1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iuran Kuliah di Norwegia dan Inggris

17 April 2007

Sebagai warga Eropa mahasiswa juga memiliki hak untuk menempuh studi di negara anggota Uni Eropa lainnya. Ini adalah salah satu hak dasar yang dapat mereka nikmati.

Norwegia surga studi bagi para mahasiswa
Norwegia surga studi bagi para mahasiswaFoto: Wikipedia

Semakin tingginya mobilitas bagi para mahasiswa Uni Eropa seiring semakin langkanya kebebasan membayar iuran kuliah di di berbagai perguruan tinggi negara-negara Eropa.

Meskipun sejak beberapa dasawarsa banyak negara di Eropa yang mengenakan iuran kuliah untuk menempuh studi ini di perguruan tinggi, negara-negara Skandinavia masih menjadi surga bagi para mahasiswa. Di Swedia, Finlandia, Norwegia dan Denmark mata kuliah tidak hanya ditawarkan dalam bahasa Inggris, tapi juga biaya kuliahnya gratis. Baik untuk warganya maupun mahasiswa asing. Tidak heran jika sejak tahun 2000 terjadi boom mahasiswa asing di Skandinavia. Namun perubahan juga terjadi di kawasan yang terletak di Utara Eropa tersebut. Musim panas tahun lalu Swedia mulai memungut iuran kuliah, kemudian juga diikuti Denmark. Mula-mula hanya untuk mahasiswa asing yang berasal dari negara non Uni Eropa. Satu-satunya negara yang masih bertahan pada prinsip studi gratis bagi mahasiswa adalah Norwegia.

Data statistik menunjukkan Norwegia memang surga bagi mahasiswa. Dari empat setengah juta penduduk, hampir sepertiganya lulusan perguruan tinggi. Dan sesuai program pemerintah di Oslo jumlah itu diharapkan meningkat. Norwegia sangat mengutamakan pendidikan. 6,6 persen pendapatan nasional brutto diinvestasikan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Hampir lima persen lebih tinggi dari rata-rata investasi pendidikan di negara yang tergabung dalam organisasi untuk kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD. Sampai saat ini pemerintah Norwegia tidak memungut uang kuliah, kecuali bagi mereka yang memilih jurusan kedokteran atau psikologi.

Meskipun tidak ada iuran kuliah, biaya hidup bagi sekitar 215 ribu mahasiswa Norwegia sangat mahal, yakni sekitar 900 sampai 1000 Euro per bulan. Terutama biaya sewa kamar serta harga makanan. Faktor ini menyulitkan mahasiswa asing, apalagi upah kerja sampingan di Norwegia tidak terlalu besar. Namun bagi mereka yang terbentur masalah biaya, dapat meminta bantuan kepada pemerintah. Seperti dituturkan Beate Lindemann dari Uni Tromsø di Utara Norwegia

“Setiap mahasiswa dapat mengambil kredit dari organisasi finansial studi dengan kondisi yang sangat ringan. Kredit studi ini cukup untuk bertahan hidup di Norwegia.“

Di Norwegia semua mengenal Lånekasse program bantuan pemerintah untuk pendidikan, yang menanggung biaya hidup mahasiswa selama menempuh kuliah. Lånekasse yang sudah ada sekitar 60 tahun terakhir, sekarang mengucurkan kredit sekitar 2 milyar Euro setiap tahun perkuliahan. Lebih lanjut dikatakan Beate Lindemann

„Biasanya orang mengambil kredit jika mulai kuliah, dengan kondisi yang sangat bagus. Karena tidak ada saingan pemberi kredit seperti ini, kebanyakan mahasiswa mengambil kredit tersebut. Mereka mungkin tidak mengambil jumlah kredit terbesar, tapi hanya sejumlah yang kira-kira nanti dapat dikembalikannya.“

Paling lambat 7 bulan setelah mahasiswa memegang ijazahnya, mereka mendapat surat dari Lånekasse. Isinya jadwal pembayaran kredit masing-masing, maksimal selama 20 tahun. Jumlah cicilan sangat tergantung dari pendapatan sarjana tersebut. Tapi bila para sarjana itu sakit, harus menanggung biaya anak atau tidak mendapat pekerjaan hal ini juga diperhitungkan. Paling tidak sampai usia 65 tahun para sarjana itu memiliki waktu untuk melunasi hutangnya pada Lonekassa. Di masa depan biaya kuliah di Norwegia dapat lebih mahal. Menyusul negara Skandinavia lainnya yang menarik iuran kuliah, hal ini juga tengah menjadi bahan pertimbangan di Norwegia.

Di negara anggota Uni Eropa lainnya Inggris, iuran kuliah sudah diberlakukan sekitar 10 tahun terakhir. Sebelumnya biaya kuliah ditanggung pemerintah Inggris.

Sekarang mahasiswa per tahunnya harus membayar kira-kira 1175 poundsterling atau sekitar 20 juta rupiah. Tapi Partai Buruh dari Perdana Menteri Tony Blair memutuskan mulai September tahun depan, iuran kuliah akan naik menjadi 3000 Poundsterling atau sekitar 60 juta rupiah per tahun. Janji pemilu yang dilanggarnya sendiri ini mendapat kritik tajam dari mahasiswa. Seperti dari Jason mahasiswa Afro Karibik berusia 20 tahun

„Sungguh tidak realistis, menaikkan iuran kuliah sekaligus mengharapkan lebih banyak mahasiswa yang menempuh studi daripada sebelumnya.“

Sementara Jamila yang berusia 21 tahun merasa lega karena berhasil menyelesaikan studi sebelum kenaikan iuran kuliah

„Jika biaya kuliah saya sedemikian besar, saya tentu tidak akan menempuh kuliah. Saya tidak ingin meniti kehidupan kerja dengan tumpukan hutang sebesar 9000 Poundsterling.“

Pikiran memiliki hutang benar-benar menjadi faktor penghambat utama. Hal ini juga dikatakan Emma Tummelly dari perhimpunan mahasiswa nasional Inggris

„Dengan naiknya biaya kuliah, universitas akan tetap didominasi lapisan menengah dan atas.“

Politik uang kuliah juga menjadi perdebatan di dalam Partai Buruh dari Perdana Menteri Tony Blair sendiri. Banyak anggotanya meragukan apakah dengan tingginya uang kuliah sasaran membawa separuh dari lulusan sekolah menengah atas ke universitas akan tercapai. Selain itu Partai Buruh juga ingin mempermudah jalan ke universitas bagi lapisan sosial lemah. Tapi dirjen perguruan tinggi Bill Rammel merasa optimis

“Hal utama bukanlah menyangkut hutang melainkan iuran sesuai kondisi yang ada. Mahasiswa seharusnya mengingat, uang itu dipinjamkan tanpa bunga. Mereka baru diwajibkan membayar jika mencapai penghasilan lebih dari 15 ribu poundsterling pertahun. Mahasiswa yang membutuhkan memiliki hak untuk mengajukan bea siswa. Dan bagi mereka yang sesudah 25 tahun tetap berpenghasilan terlalu sedikit, tidak perlu membayar kembali kreditnya.”

Baru-baru ini dikeluarkan data statistik dari tahun perkuliahan yang tengah berlangsung. Jumlah pendaftar untuk tahun perkuliahan baru naik 7 persen. Terutama jurusan bisnis mencatat kenaikan terbesar, jumlah mahasiswa naik 25 persen. Tapi juga diketahui, kenaikan jumlah mahasiswa ini terutama berasal dari lapisan menengah. Mulai September tahun 2008 para mahasiswa yang mendaftar harus mencantumkan asal etnis dan status pekerjaan orang tuanya. Proses seleksi tetap berada di tangan universitas. Meskipun demikian partai buruh di Inggris berharap bertambahnya jumlah mahasiswa dari lapisan sosial lainnya.