Anda pecinta wisata dengan tendangan adrenalin? Ikuti tur wisata ke kota hantu di kawasan yang tercemar radiasi nuklir akibat kecelakaan meledaknya PLTN di Fukushima Jepang. Kini makin banyak wisman yang menjajalnya.
Iklan
Wisata Radiasi Nuklir di Fukushima
01:05
Tujuh tahun berlalu setelah bencana gempa bumi hebat disusul tsunami dahsyat yang melanda Fukushima, yang memicu ledakan reaktor PLTN Daiichi. Kawasan dalam radius beberapa kilometer dari PLTN naas itu hingga kini masih dinyatakan sebagai zona radiasi nuklir tinggi dan kawasan tertutup. Karena salah langkah sedikit, akibatnya adalah kematian.
Namun beberapa kota dalam radius tidak terlalu jauh dari zona terlarang, pelan-pelan membuka tur wisata yang menantang keberanian.Sekaligus memicu tendangan adrenalin, buat penggemar wisata ekstrim. Yakni berjalan-jalan atau bahkan menjajal jadi petani di lahan peternakan dan sawah yang tercemar radiasi nuklir.
Hidup di Liang Nuklir Fukushima
Fukushima, kini yang tersisa adalah sebuah kota hantu. Tapi sebagian penduduk bersikeras bertahan di kawasan beracun itu
Foto: Getty Images/K.Ishii
Petaka Dari Laut
Awalnya adalah gempa bumi berkekuatan 9.0 pada skala richter. Disusul gelombang Tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan kawasan selatan Jepang dan memicu petaka nuklir yang mengakhibatkan hampir 100.000 penduduk meninggalkan rumah masing-masing.
Foto: Getty Images/C.Furlong
Kematian di Udara
Yang kemudian tersisa adalah kota hantu tak bertuan di kawasan yang terkontaminasi elemen radioaktif. Seakan iblis mematikan sedang mencekam seisi kota dan desa. Karena betapapun kokohnya bangunan dan infrastruktur kota bertahan dari gempa lima tahun silam, kematian tidak datang dari laut atau perut Bumi, melainkan menggelayut di udara yang beracun.
Foto: Getty Images/C.Furlong
Hidup Setelah Bencana
Tidak sedikit penduduk berusaha bertahan di wilayah yang terkontaminasi zat radioaktif, sebagian yang diungsikan bahkan kembali ke kediamannya masing-masing. Sawah kembali diairi, transportasi umum kembali berjalan dan sekolah-sekolah dibuka. Pria tua bernama Kano ini hidup dengan tumpukan tanah yang terpapar zat radioaktif dan seadanya ditutup dengan terpal berwarna biru.
Foto: Bertram Schiller
Di Liang Nuklir Fukushima
Sebanyak 260 kota dan desa sejatinya dinyatakan tertutup oleh pemerintah Jepang lantaran terkontaminasi elemen radioaktif. Kini, lima tahun berselang, beberapa diantaranya kembali dihuni penduduk, seperti seorang ibu di Prefektur Namie Machi ini. Kota yang dulu berpopulasi 21.000 penduduk itu kini menjadi kota hantu.
Foto: Bertram Schiller
Perang Tak Berkesudahan
Pemerintah Jepang hingga kini masih berupaya memerangi dampak bencana nuklir lima tahun silam. Sebanyak 8000 petugas hidup di kawasan bencana buat membebaskan Fukushima dari hantu cemaran nuklir yang masih bergentayangan. Tidak jelas sampai kapan mereka harus bertahan di wilayah tercemar berat radioaktif tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Robichon
Tanah Beracun
Ratusan ribu meter kubik tanah yang terkontaminasi dikumpulkan di dalam kantung hitam. Saat ini belum ada rencana bagaimana membersihkan tanah tersebut. Pemerintah Jepang beberapa tahun silam membeli lahan seluas 500 ratus hektar untuk menyimpan tanah yang terpapar zat radioaktif.
Foto: Bertram Schiller
Dampak Panjang Bencana Nuklir
Program pembersihan Fukushima yang dicanangkan pemerintah Jepang akan berlangsung hingga 50 tahun dan menelan biaya puluhan miliar US Dollar. Namun baru-baru ini Badan Regulasi Nuklir Jepang memperkirakan upaya pembersihan akan berlangsung hingga 80 tahun.
Foto: Getty Images/C. Furlong
7 foto1 | 7
Sebagai syarat keamanan, setiap peserta dibekali "Geiger Counter" atau alat penala radiasi nuklir. Tujuannya, setiap saat mereka harus segera hengkang dari lokasi, jika alat membunyikan tanda bahaya.
Di kota-kota Tomioka atau Namie yang radiusnya hanya 10 km dari PLTN yang meledak, paparan radiasi terbaca antara 2,5 hingga 3 Microsievert/jam. Kadar ini 100 kali lipat lebih tinggi dari paparan radiasi normal di tempat yang tidak tercemar. Di dekat zona tertutup PLTN yang meledak, paparan Radiasi bahkan lebih tinggi lagi, mencapai 4 microsievert/jam.
Menarik wisatawan internasional
Tapi disitulah justru daya tariknya. Turis pencari sensasi dan sentakan adrenalin kini datang ke Fukushima. Walau tarif tur sehari tidak tergolong murah, yakni 23.000 Yen atau sekitar Rp 3 juta, namun yang tertarik kini makin banyak. Louie Ching dari Flipina menyatakan, ia ingin membuktikan keberaniannya.
Upaya Atasi Bencana Fukushima
Setelah berulangkali terjadi kegagalan dalam mengatasi kebocoran radioaktif, pemerintah Jepang turun tangan lewat kucuran dana bantuan.
Foto: picture alliance/dpa
Tokyo Ambil Alih Manajemen Krisis
Pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe ingin menunjukkan kemampuan mengambil tindakan. Setelah mengumumkan bahwa paparan radiasi di lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya, Tokyo mengambil alih manajemen krisis.
Foto: Reuters
Dana diambil dari embayar pajak
Pemerintah Jepang mengucurkan dana sekitar 360 juta Euro untuk sistem pengamanan. Dengan kucuran uang itu, diharapkan kontaminasi akibat kebocoran radioaktif di PLTN Fukushima dapat diredam. Dana itu di antaranya dipakai untuk membangun dinding pelindung beku bawah tanah sepanjang 1,5 kilometer di sekitar reaktor.
Foto: Reuters/Kyodo
Pesan Abe
"Dunia menyaksikan apakah kita mampu mengatasi masalah yang terjadi di PLTN Fukushima , " ujar Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Beberapa hari sebelum keputusan komite olimpiade menentukan lokasi Olimpiade 2020, pemerintah Jepang mengumumkan intervensi mereka pada periode krisis Fukushima. Tokyo merupakan kandidat lokasi Olimpiade tahun 2020.
Foto: Reuters
Tingginya pancaran radiasi
1.800 millisieverts per jam, tingkat pancaran radiasi yang diukur pada salah satu tangki air di lokasi PLTN. Manusia hanya bisa menahan 4 jam pancaran radiasi, lebih dari itu akan mematikan. Beberapa hari sebelumnya, paparan radiasi di lokasi yang sama baru mencapai 100 millisieverts.
Foto: Reuters/Tokyo Electric Power Co
TEPCO tetap dikritik
Karena manajemen bencana yang tidak memadai -- setelah bencana nuklir tahun 2011-- Tepco dihujani kritik. Sekarang perusahaan pengelola PLTN itu dituduh telah menutupi luasnya bencana dan hanya memberikan informasi yang sangat sedikit pada masyarakat.
Foto: Reuters/Issei Kato
Kebocoran tangki
Setelah gempa dan tsunami, beberapa inti reaktor meleleh. Sejak saat itu, air pendingin dipompa ke reaktor terus-menerus. Air yang terkontaminasi disimpan dalam tangki. Air ini harus diolah kembali sebelum dipakai lagi untuk pendinginan. Masalahnya, setiap hari air tanah merembes dan tercampur dengan air pendingin yang terkontaminasi.
Foto: Reuters
Alarm peringatan
Setelah gempa dan tsunami, beberapa inti reaktor meleleh. Sejak saat itu, air pendingin dipompa ke reaktor terus-menerus. Air yang terkontaminasi disimpan dalam tangki. Air ini harus diolah kembali sebelum dipakai lagi untuk pendinginan. Masalahnya, setiap hari air tanah merembes dan tercampur dengan air pendingin yang terkontaminasi.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengalir ke Pasifik?
Untuk mengendalikan banyaknya air dalam penampungan, pihak yang berwenang untuk pengamanan nuklir Jepang NRA tidak menutup kemungkinan memompa air ke laut, asalkan kontaminasi radioaktif berada di bawah ambang batas. Menurut Kepala NRA Shunichi Tanaka langkah tersebut " tak terelakkan " karena tidak ada kapasitas penyimpanan yang cukup untuk sejumlah besar air pendingin yang terkontaminasi.
Foto: Reuters
8 foto1 | 8
Bagi warga kota sekitar PLTN Daiichi yang meledak, tur wisata itu bisa kembali menarik perhatian publik pada masalah pelik yang dihadapi kawasan. Okamoto yang memutuskan kembali bermukim di kota Namie, menyebutkan masalah radiasi dariBencana Nuklir Fukushima masih jauh dari tuntas.
Sejauh ini, tercatat 94.000 hari dimana wisatawan yang berkunjung ke kota-kota yang terpapar radiasi nuklir di Fukushima. Mayumi Matsumoto yang balik ke kota Namie, menyambut baik kedatangan wisatawan, tanpa ingin tahu apa alasnnya. Ia mengajak pengunjung menanam padi di sawahnya yang tercemar radiasi nuklir. Atau melihat peternakan 300 ekor sapi yang juga terpapar radiasi.
as/vlz(reuters)
"Ikan Matahari Kecil" Sibak Rahasia di Kegelapan
Robot kecil yang dijuluki "Mini Manbo" (ikan matahari kecil) akan menyelam di kawasan PLTN Fukushima yang tergenang air. Hingga sekarang, dari kawasan itu tidak bisa diperoleh informasi apapun.
Foto: picture alliance/AP Images
Robot Sokong Upaya Perbaikan
2011 terjadi Tsunami di pantai timur Jepang. Tsunami menyebabkan 18.000 orang tewas, dan meluluhlantakkan kawasan. Di daerah Fukushima, PLTN Fukushima Daiichi ikut jadi mangsa gelombang besar dan rusak berat. Akibatnya terjadi pencemaran radioaktif di kawasan sekitar. Upaya perbaikan masih berjalan. Untuk menjaga keamanan manusia, robotlah yang dikerahkan.
Foto: Getty Images/AFP/T. Yamanaka
"Ikan Matahari Kecil"
Kini robot juga akan digunakan untuk mengumpulkan data dari kawasan Blok III di dalam PLTN yang digenangi air. Robot kecil yang bisa menyelam ini panjangnya hanya 30 cm. Robot dilengkapi kabel sepanjang 60 meter, kamera, LED dan dosimeter yang digunakan untuk mengukur ketajaman radiasi.
Foto: Getty Images/AFP/T. Yamanaka
Tes Pengoperasian
Robot dibuat perusahaan Toshiba dan Institut Peneltian IRID yang mengkhususkan diri pada masalah-masalah yang timbul saat penghentian operasi sebuah PLTN.
Foto: picture-alliance/AP Images/Y. Shimbun
Kendali dari Jarak Jauh
Sebuah tim yang terdiri dari teknisi dan ilmuwan mengendalikan robot secara jarak jauh. Semua gambar dan data yang dikumpulkan robot dikirim melalui kabel, dan dianalisa oleh para ilmuwan.
Foto: Getty Images/AFP/T. Yamanaka
Lewati Rintangan
Dalam uji coba, robot bergerak tanpa halangan dan melewati sejumlah rintangan yang tampaknya bagian dari reaktor yang meledak.
Foto: Getty Images/AFP/T. Yamanaka
Pengumpulan Data
Tim yang terlibat dalam pengoperasian "Ikan Matahari Kecil" berharap, bisa mengumpulkan banyak data dengan bantuan robot. Data-data itu diharap bisa membantu dalam upaya dekontaminasi bagian-bagian yang tercemar radiasi, dan membantu perbaikan PLTN. Para pakar memperkirakan, upaya membenahi seluruh kompleks masih perlu waktu beberapa dasawarsa. Penulis: Rodion Ebbighausen (ml/vlz)