1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Israel: Yahya Sinwar Tewas, Perang Belum Berakhir

18 Oktober 2024

PM Netanyahu bertekad untuk terus bertempur Hamas hingga semua sandera dikembalikan dari Gaza. Hal itu dia sampaikan setelah pemimpin Hamas Yahya Sinwar dipastikan tewas.

Protes untuk gencatan senjata & pembebasan sandera, setelah tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar
Kematian Yahya Sinwar memicu harapan bahwa perang Israel-Hamas mungkin akan segera berakhir.Foto: Ariel Schalit/AP Photo/picture alliance

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengomentari soal kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar dalam sebuah unggahan video berbahasa Inggris.

"Meskipun ini bukan akhir dari perang di Gaza, ini adalah awal dari akhir,” kata Netanyahu, mengutip pernyataan pemimpin perang Inggris Winston Churchill.

"Kepada warga Gaza, saya punya pesan sederhana: Perang ini bisa berakhir besok. Perang ini bisa berakhir jika Hamas meletakkan senjata dan mengembalikan para sandera kami,” katanya.

"Israel berkomitmen melakukan segala cara demi membawa pulang mereka semua. Dan Israel akan menjamin keselamatan semua orang yang mengembalikan para sandera kami,” katanya.

Namun sebaliknya, Netanyahu mengatakan siapa pun yang berusaha menyakiti para sandera itu akan diburu dan diadili.

Ia juga menyinggung serangkaian tokoh Hamas dan Hizbullah yang tewas dalam beberapa bulan terakhir oleh pasukan militer Israel. Netanyahu mengatakan ia memiliki "pesan harapan" bagi masyarakat di wilayah itu.

"Poros teror yang dibangun oleh Iran sedang runtuh di depan mata kita," katanya.

"(Pemimpin Hizbullah, Hassan) Nasrallah telah tiada. Wakilnya, Mohsen (atau Fuad Shukr) telah tiada. Ismail Haniyeh (Hamas) telah tiada. Deif Mohammed (Hamas) telah tiada. Sinwar (Hamas) telah tiada."

Netanyahu menambahkan bahwa "pemerintahan teror" Iran terhadap rakyatnya sendiri itu akan memudar dan semua pihak yang menginginkan "perdamaian dan kemakmuran" untuk wilayah tersebut harus bersatu demi mencapai itu.

IDF akan berada di Gaza 'selama bertahun-tahun'

Pemimpin oposisi Israel dan mantan kepala militer Benny Gantz mengatakan bahwa terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar "mengirimkan pesan yang sangat jelas kepada musuh-musuh kami: Israel tidak akan berhenti sampai mereka yang menyakiti kami membayar kejahatan mereka."

"IDF harus terus beroperasi di Gaza selama bertahun-tahun, tetapi momen ini harus dimanfaatkan untuk membawa pulang para sandera dan menggulingkan rezim Hamas," katanya dalam sebuah pesan di media sosial X.

"Berkat IDF, dunia kini menjadi tempat yang lebih aman dan lebih baik dengan tidak adanya Sinwar di dalamnya."

Benny Gantz, yang dianggap sebagai penantang utama politik PM Netanyahu, telah mengundurkan diri dari kabinet perang darurat pada awal tahun ini. Ia menuduh Netanyahu menempatkan pertimbangan politik pribadinya di atas strategi pasca-perang di Gaza.

Biden dan Harris berharap perang di Gaza segera 'berakhir'

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa kematian Sinwar menandai "hari yang baik bagi Israel, AS, dan dunia,” serta membandingkan momen ini dengan yang dirasakan AS setelah kematian pemimpin al-Qaida, Osama bin Laden. 

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Biden menambahkan bahwa ia akan segera berbincang dengan Netanyahu dan para pemimpin Israel lainnya untuk menyampaikan selamat "dan untuk mendiskusikan cara membawa pulang para sandera ke keluarga mereka, serta solusi mengakhiri perang ini untuk selamanya.”

Dengan kematian Sinwar, Biden mengatakan, "kini ada kesempatan untuk ‘masa depan' di Gaza tanpa Hamas yang berkuasa, dan terjaminnya penyelesaian politik untuk masa depan yang lebih baik bagi warga Israel dan Palestina."

Wakil Presiden AS saat ini, sekaligus calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mengatakan bahwa tewasnya pemimpin tertinggi Hamas oleh Israel ini "memberikan kita kesempatan untuk mengakhiri perang di Gaza."

Berbicara dari sebuah kampus di Wisconsin, tempat ia berkampanye, Harris mengatakan bahwa perang "harus diakhiri agar Israel merasa aman, para sandera dibebaskan, penderitaan di Gaza berakhir, dan rakyat Palestina dapat mewujudkan hak mereka untuk bermartabat, aman, bebas, dan menentukan nasib sendiri."

"Ini adalah waktu untuk memulai hari esok," katanya.

Blinken: Israel Terima "Proposal Penghubung" AS Terkait Gencatan Senjata

00:45

This browser does not support the video element.

Macron: Kematian Sinwar menawarkan 'kesempatan' untuk mengakhiri perang di Gaza

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan tewasnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel akan menawarkan kesempatan untuk mengakhiri perang Israel-Hamas di Gaza.

"Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengamankan pembebasan semua sandera dan untuk mengakhiri perang," kata Macron kepada para wartawan setelah KTT Uni Eropa di Brussels. "Kita harus mengakhiri operasi militer (di sana)," katanya.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada malam setelah berita kematian Sinwar muncul, Macron juga menulis: "Yahya Sinwar adalah orang utama yang bertanggung jawab atas serangan teroris dan tindakan biadab pada tanggal 7 Oktober."

"Hari ini, saya berpikir dengan penuh emosi tentang para korban, termasuk 48 rekan senegaranya, dan orang-orang yang mereka cintai. Prancis menuntut pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas," katanya.

Analis: Kematian Sinwar tidak mengentikan Hamas

Peneliti senior yang mengkhususkan diri di Timur Tengah pada lembaga think tank Center for Strategic and International Studies (CSIS), Natasha Hall menolak anggapan bahwa dengan terbunuhnya "dalang" dari serangan 7 Oktober tahun lalu itu berarti Hamas tidak akan lagi melakukan hal serupa di masa depan.

"Tidak. Saya tidak tahu berapa kali AS perlu belajar dari ini, tapi memenggal kepala pemimpin kelompok dengan ideologi seperti Hamas  tidak akan menghancurkan kelompok itu. Mereka akan selalu tumbuh kembali. Mereka akan kembali bangkit. Inilah yang terjadi pada Hizbullah. Inilah yang terjadi dengan Hamas. Ini adalah kasus dengan kelompok-kelompok serupa di seluruh dunia, jika pendukung konflik yang mereka bangun tetap ada," kata Hall kepada DW.

Ia mengatakan bahwa sudah jelas Hamas telah terdegradasi dan melemah, tetapi juga memperingatkan risiko kekosongan kepemimpinan, atau bahkan kepemimpinan yang lebih ekstrem.

"Saya pikir (Hamas) telah terdegradasi, tapi mereka memang sudah terdegradasi sejak awal. Gaza telah benar-benar musnah, begitu juga dengan kepemimpinan Hamas. Jadi mereka telah terdegradasi secara signifikan. Namun saya harus mengatakan jika ada yang memperhatikan berita selama setahun terakhir ini, saya rasa apa pun yang akan berkembang akan jauh lebih buruk dari kematian Sinwar."

kp/rs/hp (Reuters, AP, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait