hari kemudian setelah evakuasi, pembongkaran dimulai.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Barikade dan kerusuhan
Sejak akhir 2014 Mahkamah Agung telah memerintahkan pembongkaran Amona. Periode ini diperpanjang beberapa kali. Sampai akhirnya kelompok sayap kanan dan pemukim berusaha untuk mencegah evakuasi dan penghancuran desa. Banyak dari demonstran dari luar wilayah sengaja berunjukrasa di sini. Namun ada juga aksi protes dari warga Palestina.
Foto: Reuters/M. Torokman
Eskalasi penggusuran
Pemukim Amona berpikir bahwa wilayah yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967 di Tepi Barat adalah tanah yang dijanjikan Tuhan bagi kaum Yahudi, seperti termaktub dalam Alkitab. Sekitar 600.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat dan di Yerusalem Timur. Telah terjadi bentrokan berulang antara pendatang dan warga Palestina.
Foto: Reuters/M. Torokman
Rumah baru
Sebanyak hampir 4.000 rumah dibangun secara ilegal di tanah pribadi warga Palestina. Penghuni rumah-rumah ini harus dievakuasi atau sebaliknya diberi kepastian hukum berdasar undang-undang baru. Banyak warga di Amona akhirnya bermukim di wilayah tetangga, seperti di sini, di Ofra. Di sini warga mempunyai rumah baru.
Foto: Reuters/B. Ratner
Penggusuran paksa di Ofra
Tetapi bahkan di Ofra, tidak semua rumah itu sah secara hukum. Salah satunya rumah ini, sebelum tanggal 5 Maret 2017 wajib dibongkar karena ada berdiri di tanah Palestina. Bahkan keluarga Ben Susan harus meninggalkan rumahnya. Penulis / Penulis: Sabrina Pabst (ap/yf)
Foto: Reuters/B. Ratner
8 foto1 | 8
Biden berbicara dengan pemimpin Israel, Mesir, dan Qatar
Gedung Putih pada Rabu (22/11) waktu setempat melaporkan, Presiden AS Joe Biden telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
Kedua pemimpin berbicara setelah Kabinet Perang Israel menyetujui kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata selama empat hari.
Ketika berbicara denga Netanyahu, Biden menekankan "pentingnya menjaga ketenangan” di sepanjang perbatasan Lebanon dan juga di Tepi Barat, demikian menurut keterangan dari Gedung Putih.
Biden juga mengatakan, ia akan berupaya menjamin pembebasan semua sandera, kata Gedung Putih.
Selain berbicara dengan Netanyahu, Biden juga berbicara dengan pemimpin Mesir dan Qatar.
Kepada Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi, Biden mengatakan, AS tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat. AS juga tidak akan mengizinkan "penggambaran ulang perbatasan Gaza.”
Sementara, selama percakapan telepon dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani, kedua pemimpin "berkomitmen untuk tetap berhubungan erat” guna memastikan kesepakatan pembebasan sandera dijalankan sepenuhnya.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
Netanyahu bertekad lanjutkan perang
PM Israel Benjamin Netanyahu, dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (22/11) waktu setempat, berjanji akan membawa pulang semua sandera dan membasmi Hamas.
"Saya jelaskan. Perang terus berlanjut. Perang terus berlanjut. Kami akan melanjutkannya sampai semua tujuan kami tercapai,” kata Netanyahu.
Netanyahu menambahkan, ia telah menyampaikan pesan yang sama kepada Presiden AS Joe Biden saat melakukan percakapan telepon.
Pemimpin Israel itu juga mengatakan, dia telah menginstruksikan badan intelijen Israel, Mossad, untuk memburu para pemimpin Hamas "di mana pun mereka berada.”
Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa (UE), AS, Jerman, dan beberapa negara lain.
gtp/ha/as (Reuters, AP, AFP, dpa)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.