Serangan udara Israel diklaim berhasil menyusutkan daya tempur gerilyawan proksi binaan Teheran. Eskalasi konflik di Timur Tengah terus meningkat jelang berakhirnya masa jabatan Presiden Donald Trump di AS.
Iklan
Sasaran militer milik Iran di perbatasan antara Suriah dan Irak dibidik dalam operasi militer Israel teranyar pada Rabu (13/1) dini hari. Serangan tersebut merupakan bagian dari kebijakan agresif Israel sesuai doktrin "tekanan maksimal” terhadap Iran ala Presiden AS Donald Trump.
Sebanyak 57 korban jiwa berjatuhan dalam operasi militer Israel, klaim Syrian Observatory for Human Rights (SOHR). Setidaknya 18 serangan diarahkan kepada gudang senjata dan pos militer, dan menewaskan 14 serdadu pemerintah. Sementara korban lain bukan warga Suriah atau gerilyawan pro-Iran.
"Serangan ini adalah serangan udara paling mematikan yang dilakukan Israel di Suriah sejauh ini,” kata Direktur SOHR, Rami Abdel-Rahman, kepada dpa.
Kantor berita Suriah, SANA, dan stasiun televisi pemerintah melaporkan militer Israel menyerang kota al-Bukamal di perbatasan. Kota tersebut merupakan jalur penghubung utama antara ibu kota Damaskus dan Baghdad di Irak.
Diyakini, al-Bukamal digunakan oleh Iran untuk menyuplai gerilyawan-gerilyawan proksi di Suriah dan Lebanon.
Dalam serangan udara teranyar, Israel juga dikabarkan membidik provinsi Deir al-Zor yang menjadi tempat bercokolnya milisi binaan Iran dan Garda Revolusi. Dua warga di Kota Deir al-Zor mengaku mendengar ledakan keras yang diyakini berasal dari gudang senjata, lapor Reuters.
Sejauh ini militer Israel enggan berkomentar. Tzachi Hanegbi, Menteri urusan Pemukiman, mengatakan kepada stasiun radio Israel, pihaknya hanya menyerang sasaran militer di Suriah, "jika dinas rahasia memerintahkannya dan sudah sesuai dengan kapabilitas operasi kita.”
Eskalasi konflik melawan Iran
Amerika Serikat menempatkan satuan tempur kecil di Tanf, sebuah barak di dekat kota al-Bukamal yang menjadi sasaran serangan Israel. Sebuah sumber di komunitas intelijen barat mengklaim Israel menggiatkan serangan ke Suriah sejak beberapa bulan terakhir. Kebijakan itu diadopsi menyusul dukungan politik Presiden Donald Trump.
Iklan
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Aviv Kochavi, Desember lalu mengatakan serangan peluru kendali berhasil "memperlambat upaya Iran membentengi asetnya di Suriah.” Di sepanjang 2020 lalu, Israel mengklaim telah menghancurkan lebih dari 500 target militer.
Pemerintah di Yerusalem ingin mengakhiri apa yang mereka tuduhkan sebagai campur tangan militer Iran di Suriah. Keberadaan gerilyawan dan milisi bersenjata bentukan Garda Revolusi kian menjamur, menurut laporan teranyar dinas rahasia.
Sumber Reuters di dinas rahasia Israel mengatakan sasaran operasi militer terbaru mencakup barak militer Suriah di dalam kota al-Bukamal dan Deir Zor. Sebelumnya Israel hanya membidik target di luar kota.
Sejak kejatuhan ISIS, wilayah Suriah terbagi antara Hizbullah di kawasan timur, selatan dan timur laut, kelompok pemberontak Free Syrian Army, Turki dan milisi Kurdi. Terutama keberadaan Hizbullah di Suriah dinilai krusial, lantaran wilayah kekuasaannya yang mencapai ibu kota Damaskus dan wilayah perbatasan dengan Lebanon.
rzn/gtp (rtr, dpa)
Hizbullah di Garda Depan Konflik Sunni dan Syiah
Didirikan buat menghalau invasi Israel, Hizbullah kini menjadi ujung tombak Iran melucuti pengaruh Arab Saudi dan Mesir di kawasan Syam.
Foto: Getty Images/C. Furlong
Simalakama Invasi Israel
Hizbullah atau Partai Allah dibentuk oleh sekelompok ulama Syiah pada dekade 1980an sebagai reaksi atas invasi Israel terhadap Libanon Selatan 1982. Kelompok ini tidak hanya memiliki sayap militer bersenjata lengkap, tetapi juga ikut berkecimpung dalam politik Libanon lewat parlemen.
Foto: picture-alliance/dpa
Dukungan Lintas Ideologi
Berbekal pengalaman dalam perang saudara di Libanon, Hizbullah sukses menerapkan taktik geriliya buat mengusir tentara Israel dari Libanon Selatan pada tahun 2000. Kedua pihak kembali berhadapan satu sama lain ketika Israel membombardir selatan Libanon pada 2006. Berkat perlawanan tersebut Hizbullah mendapat dukungan lintas sektarian di masyarakat Libanon.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Zaatari
Dibesarkan Suriah dan Iran
Sejak pertamakali berdiri, organisasi pimpinan Hassan Nasrullah ini mendapat bantuan militer, finansial dan terutama politik dari Iran dan Suriah. Selama beberapa dekade kedua negara secara praktis menguasai Libanon. Kini kekuatan Hizbullah tidak hanya melampaui militer Libanon, tetapi juga menjadikan organisasi itu sebagai kekuatan paramiliter paling disegani di Timur Tengah.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
Berpolitik dengan Nasrullah
Sejak berakhirnya perang saudara 1975-1990 di Libanon, Hizbullah menggandeng komunitas Syiah dan menjalin aliansi dengan kelompok lain seperti warga Kristen untuk berkecimpung di dunia politik. Terutama sejak kepemimpinan Hassan Nasrullah, Hizbullah dengan cepat menjadi kekuatan alternatif di panggung politik Beirut.
Foto: picture-alliance/dpa
Permusuhan di Beirut
Berbeda dengan kelompok lain yang aktif pada perang saudara, Hizbullah menolak melucuti sayap militernya. Hingga kini sejumlah kekuatan politik di Libanon, termasuk partai Tayyar Al-Mustaqbal milik Perdana Menteri Saad Hariri, ingin agar Hiizbullah meletakkan senjata. Namun Nasrullah menolak dengan alasan menguatnya ancaman jiran di selatan, Israel.
Foto: picture-alliance/AA
Pertalian Gelap dengan Damaskus
Sikap antipati sejumlah masyarakat Libanon terhadap Hizbullah antara lain berawal dari pendudukan Suriah antara 1976 hingga 2005. Pertautan keduanya berakhir ketika Suriah dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan terhadap bekas PM Rafik Hariri yang tewas akibat bom mobil. Damaskus akhirnya terpaksa menarik mundur pasukannya dari Libanon.
Foto: picture-alliance/AP
Panji Kuning di Tangan Assad
Sejak berkecamuknya perang Suriah, Hizbullah aktif mendukung Presiden Bashar Assad dan bertempur bersama pasukan pemerintah. Assad yang sering membantu menjamin jalur suplai senjata dari Iran, membutuhkan pengalaman tempur dan kekuatan militer Hizbullah buat mematahkan perlawanan kelompok pemberontak Free Syrian Army dan sejumlah kelompok teror yang masih bercokol di Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Syrian Central Military Media
Sektarianisme Sunni dan Syiah
Sejak lama Libanon berdiri di jantung konflik kekuasaan di Timur Tengah, terutama antara Arab Saudi dan Iran. Saat ini hanya Hizbullah yang menghalangi meluasnya pengaruh Riyadh di Libanon. Arab Saudi sejak lama berusaha melucuti kekuasaan Iran dan Suriah dengan menyokong pemerintahan Saad Hariri.
Foto: dapd
Musuh Lama Bertemu Kembali?
Namun berbeda dengan Arab Saudi, Iran dan Hizbullah berhasil memperkuat pengaruhnya lewat Perang Suriah. Sebaliknya Israel yang menilai perkembangan politik di kawasan sebagai ancaman, berulangkali melancarkan serangan udara terhadap militer Suriah dan Hizbullah. Israel berjanji tidak akan membiarkan Iran dan Hizbullah bercokol secara permanen di Suriah.