1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180210 Israel Mordfall Hamas

19 Februari 2010

Kasus pembunuhan fungsionaris kelompok Hamas, Mahmud al Mabhuh, di Dubai, yang dilakukan agen Israel mendapat sorotan yang luas serta menimbulkan ketegangan diplomatik.

Poster Mahmud al Mabhuh di utara Jalur GazaFoto: AP

Tapi wartawan pemancar televisi "Kanal 10", Alon Ben David, memperkirakan kasusnya tidak akan memberikan dampak besar dalam hubungan politik. "Saya meragukan bahwa Israel akan terjebak kedalam konflik politik. Terdapat konsensus mengenai tujuan dari aksi tersebut. Juga di Eropa tidak ada keraguan, bahwa Mabhouh adalah seorang teroris. Saya pikir, Inggris, Perancis atau Jerman, yakni negara yang bekerjasama dalam memerangi teror tidak akan melakukan pengusutan kasus ini dengan tuntas."

Konsensus ini, menurut Alon Ben David, terutama tetap eksis di Israel. Mayoritas warga mendukung keputusan pemerintah, dinas rahasia dan tentara di mana pemerintah yang kuat juga harus menghadapi tindak kekerasan dan membungkam yang diduga sebagai musuh. Selain itu terdapat hubungan yang erat antara warga dan dinas rahasia. Anak-anak muda harus mengikuti wajib militer, dan militer mengkampanyekan pendidikan perwira di sekolah-sekolah.

Dengan demikian pembunuhan terhadap Al Mahbouh pedagang senjata dan diduga sebagai teroris, saat ini tidak perlu diperdebatkan. Meskipun demikian masih tetap ada yang dipertanyakan. Serangan pembunuhan di negara asing merupakan tindakan yang ilegal. Hukum internasional secara prinsip melarangnya, baik di masa damai maupun di masa perang.

Selain itu para pengkritik mengajukan keberatan. Dalam aksi seperti pembunuhan di Hotel Rotana Dubai, dinas rahasia dan tentara memutuskan nasib seorang yang dicurigai, tanpa mengakui adanya hak membela diri. Disamping itu terutama para pengkritik meragukan, pengerahan satuan untuk melakukan serangan pembunuhan terhadap teroris akan menyelamatkan kehidupan manusia.

Ilmuwan Gai Luft dalam sebuah artikel yang berjudul "logika dari serangan pembunuhan terarah di Israel" yang ditulisnya tahun 2003 menggambarkan, "Memerangi teror, ibarat usaha mencegah kecelakaan lalu lintas. Korbannya dapat dihitung. Tapi jumlah orang yang selamat karena adanya tindakan pengamanan tidak terhitung."

Dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, kali ini Israel tidak banyak menuai kritik. Dulu, Amerika Serikat mengecam serangan pembunuhan terhadap fungsionaris Palestina dan yang diduga dalang serangan teror di Gaza dan Tepi Barat Yordan. Setelah serangan teror tanggal 11 September 2001 di New York dan Washington, Amerika Serikat menyerukan perang terhadap teror. Sejak itu, banyak warga Israel yang merasa dibenarkan atas apa yang dilakukannya selama ini.

Mantan petugas Dinas Rahasia Israel Raffi Eiltan mengatakan, "Sejak beberapa tahun kami melancarkan perang melawan teror dengan menggunakan berbagai cara. Yang terbanyak dilakukan, pembunuhan terarah terhadap pimpinan kelompok teror. Juga Amerika Serikat berusaha untuk membekuk Osama bin Laden."

Torsten Teichmann/Asril Ridwan

Editor: Edit Koesoemawiria