1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Israel: Tidak Ada Bantuan bagi Gaza Tanpa Pembebasan Sandera

12 Oktober 2023

Militer Israel menyiagakan pasukan sembari “menunggu” keputusan politik untuk melancarkan serangan darat demi pembebasan 150 sandera di Jalur Gaza. Upaya pembebasan juga sedang dinegosiasikan lewat mediasi internasional

Serangan udara Israel di Jalur Gaza
Serangan udara Israel di Jalur Gaza, Rabu (11/10)Foto: picture alliance / ASSOCIATED PRESS

Militer Israel mengaku "sedang menunggu untuk melihat apa yang diputuskan oleh para politisi,” terkait rencana serangan darat ke Jalur Gaza, kata juru bicaranya, Richard Hecht, Kamis (12/10), "Kami menyiapkan manuver darat jika nanti diputuskan.” 

Lebih lanjut, militer juga "sedang menyusun langkah berikutnya,” imbuhnya, setelah sebelumnya memobilisasi sekitar 300.000 tentara cadangan untuk berperang melawan Hamas.  

Otoritas di Gaza mengatakan, serangan udara Israel telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan melukai 5.000 lainnya, sebagian perempuan dan anak-anak.  

Namun menurut Hecht, serangan Israel diarahkan terhadap pasukan elit Hamas "al-Nukhbah,” yang menggalang aksi teror, Sabtu (7/10) silam. Dia mengklaim, anggota kelompok teroris Hamas saat ini masih berusaha menyusup ke Israel melalui laut. 

Dalam serangan tersebut, Hamas membunuh 1.200 penduduk Israel yang kebanyakan merupakan warga sipil. Termasuk ke dalam sasaran teror adalah pemukiman penduduk dan sebuah festival musik elektronik.  

Hamas dilaporkan masih menyandera sekitar 150 warga sipil Israel yang saat ini dikabarkan ditawan di Jalur Gaza. 

Displaced civilians in Gaza seek help from UN

02:39

This browser does not support the video element.

Inisiatif negosiasi dari Turki 

Nasib sandera yang ditahan Hamas kini sedang dinegosiasikan oleh sejumlah pihak, terutama Turki dan Palang Merah Internasional. Inisiatif tersebut diperintahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kata seorang sumber di pemerintahan seperti dilansir kantor berita AFP. 

"Mereka sedang menegosiasikan pembebasan sandera,” kata dia. 

Upaya serupa dilancarkan Komite Internasional Parang Merah (ICRC) yang berusaha memediasi antara Hamas dan Israel.

"Sebagai penengah yang netral, kami siap melakukan kunjungan humaniter, memfasilitasi komunikasi antara sandera dan anggota keluarga dan mengakomodasi setiap pembebasan nantinya,” kata Fabritio Carboni, Direktur Timur Tengah di ICRC dalam sebuah pernyataan pers. 

ICRC mendesak "kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil.” 

Menurut Carboni, perang antara Hamas dan Israel telah mengorbankan warga sipil. "Derita kemanusiaan yang muncul dari eskalasi ini sangat mengerikan,” kata dia.  

Israeli Kfar Aza kibbutz scene of massacre in Hamas attacks

02:14

This browser does not support the video element.

Sikap nonkompromi 

Kegentingan bertambah ketika Israel menghentikan pasokan energi dan air minum ke Jalur Gaza. Pada Rabu (11/10), otoritas lokal mengaku hanya punya cadangan bahan bakar untuk beberapa jam. 

Menurut ICRC, terputusnya aliran listrik akan berakibat fatal. Hal ini "berisiko bagi bayi di dalam inkubator atau pasien manula yang bergantung pada tabung oksigen. Prosedur cuci darah terhenti dan foto X-Ray tidak bisa dibuat,” tulis Carboni. 

"Tanpa listrik, rumah sakit akan berubah menjadi kamar mayat,” pungkasnya. 

Namun begitu, Menteri Energi Israel, Israel Katz, bersikeras mempertahankan blokade terhadap Gaza sampai semua sandera dibebaskan. 

"Bantuan kemanusiaan buat Gaza? Tidak sekalipun tombol listrik akan dinyalakan, tidak satupun hidran air akan dibuka dan tidak akan ada truk bahan bakar yang memasuki Gaza sampai semua sandera Israel pulang ke rumah,” tulisnya dalam paltform X (dulu Twitter). 

"Perikemanusiaan akan dijawab dengan perikemanusian. Dan tidak seorangpun berhak mengajari kami soal moral.” 

rzn/as (dpa,afp,rtr) 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait