Jagal Pemakan Jantung Manusia asal Suriah Tewas Ditembak
6 April 2016
Seorang komandan kelompok teror Front al-Nusra yang dikenal doyan mengkonsumsi jantung musuh-musuhnya dikabarkan tewas dalam kisruh antar pasukan pemberontak Suriah.
Iklan
Seorang pria tegap berkumis tipis tampil di depan video di sebuah pojok Suriah. Ia berdiri di atas mayat serdadu pemerintah. Perlahan ia membungkuk dan merobek salah satu jenazah dengan pisau.
"Kamu terlihat sedang menggoretkan hati valentine di tubuhnya," canda seorang pria lain. Ia keliru. Karena Abu Sakkar lalu mengangkat seonggok potongan tubuh yang berlumur darah. "Kami akan makan jantung dan hati kalian, wahai serdadu Bashar si anjing!"
Ia lalu mendekatkan tangannya ke mulut dan mulai memakan organ tubuh tersebut.
Kini Abu Sakkar dikabarkan tewas terbunuh di tangan kelompok pemberontak Suriah, klaim organisasi pemantau HAM, Syrian Observatory for Human RIghts. Pria yang bernama asli Khaled al-Hamad itu adalah salah seorang komandan militer Front al-Nusra.
"Kemungkinan ia terbunuh dalam aksi balas dendam," tutur Ketua SOHR, Rami Abdul Rahman kepada kantor berita AFP. Al Nusra mendominasi provinsi Idlib di barat daya Suriah. Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaida itu bersaing dengan pemberontak Islamis lain di kawasan.
Dalam wawancaranya dengan BBC 2013 silam, Abu Sakkar mengaku melakukan ritual memakan daging manusia untuk "menakut-nakuti musuh, mempermalukan mereka, seperti yang mereka lakukan terhadap kami," dalihnya. "Saya sebenarnya tidak ingin melakukan hal itu."
Abu Sakkar yang berusia 30 tahun berasal dari Homs. Ia dibesarkan di lingkungan suku Badui, lalu bekerja sebagai buruh di Baba Amr, sebuah kota industri di utara Suriah.
"Coba bayangkan hidup anda seperti saya," tuturnya kepada BBC sembari menunjuk pria yang ia makan jantungnya. "Dia punya berbagai video di ponselnya. Di dalamnya ia terlihat memerkosa ibu dan dua anak perempuan saya. Setelahnya dia membunuh mereka dengan pisau... apa yang akan anda lakukan?"
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.