Jalan panjang menuju Demokrasi di Turkmenistan
19 Desember 2008Iklan
Gas alam dan kultus individu merupakan kata yang dulu dikaitkan dengan Republik Turkmenistan. Namun akhir akhir ini, tbeberapa ungkapan baru mulai terdengar: pembukaan negara dari isolasi dan langkah langkah kecil menuju Demokrasi. Hal ini disebabkan perubahan kekuasaan dua tahun lalu. Presiden Niyazov, yang disebut Turkmenbashi atau bapak rakyat Turkmenistan yang wajib dihormati tidak lagi berkuasa. Ia meninggal pada pada musim dingin 2006. Sejak itu, Turkmenistan dipimpin oleh Gurbanguly Berdymuchammedow. Berdymuchammedow memberikan isyarat yang disambut dengan gembira oleh dunia internasional. Ia mengijinkan dibukanya warung internet , opera atau sirkus yang telah bertahun tahun dilarang. September tahun ini, Turkmenistan menetapkan konstitusi baru dan kini akan memilih parlemen baru. Untuk pertama kalinya sejak beberapa dasawarsa, pengamat pemilu dari organisasi internasional OSZE diperkenankan untuk mengikuti jalannya pemilihan di negara itu. Kedengarannya, ini sebuah kemajuan, namun banyak pakar, pengamat dan aktifis hak asasi manusia memandangnya dengan keraguan. Andrea Schmitz, pengamat Asia tengah dari Stiftung Wissenschaft und Politik atau Yayasan Ilmu pengetahuan dan Politik Jerman mengatakan bahwa Masalahnya adalah kami harus menilai, pemilihan umum ini, tidak berkaitan dengan demokrasi. Lebih jauh saya berani mengatakan bahwa fungsi misi pengamat pemilu ini hanya sebagai legitimasi bagi topeng demokrasi. (msh) Pemilu Turkmenistan juga mengundang kritik dari Michael Laubsch, ketua NGO "Eurasian Transition Group" menegaskan, "Harus dikatakan bahwa pemilihan parlemen ini sesungguhnya adalah kosmetik yang tidak memberikan indikasi Turkmenistan tumbuh ke arah demokrasi yang sesungguhnya. Sampai kini para kandidat dipilih berasal dari partai yang berkuasa. Partai oposisi masih belum mendapat kesempatan untuk berpartisipasi pada pemilu". Para pengamat menilai, belum ada perbedaan pendapat dan persaingan politik yang sehat. Jalan menuju setengah demokrasi pun masih panjang. Negara negara barat ingin membantu Turkmenistan, tapi bukannya sama sekali tanpa maksud. Turkmenistan memiliki kandungan gas alam yang amat besar dan permintaan pasokan energi telah menanti, juga dari Jerman. Ketertarikan ekonomi pada satu sisi, tuntutan hak asasi pada sisi satunya. Tentunya, ini akan memancing konflik.
Iklan