Israel Peringati Dua Tahun Serangan 7 Oktober
7 Oktober 2025
Dua tahun lalu, ratusan orang tewas dan lebih dari 40 orang diculik dalam serangan Hamas di festival musik Nova di Re'im, Israel. Saat ini, sebuah pameran berlansung di Berlin, untuk memperingati tragedi itu, dan menceritakan kembali bagaimana orang-orang yang menghadiri festival di gurun Israel itu, menjadi korban serangan paling mematikan dalam sejarah acara musik.
Pameran berjudul "The Moment Music Stood Still" atau juga disebut Pameran Nova itu, sebelumnya sudah digelar di Tel Aviv, Buenos Aires, New York dan beberapa kota lainnya. Lewat instalasi multimedia dan bukti forensik, pameran hanya menunjukkan kekejaman terhadap para penonton festival, dan mendorong refleksi atas aksi teror tersebut.
Menurut militer Israel, 378 peserta dan penonton festival musik tersebut tewas, ratusan luka-luka, dan lebih dari 40 orang diculik sebagai sandera ke Jalur Gaza.
Sekjen PBB desak Hamas bebaskan sandera yang tersisa
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggunakan momentum peringatan serangan 7 Oktober untuk menyerukan pembebasan para sandera Israel yang masih ditahan Hamas.
"Saya sudah berulang kali mengatakan, dan hari ini saya tegaskan kembali dengan urgensi yang lebih besar. Bebaskan para sandera tanpa syarat dan segera,” ujar Guterres dalam pernyataan resmi.
Merujuk pada perundingan tidak langsung di Mesir, Guterres menambahkan, "Akhiri penderitaan semua pihak. Hentikan permusuhan di Gaza, Israel, dan wilayah sekitarnya. Jangan biarkan warga sipil terus kehilangan nyawa dan masa depan mereka. Setelah dua tahun yang penuh trauma, kita harus memilih harapan, sekarang!”
Menlu Jerman kunjungi Timur Tengah di tengah ketegangan
Sementara itu Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul tiba di Israel pada Senin (07/10), bertepatan dengan hari pertama perayaan Sukkot, demikian laporan koresponden DW Giulia Saudelli dari Tel Aviv. Wadephul bertemu dengan Menlu Israel Gideon Sa'ar di rumah pribadinya. Ini menandakan hubungan baik antara kedua pejabat.
Namun, hubungan Jerman dan Israel belakangan ini mengalami ketegangan. Keputusan Kanselir Jerman Friedrich Merz untuk menunda pengiriman senjata ofensif, seperti rudal dan amunisi berat yang bisa digunakan untuk menyerang Gaza, dinilai mengecewakan oleh Israel. Meski begitu, Jerman tetap menjadi salah satu sekutu terdekat Israel setelah Amerika Serikat.
Usai pertemuan, Wadephul menegaskan posisi Jerman, dan bahwa prinsip "proporsionalitas” harus dijaga dalam "upaya yang sah untuk melawan teror Hamas.” Ia juga mengakui penderitaan warga sipil Palestina, dengan puluhan ribu korban jiwa di Gaza.
"Karena itu, pemerintah Jerman bersuara memberi peringatan. Namun, secara keseluruhan, Israel tahu bahwa kami tetap berada di sisi mereka,” kata Wadephul.
Wadephul juga bertemu keluarga sandera Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda Jerman. Ia menyebut, peluang untuk mencapai kesepakatan pembebasan seluruh sandera dan gencatan senjata permanen kini semakin dekat.
Sementara, perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas dimulai di Sharm El-Sheikh dengan dimediasi oleh Mesir, AS, dan Qatar. Wadephul juga mengunjungi Mesir, meski tidak ikut diundang hadir dalam meja negosiasi.
Komentar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut Eropa "sudah tidak relevan” dalam proses perdamaian, sempat memicu reaksi Wadephul yang menolak anggapan tersebut.
Perjalanan Wadephul ke Timur Tengah, termasuk ke Qatar dan Kuwait, lebih tampak sebagai misi pencarian fakta, dan sebuah sinyal bahwa Jerman, bersama Uni Eropa, siap membantu jika diminta.
Yordania terima 131 aktivis armada bantuan yang dideportasi Israel
Sementara itu, di negara tetangga Israel, Yordania melaporkan perkembangan terkait aktivis bantuan kemanusiaan. Media pemerintah Yordania melaporkan, 131 dari 171 aktivis yang ditahan Israel di kapal Global Sumud Flotilla telah menyeberang ke wilayah Yordania melalui Jembatan Allenby.
Kelompok tersebut dicegat pekan lalu, saat mencoba menembus blokade Gaza yang telah berlangsung puluhan tahun, untuk mengirimkan makanan dan obat-obatan ke wilayah yang dilanda kelaparan.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah armada serupa telah mencoba mencapai Gaza, tetapi semuanya gagal.
Beberapa aktivis mengaku mendapat perlakuan kasar dari aparat Israel, tuduhan yang dibantah oleh pihak berwenang. Israel juga membantah laporan bahwa kapal mereka diintimidasi dengan serangan drone.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan, 14 warga Jerman yang ditahan karena ikut dalam armada tersebut telah dideportasi ke Yunani, dan sudah disambut oleh staf kedutaan.
pkp/as