Istri Eks PM Malaysia Diperiksa Seputar Dugaan Korupsi 1MDB
5 Juni 2018
Rosmah Mansor, istri mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak, memenuhi panggilan komisi anti korupsi Malaysia – atas dugaaan keterlibatannya dalam skandal korupsi 1MDB.
Iklan
Perempuan berusia 66 tahun itu tampak tenang dan tersenyum saat dia berjalan menuju gedung pemeriksaan. Rosmah, yang menghadapi tuduhan kriminal, dipanggil untuk ditanyai oleh Komisi Anti-Korupsi (MACC) di Kuala Lumpur. Pertanyaan terhadap Rosmah diperkirakan berkisar dana 42 juta ringgit atau 146,6 milyar rupiah yang ditransfer ke akun bank Najib dari SRC International, yang dulu merupakan anak perusahaan dari 1MDB.
Najib, yang membantah melakukan kesalahan, dituduh menyalahgunakan dana sekitar 4,5 miliar dolar AS dari dana negara 1MDB, termasuk hampir 700 juta dolar AS yang diduga ditransfer langsung ke rekening bank pribadinya.
Pemeriksaan itu sebagai bagian investigasi atas dugaan aliran dana haram dari SRC International Sdn Bhd, mantan anak perusahaan 1MDB, ke rekening pribadi Najib dan Rosmah.
SRC International merupakan lembaga keuangan yang dibentuk pada 2011 pada saat Najib masih menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia. Lembaga itu dibentuk untuk menguatkan gairah investasi Malaysia di luar negeri dalam sektor energi. Uang yang diduga ditransfer dari SRC International ke rekening Najib merupakan segelintir dari milyaran dolar AS yang diduga telah dikorupsi dari 1MDB.
Mencemooh PM Najib Razak Lewat Karikatur
Kartunis Malaysia, Zunar, diancam 43 tahun penjara lantaran menggugat budaya korupsi di negerinya. Ironisnya ia dikenakan UU Penghasutan 1948 yang ditetapkan pemerintahan kolonial Inggris
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan
Bahasa Kebebasan
Tidak jarang Zunar berurusan dengan pemerintah Malaysia. Berulangkali ia dibui lantaran karikaturnya dinilai terlalu kritis terhadap negara. Namun ia bersikukuh. "Mereka bisa merantai tangan saya, kaki saya, leher atau seluruh tubuh saya," ujarnya, "tapi saya tidak akan berhenti menggambar."
Foto: Zunar
Perdana Menteri Perampok
Adalah Perdana Menteri Najib Razak yang paling sering muncul dalam karya Zunar. Ia belum lama ini diduga terlibat dalam skandal korupsi sebesar 2,6 miliar Dollar AS dari dana investasi Malaysia 1MDB. Sekitar 700 juta Dollar AS diantaranya mendarat di rekening pribadi Razak. Sang perdana menteri berdalih uang itu merupakan "dana sumbangan kampanye" dari Arab Saudi.
Foto: Zunar
Hartawan Berdosa
Zunar menilai Razak adalah kelptokrat paling tamak sedunia. Ia bahkan menggeser Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, di tempat kedua. Resminya harta Mugabe diklaim sebesar 10 juta Dollar AS. Tapi sang diktatur punya seribu cara menilap uang negara tanpa menyisakan bukti hukum.
Foto: Zunar
Keadilan Terarah
Perdana Menteri Razak tidak perlu mengkhawatirkan langkah hukum terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus korupsi 1MDB, keluh Zunar. "Kami punya seorang menteri kehakiman, mahkamah agung dan gedung pengadilan, tapi kami tidak punya keadilan," ujarnya.
Foto: Zunar
Kebebasan di Balik Jeruji
Buat menghadapi suara-suara kritis pemerintah Malaysia menggunakan Undang-undang dari era penjajahan Inggris. "Sedition Act" alias UU anti Penghasutan melarang perdebatan umum yang memiliki tendensi "subversif." Aturan tersebut kini sering digunakan buat membungkam wartawan, seniman dan penulis seperti Zunar.
Foto: Zunar
Demi Kepentingan Bisnis
Zunar juga mengritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Buatnya perjanjian perdagangan bebas dan kemitraan yang baik dengan Malaysia lebih penting ketimbang perlindungan HAM dan situasi mengenaskan tahanan politik di negeri tersebut.
Foto: Zunar
Kritik Bergambar
Karya karikatur Zunar saat ini sudah berjumlah ribuan. Sejak dua dekade ia berjuang melawan korupsi dengan pensil dan kertas. Kendati terancam hukuman ia tetap bersikukuh menggambar karikatur yang bersifat kritis. Zunar bahkan menyediakan gambar karikaturnya secara gratis di situs pribadinya, www.zunar.my
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan
7 foto1 | 7
Hasil penyitaan yang menghebohkan
Pihak berwenang bulan lalu menggerebek beberapa properti milik pasangan Najib-Rosmah, dan menyita 284 tas Birkin Hermes dan 72 koper yang diisi uang tunai dan barang berharga lainnya.
Sejak itu, warga Malaysia membandingkan Rosmah dengan mantan 'first lady' Filipina Imelda Marcos, yang terkenal karena koleksi sepatu mahalnya.
Polisi Sita Ratusan Tas Mewah Milik Istri Ex PM Malaysia
01:31
Dilarang meninggalkan Malaysia
Pengacara Rosmah, telah membantah tuduhan bahwa Rosmah sudah menghabiskan 27 juta dolar AS untuk pembelian berlian merah muda yang langka. Rosmah dikenal secara rutin menghabiskan uang sebesar 300 dolar AS untuk penataan rambut.
Dalam biografi resmi tahun 2013, Rosmah mengatakan: "Sebagai seorang wanita dan istri dari seorang pemimpin, saya harus terlihat rapi dan menjaga penampilan saya. Saya tidak ingin terlihat tidak terawat karena akan dikritik."
Mahathir Mohamad, perdana menteri baru negara itu, membuka kembali kasus korupsi terhadap Najib setelah mengambil alih kekuasaan pada tanggal 9 Mei, menyusul kemenangan koalisi oposisi yang mengejutkan.
Baik Najib dan Rosmah telah dilarang meninggalkan Malaysiaselama investigasi berlangsug. Jaksa Agung AS Jeff Sessions menyebut skandal 1MDB merupakan contoh "kleptokrasi yang paling buruk."
ap/vlz (dpa, AFP)
Kenapa Pemilu Malaysia Cacat Demokrasi?
Oposisi Malaysia membutuhkan keajaiban buat menguasai parlemen lewat pemilu nasional, bahkan ketika jumlah suara yang mereka kumpulkan melebihi koalisi pemerintah 2013 silam. Apa sebabnya?
Foto: Imago/Richard Wareham
Siasat Demografi
Jumlah penduduk pada daerah pemilihan sangat menentukan. Koalisi pemerintah biasanya menang di dapil yang dihuni bangsa Melayu. Namun banyak dapil tersebut berpenduduk sedikit seperti di Sabah atau Serawak. Sebaliknya kelompok oposisi berharap pada dapil berpenduduk multi-etnis yang berjumlah sedikit, meskipun ramai pemilih. Akibatnya sepertiga pemilih menentukan separuh jumlah kursi di parlemen.
Foto: Imago/imagebroker
Akal-akalan Daerah Pemilihan
Setiap 10 tahun sekali Komisi Pemilu (SPR) memetakan ulang daerah pemilihan sesuai sensus penduduk terbaru. Tapi oposisi mengritik pembagian dapil menguntungkan pemerintah. Penduduk keturunan yang cenderung memilih partai oposisi digabung dengan dapil pendukung oposisi, sementara warga Melayu disebar agar menjadi mayoritas di dapil lain. Akibatnya jumlah dapil pendukung pemerintah berlipat ganda.
Foto: picture alliance / dpa / S. Kahnert
Kejanggalan Daftar Pemilih
Sejumlah LSM mengeluhkan "kejanggalan" dalam daftar pemilih, termasuk keberadaan 2,1 juta pemilih baru yang tidak memiliki alamat. Komite Parlemen 2011 silam sempat memerintahkan SPR membersihkan daftar pemilih, namun hingga kini "rekomendasi" tersebut diabaikan. Atas dasar itu organisasi anti korupsi, Bersih, memperkirakan 15% pemilih tidak memenuhi syarat untuk mencoblos.
Foto: Getty Images
Dagelan Pemantau Asing
Pemerintah berusaha meyakinkan pemilu kali ini berjalan demokratis, antara lain dengan mengundang 25 perwakilan asing, termasuk dari Indonesia. Namun sisa negara yang diundang tidak memiliki kredibilitas demokrasi, antara lain dari Azerbaidjan, Maladewa, Pakistan, Uzbekistan, Kamboja dan Kirgistan. Komisi HAM Malaysia juga mengeluhkan pemantaunya ditolak oleh Komisi Pemilu untuk mengawasi TPS
Foto: picture alliance/zumapress
Peluru di Balik UU Anti Hoax
Bulan lalu parlemen mengesahkan UU Anti Hoax yang mengharamkan berita palsu. Namun aturan tersebut belakangan lebih sering digunakan buat mengintimidasi oposisi dan meredam laporan mengenai dugaan korupsi Dana Investasi Malaysia 1MDB yang ikut menyeret keluarga Perdana Menteri Najib Razak. Bekas PM Mahathir Mohammad baru-baru ini digugat ke pengadilan lantaran hal serupa.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Ismail
Drama di Hari Pencoblosan
Ketetapan hari pemungutan suara digelar pada pertengahan minggu memicu kontroversi besar di Malaysia. Pasalnya banyak pemilih yang harus pulang kampung untuk bisa mencoblos. Meski kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional, kelompok oposisi mengklaim bakal kehilangan suara lantaran banyak pendukungya yang bekerja di luar kota, termasuk di antaranya setengah juta calon pemilih di Singapura.