Menurut peneliti di Swiss, lalat buah yang dipaksa untuk monogami lebih bodoh dibanding populasi lalat yang berpoligami.
Iklan
Peneliti dari Universitas Lausanne di Swiss mengatakan hasil eksperimen yang mereka lakukan menyediakan "bukti langsung hipotesis bahwa persaingan untuk kawin adalah pendorong utama evolusi dan mempertahankan performa kognitif pada spesies binatang." Penemuan ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Proceedings B dari British Royal Society.
Masa kawin dua hari
Dua ahli biologi Brian Hollis dan Tadeusz Kawecki menerapkan sistem berkembangbiak secara monogami pada tiga populasi buatan lalat buah Drosophila.
Lebih dari 100 generasi dihasilkan dengan secara acak mengawinkan satu lalat jantan "perjaka" dengan satu lalat betina "perawan". Kedua lalat tersebut ditempatkan di tabung kecil dan diberikan waktu dua hari untuk kawin.
Sementara itu, pada tiga populasi poligami buatan, peneliti menempatkan lima lalat jantan "perjaka" dan lima lalat betina "perawan" di tabung dengan jangka waktu yang sama.
Serangga Berguna
Serangga kadang mengganggu, merugikan, bahkan membawa sumber penyakit. Tapi banyak juga yang berguna. Mereka memberi makan manusia, jaga kebersihan bumi dan menghalau bahaya.
Foto: Robert R. Jackson
Fungsi penting serangga
Mereka memakan nyamuk dan serangga yang merugikan tanaman. Juga terlibat dalam penyerbukan buah dan sayuran, serta mengurai sampah. Dan beberapa dari mereka tampak tidak 'mengerikan' lagi, jika orang melihat dari dekat. Itulah serangga berguna.
Foto: Iryna Novytsky
Penolong yang rajin
Contoh paling tepat untuk serangga yang berguna adalah lebah. Ia memproduksi madu, dan tanpa kemampuannya untuk menyerbuki bunga, mungkin kita tidak dapat menikmati buah dan sayuran. Tetapi keberadaaan lebah di seluruh dunia tengah terancam. Di beberapa wilayah di Cina lebah bahkan sudah punah. Penyebabnya insektisida dan tungau.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemangsa yang disukai
Kepik (kumbang koksi) terutama memamahbiak serangga yang merugikan tanaman. Mungkin karena itu orang suka dengan kepik. Seekor kepik bisa menyantap sekitar 50 serangga pemakan tanaman dalam sehari. Hingga ia mati, yang disantap ribuan.
Foto: Fotolia/ K.-U. Häßler
Larva kepik juga berguna
Karena memakan serangga yang merugikan tanaman, kepik juga jadi pembantu yang disukai dalam pemberantasan serangga merugikan, yang dilaksanakan secara biologis. Jadi tanpa menggunakan kimia, petani bisa memerangi serangga merugikan. Bahkan larva kepik yang tampak agak menakutkan, sebenarnya turut membantu dalam membasmi serangga perugi.
Foto: cc/by/sa/Martin Eberle
Parade parasit
Bagi orang, tawon jenis Ichneumonidae, tidak berbahaya. Tetapi bagi serangga merugikan tertentu, tawon membawa kematian. Tawon ini menembus ngengat, kumbang atau serangga merugikan lain dengat sengatnya. Di tubuh serangga tersebut tawon betina kemudian meletakkan sebutir telur. Dari telur keluar anak tawon yang kemudian melahap serangga korban dari dalam.
Foto: cc/by/sa/Panox
Pemangsa penting
Kumbang jenis Carabidae hidup sebagai perampok dan memburu terutama binatang yang juga tidak disukai manusia, misalnya Isopoda, ulat atau siput. Bahkan kumbang yang disebut "potato beetle", yang bisa bergerak sangat cepat dan kuat tidak bisa menahan gigitannya. Jenis kumbang Carabidae bisa ditemukan di seluruh dunia. Banyak dari mereka masuk dalam daftar hewan yang dilindungi.
Foto: cc/by/sa/Soebe
Penjepit berwarna gelap
Ini juga kumbang, walaupun jika dilihat sepintas tampak seperti cacing. Kumbang jenis Staphylinidae ini memiliki penutup sayap yang pendek. Di bawahnya terselubung sayap yang berlipat secara rumit. Di seluruh dunia dikenal sekitar 50.000 jenis. Binatang itu senang penyantap kumbang jenis Scolytinae dan belatung, bahkan juga sisa bangkai dan tumbuhan yang sudah mati.
Foto: cc/by/sa/Hedwig Storch
Raksasa pencinta damai
Penampilan tawon raksasa (vespa crabro) menyebabkan orang sedikit takut. Tetapi racunnya tidak seberbahaya tawon biasa. Serangga dewasa sangat suka meminum sari tanaman, tetapi anak-anaknya diberi makan daging segar. Satu kelompok tawon raksasa memerlukan sekitar setengah kilogram daging setiap harinya.
Foto: cc/by/sa/Flugwapsch62
Yang terakhir ....
... laba-laba yang banyak jumlahnya. Sebenarnya laba-laba dengan delapan kakinya tidak termasuk serangga, tetapi sangat berguna! Karena mereka menangkap dan memangsa dalam jumlah besar, segalanya yang buat kita mengganggu. Nyamuk, ngengat, lalat dan serangga perusak tumbuhan merupakan santapan laba-laba.
Foto: C.M./Fotolia
Biarkan laba-laba hidup
Jadi, jangan merasa jijik, jangan diinjak, jangan dipukul atau dibasmi. Anda sebenarnya bisa merasa senang, jika mereka ada!
Foto: Robert R. Jackson
10 foto1 | 10
Poligami versus monogami
Dari telur hasil kawin lahir generasi lalat buah yang punya siklus hidup kurang dari dua minggu jika berdiam pada suhu ruangan. Setelah lahir lebih dari 100 generasi, Hollis dan Kawecki membandingkan perilaku kawin populasi yang monogami dengan populasi yang poligami.
Lalat jantan dari populasi monogami menghasilkan keturunan jauh lebih sedikit dibandingkan lalat dari populasi poligami. Bahkan, para peneliti menemukan, lalat yang monogami tidak bisa mengidentifikasikan lalat betina yang sudah kawin dan berarti tidak bisa dibuahi lagi.
Mereka tidak hanya butuh 75% lebih lama untuk mencapai kopulasi, tapi gagal dalam tes mengenali bahaya melalui bau tertentu.
Suami Bisa Dibeli
Fotografer Suzanne Heintz lelah ditanyai oleh keluarga dan teman-temannya, kapan ia akan menikah. Dengan karyanya, ia membuat keluarga spesial. DW menghadirkan beberapa karyanya dari proyek "Playing House."
Foto: Suzanne Heintz
Keluarga Sempurna
Inilah Suzanne Heintz, suaminya Chauncey, dan anak perempuan mereka Mary Margaret, ketika berlibur di Yellowstone National Park. Yang membuat keluarga khas Amerika ini spesial adalah, dua boneka yang digunakan Heintz sebagai protes terhadap tekanan dari keluarganya.
Foto: Suzanne Heintz
Memilih Keluarga
Awalnya, Heintz membuat foto "keluarganya" dan menggunakannya untuk kartu ucapan selamat hari raya. Ia mengatakan, itu dulu hanya sebagai reaksi ironis terhadap foto keluarga tahunan yang sering dikirim orang. Tetapi sekarang proyeknya berkembang menjadi lebih dari kartu ucapan tahunan.
Foto: Suzanne Heintz
Berpose di Paris
Heintz sadar, proyeknya bisa berdampak lebih luas, jika ditempatkan di kota-kota lain. Tahun lalu, ia pergi ke Paris, di mana ia berpose dengan "keluarganya" di lokasi-lokasi terkenal seperti gereja Notre Dame. Di sana, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan menggendong suami di bahunya.
Foto: Suzanne Heintz
Diikuti Banyak Orang
"Saya ibaratnya Peniup Seruling dari Hameln," kata Heintz dalam wawancara dengan DW. Tokoh dongeng itu diikuti banyak orang jika ia meniup serulingnya. Itu dikatakan Heintz, karena ia kaget ketika melihat, proyeknya mendapat respon luas dari berbagai negara. Banyak orang membagi pengalaman di Facebook dan menunjukkan bahwa tekanan menikah lebih besar di kebudayaan lain.
Foto: Suzanne Heintz
Pria Juga Merasakan Tekanan
Proyek "Playing House" bukan hanya untuk perempuan saja, kata Heintz. "Kita selalu dituntut untuk mencapai sebuah standar yang selalu setingkat lebih tinggi dari diri kita sendiri." Jadi proyek ini juga tentang membuka diri dan mendefinisi ulang kesuksesan, dijelaskannya.
Foto: Suzanne Heintz
Gambaran Sempurna dalam Film
Suzanne Heintz berencana membuat film tentang proyeknya, yang dibuat dalam tiga bagian. Yang pertama akan berfokus pada perjalanannya ke Paris, dan yang kedua pada pengucapan kembali janji pernikahan kepada "suaminya" Chauncey. Untuk film ketiga ia akan mendapat input dari anak sekolah tentang pandangan mereka atas pernikahan.
Foto: Suzanne Heintz
6 foto1 | 6
Memburu pasangan kawin adalah proses belajar
Beberapa pakar ilmiah lain berpendapat, eksperimen ini menarik karena menunjukkan bahwa perjuangan menemukan pasangan untuk kawin menentukan evolusi proses belajar yang lebih baik.
Apa yang menyebabkan hal tersebut masih belum diketahui. Hollis dan Kawecki dari Universitas Lausanne menduga, lalat jantan dari populasi poligami yang "lebih cerdas" bisa dengan cepat mengenali lalat betina belum kawin dan dengan demikian bisa kawin dengan lebih banyak lalat betina sebelum mereka mati.
Di lain pihak, dengan memaksa lalat untuk bermonogami, lalat kehilangan proses belajar mengenali kondisi lalat betina dan menjadi "lebih lambat" dan "bodoh".
vlz/ab (dpa, afp)
Menikah Gaya Jerman
Bagi banyak orang, hari pernikahan adalah hari terindah dalam hidup. Tapi di Jerman pengantin perempuan diculik dan harus menggergaji batang pohon. Ada apa di balik ritual itu?
Foto: picture alliance/chromorange
Bunga untuk Pengantin Berikutnya
Pasangan ini sudah melewati upacara pernikahan. Teman dan keluarga mengucapkan selamat. Dan di latar belakang sejumlah teman perempuan sudah menunggu pengantin melempar buket pengantin. Katanya, orang berikutnya yang berhasil menangkap, akan segera menemukan jodoh. Tapi ritual pernikahan sebenarnya dimulai jauh sebelum upacara pernikahan. Beberapa di antaranya bisa ditemukan di negara Eropa lain.
Foto: Colourbox
Jangan Lihat!
Katanya, jika pengantin pria melihat gaun pengantin, itu akan bawa sial. Sekarang tidak ada lagi yang percaya, tapi banyak perempuan masih mematuhinya. Tapi tujuannya karena mereka ingin memberikan efek kejutan bagi pengantin pria. Jadi biasanya pengantin pria bisa melihat gaun yang dipakai hanya beberapa menit sebelum upacara.
Foto: Colourbox
Perpisahan dari Masa Single
Sebelum pernikahan, pengantin pria dan perempuan merayakan berakhirnya masa single dengan pesta bersama teman-teman, tapi terpisah. Pesta bisa dengan berbagai cara. Mulai dari berceloteh dan bercanda di kafe kesayangan, sampai tur mabuk-mabukan di Mallorca. Yang khas: semua yang hadir memakai kostum sama. Atau pengantin harus menjual kondom atau korek api. Hasil penjualan untuk bayar pesta.
Foto: picture-alliance/K. Rose
Beling Pembawa Untung
Pepatah "Beling Bawa Untung“ ditanggapi serius dalam acara Polterabend. Keluarga dan teman bertemu sebelum pernikahan dan mebawa perabot pecah belah yang sudah tidak dipakai. Itu kemudian dipecahkan dengan dibanting sekeras mungkin. Keributannya katanya mengusir setan dan hantu dari pasangan pengantin. Keduanya kemudian harus membersihkan bersama-sama. Itu jadi tanda "kerjasama" dalam keluarga.
Foto: Fotolia/Pixelacts
Yang Baru, Tua dan Dipinjam
Akhirnya hari besar tiba. Menurut tahayul, pengantin perempuan harus mengenakan sesuatu yang tua sebagai simbol kelanggengan, juga sesuatu yang baru untuk tanda masa depan bahagia. Sesuatu yang dipinjam jadi tanda persahabatan, dan sesuatu berwarna biru sebagai sumbol cinta dan kesetiaan. Itu semua bisa diperoleh dari keluarga dan teman.
Foto: picture-alliance/ZB
Tunjukkan Sepatu!
Ratusan tahun lalu, "bekal" bagi anak perempuan yang akan menikah sudah dikumpulkan sejak lama. Misalnya alas tempat tidur atau peralatan makan. Jika pengantin perempuan bisa membeli sepatu dengan uang logam sen yang dikumpulkan sendiri, ia dianggap pintar menabung. Jaman sekarang sepatu bukan barang mahal. Tapi keluarga dan teman masih membantu mengumpulkan uang logam untuk beli sepatu.
Foto: picture-alliance/ ZB
Saksi dengan Segudang Kewajiban
Di depan UU Jerman, pernikahan yang sah dilakukan di catatan sipil. Pernikahan di gereja bukan kewajiban. Di depan hukum, saksi harus ada. Tapi tugas mereka bukan hanya itu saja. Mereka biasanya mengorganisir pesta, misalnya dengan permainan lucu, atau menunjukkan foto-foto para pengantin ketika masih kecil. Mereka biasanya juga mengorganisir acara perpisahan dari masa single.
Foto: privat
Melewati Barisan
Setelah pernikahan, teman atau kolega pasangan pengantin berdiri seperti dalam barisan, dan pasangan berjalan di antara mereka. Barisan itu menunjukkan hobi atau pekerjaan pengantin. Foto: nampaknya profesi pengantin adalah pembersih cerobong asap, jika melihat kostum yang dikenakan, serta sapu yang dipegang. Bersamaan dengan itu mereka dilempari beras, yang melambangkan berkat berupa banyak anak.
Foto: picture alliance/dpa/A. Altwein
Tradisi Yang Melibatkan Hati
Pasangan pengantin harus memotong bentuk hati dari seprai tua. Setelah itu, pengantin pria harus menggendong istrinya melewati lubang berbentuk hati tersebut. Langkah ini merupakan simbol, bahwa tantangan apapun akan dilalui bersama dan tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan rumah tangga mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersama Kita Kuat!
Banyak pengantin harus menghadapi bukan hanya tantangan berupa seprai, melainkan juga batang pohon. Baru setelah keduanya berhasil menggergaji batang pohon, jalan menuju rumah tangga bersama terbuka. Dengan menggergaji bersama, mereka menunjukkan mampu mengatasi masalah secara bersama. Gergaji yang dipegang bersama juga menunjukkan kemampuan bekerja dalam tim.
Foto: picture alliance/dpa/M. Schutt
Pengantin Perempuan Diculik
Di Abad Pertengahan, katanya, tuan tanah berhak melewati malam pertama bersama pengantin perempuan. Untuk mencegahnya, pengantin pria menculik pengantin perempuan sebelum pesta diadakan. Jaman sekarang, teman "menculik" pengantin perempuan dan meninggalkan petunjuk bagi calon suami, di mana istrinya bisa ditemukan. Biasanya di bar. Untuk bisa membawa pulang istri, suami harus mentraktir minum.
Foto: Colourbox
Langkah Pertama Menuju Masa Depan Bersama
Jika pasangan tiba di rumah, suami harus menggendong istri melewati pintu depan. Katanya, dengan cara itu, istri terlindung dari roh jahat yang bersembunyi di bawah pintu masuk, dan berusaha "menyabot" kebahagiaan mereka. Langkah pertama itu juga jadi lambang langkah bersama pasangan itu melewati hidup bersama.