1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKorea Selatan

Jadi Anggota DK PBB, Bisakah Korea Selatan Bawa Perubahan?

8 Juni 2023

Majelis Umum PBB memilih Korea Selatan, Aljazair, Guyana, Sierra Leone, dan Slovenia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk masa jabatan dua tahun, yakni 2024-2025.

Tampilan umum menunjukkan pertemuan Dewan Keamanan PBB
Lima dari 10 kursi tidak tetap di Dewan Keamanan PBB tersedia untuk masa jabatan dua tahun mulai 2024Foto: ED JONES/AFP/Getty Images

Korea Selatan, Aljazair, Guyana, Sierra Leone, dan Slovenia terpilih sebagai anggota tidak tetap di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) setelah pemungutan suara di Majelis Umum. Selain Slovenia, keempat negara lainnya lolos tanpa tentangan.

Anggota tidak tetap saat ini adalah Albania, Brasil, Gabon, Ghana, Uni Emirat Arab (UEA), Swiss, Ekuador, Jepang, Malta, dan Mozambik. Sementara lima negara yang baru terpilih tersebut akan bergabung dengan anggota tidak tetap DK PBB mulai Januari 2024 hingga 2025. Mereka nantinya menggantikan kursi yang diduduki Albania, Brasil, Gabon, Ghana, dan UEA.

Korea Selatan menjadi satu-satunya kandidat dari kawasan Asia-Pasifik. Selain meningkatkan prestise nasional, keberhasilan Seoul akan membalikkan kekecewaan sebelumnya karena telah kehilangan kursi di Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Oktober lalu, sebuah kemunduran mengingat Vietnam terpilih ke dewan meskipun negara itu memiliki rekam jejak penindasan hak-hak sipil dan politik.

"Gagal mempertahankan kursi itu adalah kesalahan diplomatik serius yang sebagian karena transisi ke pemerintahan baru di Seoul, jadi bergabung dengan Dewan Keamanan dipandang sebagai cara untuk kembali (ke panggung global)," kata Park Jung-won, seorang profesor hukum internasional di Universitas Dankook.

"Secara simbolis, sebuah kursi akan sangat penting, tetapi itu akan memberikan kesempatan kepada Korea Selatan untuk menunjukkan bahwa mereka dapat memainkan peran yang konstruktif di panggung global,” katanya kepada DW.

Korea Selatan berharap mendapatkan dukungan internasional yang lebih besar untuk isu-isu utama termasuk ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara yang semakin agresif, yang jelas membuat kemajuan dalam program senjata nuklirnya dan pengembangan rudal balistik jarak jauh.

Keberhasilan Korea Selatan terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB menjadi kemenangan diplomatik yang disambut baik oleh Presiden Yoon Suk YeolFoto: Daewoung Kim/REUTERS

Hyobin Lee, seorang profesor politik dan etika di Universitas Nasional Chungnam di Daejeon, mengatakan Seoul telah bekerja keras untuk membangun reputasi internasionalnya dan dukungan untuk kursi DK PBB.

"Korea telah berupaya untuk menjadi anggota tidak tetap DK PBB dengan melibatkan berbagai organisasi regional dan internasional,” katanya.

"Upaya ini termasuk dialog konstruktif dan pertemuan dengan perwakilan dari Uni Afrika, pemimpin negara kepulauan Pasifik, Timor-Leste, perwakilan dari negara-negara Amerika Latin, dan keterlibatan diplomatik penting lainnya.”

"Situasi di Asia Timur Laut semakin penuh dengan konflik, karena Korea Selatan dikelilingi oleh Korea Utara, Rusia, China, dan Jepang," kata Lee.

"Hubungan di antara negara-negara ini rumit dan bukan pertanda baik bagi keamanan nasional Korea," tambahnya.

Meskipun dengan menjadi anggota tidak tetap DK PBB akan membantu Yoon, Lee khawatir itu hanya akan berdampak kecil.

"Tidak mungkin membawa perubahan signifikan dalam hal status kekuatannya dalam politik internasional," ujarnya. "Sebaliknya, perannya akan lebih simbolis."

ha/hp (Reuters)

Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait