Italia Ancam Kirim Balik Ratusan Pengungsi Ke Libya
20 Agustus 2018
Negara Uni Eropa diminta ikut mencari solusi terkait 177 pengungsi yang terapung di perairan Malta. Jika tidak, Italia mengancam untuk mengirim balik para pengungsi ke Lybia.
Iklan
Ancaman ini menyusul penolakan Malta untuk memberi izin berlabuh bagi kapal Diciotti yang mengangkut ratusan imigran.
"Pilihannya antara Eropa serius menawarkan bantuan nyata, contohnya dengan membantu 180 pengungsi di kapal Diciotti, atau kita terpaksa melakukan tindakan yang secara pasti dapat menghentikan bisnis penyelundupan manusia. Itu berarti mengirim kembali orang-orang ini ke Libya," kata Menteri Dalam Negeri Italia, Matteo Salvini, dalam sebuah pernyataan.
Salvini dikenal berhaluan politik ekstrem kanan.
Kapal Diciotti, yang beroperasi di bawah kegiatan penyelamatan Frontex Mediterania Uni Eropa, terjebak di lepas pantai pulau Lampedusa, Italia, setelah menyelamatkan para pengungsi 16 Agustus lalu.
Kebuntuan antara Italia dan Malta
Malta adalah sebuah negara pulau kecil yang terletak di antara Italia dan Libya. Karena posisi geografisnya, negara itu menghadapi krisis akibat membanjirnya pengungsi dari utara Afrika yang berusaha masuk ke Eropa.
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Italia meminta Malta untuk mengambil para pengungsi dengan alasan, mereka diselamatkan di perairan Malta. Namun Malta menolak dengan alasan, ketika ditemukan kapal tidak sedang berada dalam kesulitan dan para pengungsi menolak bantuan dari pihak berwenang Malta, serta lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Italia.
Menteri Dalam Negeri Malta, Michael Farrugia, lewat akun twitternya, Minggu (19/8), menuduh pemerintah Italia menyelamatkan para imigran di perairan Malta untuk mencegah mereka memasuki perairan Italia.
Sementara Menteri Transportasi Italia, Danilo Toninelli mengatakan, kalau Malta "layak diberi sanksi" dan meminta negara Uni Eropa lainnya agar membuka pelabuhan mereka.
Ini adalah ketegangan kedua yang terjadi antara Italia dan Malta dalam kurun waktu satu bulan. Kedua negara itu mengalami kebuntuan dalam mengatasi 450 pengungsi yang diselamatkan dari kapal nelayan.
Pemeran Utama bagi Solusi Krisis Pengungsi
Krisis pengungsi di Eropa kini capai titik tergawat. Jerman dengan politik Pintu Terbuka dipuji sekaligus dikritik picu arus migran tak terkendali. Inilah aktor utama yang bisa jadi solusi krisis pengungsi Eropa.
Foto: DW/D. Cupolo
Angela Merkel, Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel dipuji sekaligus dikritik tajam dalam krisis pengungsi. Kini arus pengungsi ke Jerman memang turun. Tapi itu bukan hasil politik Merkel, melainkan karena 10 negara lain sudah menutup pintu perbatasannya. Politik pintu terbuka Merkel dinilai bisa runtuhkan Uni Eropa, jika dalam waktu dekat tidak bisa tercapai kesepakatan politik bersama Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Jean-Claude Jüncker, Uni Eropa
Presiden Komisi Eropa yang juga PM Luxemburg, Jean-Claude Jüncker menjadi sasaran kritik anggota Uni Eropa, karena ragu dan tidak tegas menangani krisis pengungsi. Informasi gelombang pengungsi yang siap masuk Eropa sudah diberikan dinas rahasia awal tahun silam. Tapi Uni Eropa tidak bertindak tepat dan biarkan krisis berlarut. Kini Jüncker harus mainkan peran kunci dalam KTT pengungsi.
Foto: Reuters/V. Kessler
Werner Faynmann, Austria
Kanselir Austria Werner Faymann adalah tokoh utama yang mengritik tajam kebijakan pintu terbuka Jerman yang sebelummya tidak dikonsultasikan matang dengan negara tetangga. Austria kewalahan terima serbuan pengungsi yang ingin masuk Jerman. Faynmann menggelar konferensi dengan 10 negara Balkan dan negara lain di rute pengungsi serta memaksa untuk penetapan batasan maksimal kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Alexis Tsipras, Yunani
Realita bahwa Yunani jadi korban utama kebijakan Jerman tak bisa ditutupi. Jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya terus mengalir ke Yunani via Laut Tengah. PM Yunani Tsipras mengeluh, negaranya yang masih dirundung krisis berat, tanggung beban tak adil dalam krisis ini dan makin kewalahan tangani pengungsi. Yunani kini kirim balik sebagian pengungsi ke Turki.
Foto: Reuters/A.Konstantinidis
Ahmet Davutoglu, Turki
PM Turki Ahmet Davutoglu adalah tokoh utama lainnya dalam solusi krisis pengungsi. Uni Eropa sudah tegaskan, kerjasama dengan Turki adalah tema sentral. Tapi taruhannya amat tinggi. Turki dnjanjikan kompensasi 3 milyar Euro. Presiden Turki, Erdogan yang lebih berkuasa dibanding Davutoglu lecehkan janji bantuan Uni Eropa terlalu kecil. Ia juga ancam kirim gelombang tsunami pengungsi ke Eropa.
Foto: Reuters/U. Bektas
5 foto1 | 5
Mereka diselamatkan dari dua kapal yang berada di perbatasan Uni Eropa dan akhirnya diizinkan berlabuh di Italia setelah lima negara Eropa setuju mengambil masing-masing 50 pengungsi.
Masalah hukum
Mengembalikan para pengungsi ke perairan yang dianggap tidak aman bisa menimbulkan masalah hukum bagi Italia.
Hukum internasional menetapkan bahwa pengungsi yang diselamatkan di perairan internasional tidak boleh dikembalikan ke tempat, di mana hidup mereka terancam bahaya.
Sedangkan Libya dimasukkan ke kategori daerah yang tidak aman oleh Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi sedang menyelidiki kemungkinan adanya pelanggaran hukum internasional oleh sebuah kapal dagang berbendera Italia yang menyelamatkan 100 orang pengungsi dan mengembalikan mereka kembali ke Libya Juli lalu.
Pada 2012, Italia dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa karena menggunakan kapalnya untuk mengirim para pengungsi ke Libya.