Kesepakatan fase pertama berfokus pada pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel. Amerika Serikat akan menempatkan 200 tentara untuk memantau pelaksanaannya.
Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan pemerintahnya menyetujui kesepakatan terkait pembebasan semua sanderaFoto: Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency/IMAGO
Iklan
Pemerintah Israel menyetujui kerangka kesepakatan untuk membebaskan semua sandera yang ditahan kelompok militan Hamas di Gaza. Kesepakatan ini juga mencakup penarikan pasukan militer Israel hingga ke garis yang telah disepakati di wilayah Palestina.
"Kabinet baru saja menyetujui kerangka pembebasan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal,” tulis kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di media sosial X.
Kesepakatan tersebut sebagian dimediasi Amerika Serikat, dan termasuk pembebasan semua sandera serta penarikan tentara Israel ke garis tertentu di Gaza.
Persetujuan pemerintah Israel ini datang setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui fase pertama dari rencana Gaza. Fase pertama tersebut berisi pembebasan sandera dan gencatan senjata, sementara fase berikutnya akan membahas soal tata kelola Gaza.
Sejarah Proses Perdamaian Israel-Palestina
Lima puluh tahun berlalu sejak Perang Enam Hari tahun 1967, namun sengketa antara Israel dan Palestina belum juga terpecahkan. Berikut sejarah singkat upaya menghadirkan damai di Timur Tengah.
Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, 1967
Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 tanggal 22 November 1967 menyerukan pertukaran tanah untuk perdamaian. Sejak itu, banyak upaya untuk membangun perdamaian di wilayah mengacu pada Resolusi 242. Resolusi itu ditulis sesuai dengan Bab VI Piagam PBB, di mana resolusi itu bersifat rekomendasi, bukan perintah.
Foto: Getty Images/Keystone
Perjanjian Perdamaian Camp David, 1978
26 Maret 1979, foto diambil setelah Presiden Mesir Anwar Sadat, presiden Amerika Serikat Jimmy Carter dan PM Israel Menachem Begin tandatangani perjanjian perdamaian di Washington, AS. Koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin Mesir & Suriah berjuang dalam Yom Kippur (Perang Oktober 1973). Perang ini akhirnya mengarah pada pembicaraan damai yang berlangsung 12 hari & menghasilkan dua kesepakatan
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Konferensi Madrid, 1991
Amerika Serikat dan Uni Soviet bersama-sama menyelenggarakan sebuah konferensi di ibukota Spanyol, Madrid. Konferensi di Madrid melibatkan Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, dan Palestina. Inilah untuk pertamakalinya mereka bertemu juru runding Israel. Di sini tak banyak pencapaian ke arah perdamaian. Namun pertemuan tersebut membuahkan kerangka dasar untuk negosiasi lanjutan.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Hollander
Perjanjian Oslo, 1993
Negosiasi di Norwegia berlangsung antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Inilah kesepakatan pertama antar kedua belah pihak yang disebut Perjanjian Oslo & ditandatangani di Amerika bulan September 1993. Isinya antara lain penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat dan Gaza. Palestina mendapat kewenangan membangun sendiri otoritas pemerintahan selama masa transisi 5 tahun
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Perjanjian Camp David, 2000
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengundang Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, dan Ketua PLO, Yasser Arafat, untuk membahas perbatasan, keamanan, pemukiman, pengungsi, dan Yerusalem. Meskipun lebih rinci daripada sebelumnya, dalam negosiasi ini tidak tercapai kesepakatan. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Camp David tahun 2000 diikuti oleh pemberontakan Palestina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Inisiatif Perdamaian Arab, 2002
Negosiasi berikutnya di Washington, di Kairo dan Taba, Mesir. Namun, juga tanpa hasil. Kemudian, Inisiatif Perdamaian Arab diusulkan di Beirut pada Maret 2002. Inisiatif menyatakan jika Israel mencapai kesepakatan dengan Palestina tentang pembentukan negara Palestina berdasarkan garis batas 1967, maka semua negara Arab akan tandatangani perjanjian perdamaian dan hubungan diplomatik dengan Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta jalan damai, 2003
Dalam kerangka Kuartet Timur Tengah, AS, Uni Eropa, Rusia & PBB mengembangkan peta jalan damai. Pada bulan Juni 2003, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, menerima peta jalan damai itu, dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB pada November. 2003. Jadwal kesepakatan akhir sejatinya bakal berlangsung tahun 2005. Sayangnya, hal itu tidak pernah terlaksana.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Annapolis, 2007
2007, Presiden AS, George W. Bush jadi tuan rumah konferensi di Annapolis, Maryland, yang bertujuan meluncurkan kembali proses perdamaian. PM Israel, Ehud Olmert & Pemimpin Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas ambil bagian dalam pembicaraan dengan pejabat puluhan negara-negara Arab. Disepakati, negosiasi lebih lanjut akan dilakukan dengan tujuan mencapai kesepakatan damai pada akhir tahun 2008.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Thew
Washington 2010
Tahun 2010, atas upaya utusan khusus AS George Mitchell, PM Israel Benjamin Netanyahu menyetujui dan menerapkan moratorium 10 bulan untuk permukiman di wilayah yang dipersengketakan. Kemudian, Netanyahu dan Abbas setuju untuk kembali meluncurkan negosiasi langsung guna menyelesaikan semua masalah. Negosiasi dimulai di Washington pada September 2010, namun dalam beberapa minggu terjadi kebuntuan
Foto: picture-alliance/dpa/M. Milner
Siklus eskalasi dan gencatan senjata
Babak baru kekerasan pecah di dan sekitar Gaza akhir tahun 2012. Gencatan senjata dicapai antara Israel dan mereka yang berkuasa di Jalur Gaza berakhir Juni 2014. Penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel pada Juni 2014 mengakibatkan kekerasan baru dan akhirnya menyebabkan peluncuran operasi militer Israel, yang berakhir dengan gencatan senjata pada tanggal 26 Agustus tahun 2014.
Foto: picture-alliance/dpa
KTT Paris, 2017
Utusan dari lebih dari 70 negara berkumpul di Paris, Perancis, membahas konflik Israel -Palestina. Netanyahu mengecam diskusi itu sebagai bentuk "kecurangan". Baik perwakilan Israel maupun Palestina menghadiri pertemuan puncak. "Sebuah solusi dua negara adalah satu-satunya kemungkinan," kata Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, dalam acara tersebut.
Penulis: Aasim Saleem (ap/as)
Foto: Reuters/T. Samson
11 foto1 | 11
Berapa banyak sandera yang masih di Gaza?
Menurut pemerintah Israel, masih ada 48 sandera Israel yang ditahan Hamas di Gaza. Namun, hanya sekitar 20 orang yang diyakini masih hidup.
Sebagai catatan, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyebabkan 251 orang disandera. Serangan itu memicu operasi militer Israel di Gaza.
Sejak perang dimulai, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas dan hampir 170.000 orang terluka, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Sekitar separuh korban disebut perempuan dan anak-anak, meski angka itu tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
AS kirim tim militer untuk "mengawasi” gencatan senjata Gaza
Pejabat senior AS mengatakan, sebuah tim militer berisi 200 personel akan dikirim ke Timur Tengah untuk "mengawasi" gencatan senjata di Gaza.
Menurut salah satu pejabat yang dirahasiakan identitasnya, tim tersebut akan menjadi inti dari satuan tugas yang juga melibatkan perwakilan militer Mesir, Qatar, Turki, dan kemungkinan Uni Emirat Arab.
Laksamana Brad Cooper, kepala Komando Pusat Militer AS, akan memimpin misi ini. "Awalnya akan ada 200 personel di lapangan. Tugasnya mengawasi, memantau, memastikan tidak ada pelanggaran,” katanya, seperti yang dikutip kantor berita AFP.
Namun, seorang pejabat lain juga menegaskan kepada kantor berita AP, "Tidak ada tentara AS yang akan masuk ke Gaza.”
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris