Pemerintah DKI Jakarta mulai ujicoba penghapusan kawasan 3 in 1. Aturan yang mulai diterapkan 2003 bertujuan kurangi kemacetan kawasan saat jam sibuk.
Iklan
Aturan kawasan 3 in 1 yang mulai diterapkan 2003 tujuannya bagus, yakni untuk kurangi kemacetan kawasan inti pada saat jam sibuk. Dengan itu, arus lalulintas sebagian juga hendak dialihkan ke jalan tol kota.
Jakarta Ujicoba Penghapusan 3 in 1
01:35
Tapi pemerintah DKI Jakarta di bawah gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau beken dipanggil Ahok, mulai melakukan kajian untuk mencabut aturan tersebut. Ujicoba didelar miulai 5 sampai 8 April dan dilanjutkan 11 hingga 13 April. Hendak dilihat, apakah arus lalulintas naik, saat ujicoba dilakukan.
Dampak sampingan 3 in 1
Niat baik untuk atasi kemecetan lalu lintas ternyata juga punya dampak ikutan. Sesaat setelah aturan diberlakukan, kreatifitas warga terpicu. Muncul joki-joki three in one, yang dibayar lebih rendah dari tarif tol, agar pengemudi lolos melintasi kawasan 3 in 1 dengan membawa 3 penumpang. Bagi rakyat miskin, aturan ini adalah berkah, karena mereka bisa mengais nafkah.
Juga realitanya setelah aturan kawasan 3 in1 diterapkan, kondisi lalulintas Jakarta tidak bertambah baik secara signifikan. Sebaliknya, kemacetan justru makin parah. Penyebabnya: warga makin makmur dan harga mobil makin terjangksu. Lalu semua rame-rame membeli mobil pribadi. Jalan tetap macet dan aturan 3 in 1 tetap tidak membantu mengurangi "traffic jam".
Juga keberadaan joki 3 in 1 membuat aparat keamanan gerah. Berulangkali digelar razia baik oleh polisi maupun satuan polisi pamong praja, tidak membut para joki kapok. Mereka hanya kabur ke gang-gang sekitar, dan muncul lagi setelah aparat pergi. Bagi mereka, aturan ini adalah berkah dan sumber uang bagi kebutuhan harian. Resiko apapun akan dilakoni, demi sesuap nasi.
Ujicoba penghapusan kawasan 3 in 1 baru saja dimulai. Hasilnya belum diketahui. Namun di belakang setiap kebijakan baru, tentu ada korban. Terutama para joki mengharap gubernur Ahok juga memikirkan alternatif kerja bagi mereka.
10 Kota Termacet di Dunia
Hampir semua penduduk Jakarta pernah terjebak di tengah kemacetan. Fenomena tersebut terbukti menempatkan ibukota Indonesia di urutan teratas dalam daftar kota termacet di dunia versi Castrol. Berikut daftarnya:
Foto: Getty Images/K. Desouki
1. Jakarta, Indonesia
Ibukota Indonesia ini dinobatkan sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata setiap tahunnya pengemudi kendaraan di Jakarta mengalami 33,240 start-stop alias kemacetan. Catatan ini tidak mengherankan mengingat pembangunan infrastruktur tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi kendaraan yang saat ini menurut Polda Metro mencapai 21 juta di Jakarta.
Foto: DW
2. Istanbul, Turki
Ibukota Turki kebanjiran 30.000 mobil baru setiap bulan. Menurut data statistik, satu dari lima orang di Istanbul memiliki kendaraan bermotor. Tidak heran kota metropolitan di antara dua benua ini menduduki peringkat kedua dalam daftar kota termacet di dunia. Selama setahun setiap pengemudi di Istanbul harus berhenti sebanyak 32,520 kali karena kemacetan.
Foto: AFP/Getty Images/O. Kose
3. Mexico City, Meksiko
Sebanyak empat juta kendaraan bermotor lalu lalang di kota Mexico City setiap harinya. Tidak heran jika kota ini juga dianggap sebagai salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Dalam Castrol Index, pengemudi di Mexico City mengalami 30,840 stop dan start setiap tahun.
Foto: Christoph Kober
4. Surabaya, Indonesia
Surabaya mencatat 4,5 juta kendaraan dengan penambahan sekitar 17.000 kendaraan baru setiap bulannya. Penyebab kemacetan terbesar di ibukota provinsi Jawa Timur ini adalah motor yang jumlahnya mencapai 3,6 juta unit. Jika melihat pertumbuhan jumlah populasi kendaraan yang mencapai 209.000 unit per tahun, dalam lima tahun ke depan situasi lalulintas Surabaya akan memasuki wilayah kritis.
Foto: CC BY-NC 2.0/Ikhlasul Amal
5. St. Petersburg, Rusia
St. Petersburg sejatinya memiliki sistem transportasi publik yang sangat memadai. Sekitar 2,5 juta penumpang tercatat menggunakan layanan kereta bawah tanah, Metro, setiap harinya. Dengan jumlah penduduk yang berkisar lima juta, angka tersebut sebenarnya sudah sangat baik. Tapi tingginya angka lalulintas pegawai yang tinggal di luar kota membuat padat jalan-jalan di St. Petersburg
Foto: picture alliance/Michael Schwan
6. Moskow, Rusia
Kecepatan rata-rata kendaraan di Moskow tercatat maksimal 3 kilometer/jam. Serupa dengan Jakarta, ibukota Rusia ini kewalahan menghadapi ledakan pembelian kendaraan yang melonjak dalam satu dekade terakhir. Kendati memiliki sistem transportasi yang memadai, Moskow tertinggal dalam urusan pembangunan infrastruktur. Menurut pemerintah kota, ruas jalan yang ada cuma mampu menampung 30% kendaraan.
Foto: picture-alliance/dpa
7. Roma, Italia
Sejak bertahun-tahun kota Roma di Italia mencoba mengatasi masalah lalulintas berupa minimnya jumlah transportasi publik dan rasio kendaraan bermotor per kapita yang tertinggi kedua di Italia. Negeri di selatan Eropa itu sendiri tercatat sebagai negara dengan tingkat kepadatan kendaraan tertinggi di dunia. Terdapat nyaris 600 kendaraan bermotor untuk setiap 1000 penduduk Italia.
Foto: Getty Images
8. Bangkok, Thailand
Kebijakan bekas PM Takhsin Shinawatra yang memangkas pajak buat pembeli kendaraan baru turut menambah runyamnya kondisi lalulintas di Bangkok. Sejauh ini kota berpenduduk sekitar 14 juta jiwa itu memiliki hampir delapan juta kendaraan. Castrol Index mengklaim setiap pengemudi di Bangkok menghabiskan 36 persen dari waktu perjalanan terjebak di tengah kemacetan.
Foto: AFP/Getty Images/S. Khan
9. Guadalajara, Meksiko
Menurut Castrol Index, pengemudi di Guadalajara mengalami 24,840 start-stops per tahun. Artinya lebih dari 30% waktu perjalanan dihabiskan di tengah kemacetan. Guadalajara mencatat rasio kepemilikan kendaraan terbesar di Meksiko. Tercatat satu dari empat orang di kota ini memiliki mobil atau motor.
Foto: imago/Xinhua
10. Buenos Aires, Argentina
Dari tiga juta penduduk Buenos Aires, tercatat dua juta kendaraan yang berlalu lalang di jantung kota setiap harinya. Castrol Index mengklaim setiap pengemudi di ibukota Argentina ini mengalami 23,760 start-stops setiap tahunnya.