Janda Teroris ISIS Diberitakan Hidup Tenang di Jerman
20 April 2019
Wanita muda Jerman Omaima A. pergi ke Suriah, bergabung dengan ISIS dan menikah dengan teroris Denis Cuspert. Wanita itu kembali ke Jerman dan sekarang berkarir sebagai konsultan. Kisahnya diungkap reporter Lebanon.
Iklan
Ketika Jenan Moussa, seorang reporter perang ternama dari stasiun TV Arab Al Aan, menerima isi smartphone dari "sumber terpercaya," dia tahu bahwa dia telah diberi "harta karun".
Telepon itu, katanya, adalah milik Omaima A. - seorang warga negara Jerman keturunan Tunisia. Isi teleponnya - ribuan pesan obrolan dan foto-foto, serta rincian penerbangan dan screenshot dari surat-surat resmi - mendokumentasikan perjalanan Omaima A. dari Jerman ke ISIS pada awal 2015.
Pandangan 'tanpa sensor' tentang kehidupan di bawah IS
"Saat saya melihat kontennya, saya menyadari ini adalah pandangan tanpa sensor pada kehidupan seorang wanita ISIS," kata Moussa kepada DW.
Dia menghabiskan berbulan-bulan meneliti data-data itu dan minggu ini menerbitkan beberapa foto dan dokumen, bersama dengan laporan TV yang lebih panjang. Sementara DW tidak dapat memverifikasi foto-foto secara independen, gambar-gambar tersebut memang memberikan perspektif yang menarik tentang wanita muda dan kehidupan di dalam dan di antara ISIS.
Omaima A. lahir 1984 di Hamburg, Jerman. Ia jatuh cinta dan menikah dengan seorang pria bernama Nader Hadra. Suaminya bergerak dalam lingkaran Salafi dan berkenalan dengan beberapa ekstremis Islam paling terkemuka di Jerman. Omaima A. dan ketiga anaknya, kata Moussa, kemudian mengikuti Hadra ke Suriah.
Foto-foto dari awal 2015 menggambarkan kesan pertama kehidupan di wilayah ISIS: bendera hitamnya yang menjuntai dari tiang lampu dan foto poster propaganda. Foto-foto lain menunjukkan anak-anak muda - yang diidentifikasi Moussa sebagai anak-anak Omaima A. sendiri - mengenakan topi dan bendera ISIS dan bermain dengan senjata.
Dalam satu gambar, seorang wanita berkerudung, diidentifikasi Moussa sebagai Omaima A., memegang senjata.
Bahkan ketika pejuang ISIS menyerbu Suriah dan Irak, membunuh, menyiksa, dan memperbudak banyak orang, data yang diperoleh dari smartphone mendokumentasikan sisi kehidupan yang berbeda di bawah kekhalifahan: jalan-jalan keluarga ke toko jus dan sungai - dan banyak selfie ceria.
Moussa juga menemukan propaganda ISIS dalam ponsel itu: Satu gambar memperlihatkan sebuah meme dari dua anggota ISIS bertopeng di depan Reichstag, gedung parlemen Jerman. Tulisan dalam bahasa Jerman berbunyi: "Pembalasan akan ada di depan pintu Anda."
Awal tahun 2015, Cuspert masuk ke dalam daftar teror Amerika Serikat. Dia diyakini telah meninggal pada awal 2018 di Suriah.
Seorang Islamis, yang pernah bergerak dalam lingkaran Salafi radikal yang sama di Jerman dengan kedua pria yang diduga adalah suami Omaima A., mengatakan kepada DW bahwa sosok Omaima dikenal kalangan itu. Walau belum pernah bertemu dengannya, dia tahu bahwa Omaima aktif di media sosial di Jerman "dan di sana (Suriah- Red)."
"Itu nama yang sering kudengar," katanya.
Moussa juga memperlihatkan bukti yang menunjukkan bahwa Omaima A. mengelola akun media sosial untuk ISIS saat berada di Suriah.
Anggota ISIS Yang Menyesal dan Kembali ke Sukunya
Banyak warga Suriah yang bergabung dengan ISIS. Setelah kekalahan kelompok teror itu, mereka ditahan dan diadili, kemudian dikembalikan ke sukunya melalui perundingan antar suku.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Milisi Al-Sanadid
Milisi Al-Sanadid dari suku Shammar menguasai kawasan di Suriah timur laut, dekat dengan perbatasan ke Irak. Mereka adalah bagian dari Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didukung AS. Sekarang menjadi menjadi bagian aparat keamanan dari pemerintahan sipil Kurdi di Suriah utara.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Ikatan kesukuan
Banyak mantan anggota ISIS lokal yang menyerahkan diri ke SDF setelah mengalami serangan dan mendengar seruan agar menyerah. Mereka kemudian ditahan dan diadili. Setelah itu, mereka diizinkan lagi pulang dan bergabung dengan sukunya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Mediasi kepala suku
Kepala suku Sheikh Humaydi menjamu tamu-tamunya dan menjadi penengah dalam perselisihan lokal. "Konflik nasional ini akan berakhir suatu hari, tetapi konflik relijius akan berlanjut," katanya. "Tujuan kami sama dengan barat - perang melawan terorisme; sekarang kami menengahi antara mantan pejuang ISIS dan mereka yang pernah menderita di bawah penindasan ISIS."
Foto: DW/B. Gerdziunas
Diplomasi antar suku
Anggota suku Shammar menyambut tamu dari Irak. "Ada di Suriah yang bergabung dengan ISIS hanya karena tekanan dari para pemimpin mereka," kata Sheikh Humaydi, "dan karena kita memiliki ikatan kesukuan, mereka kembali kepada kami."
Foto: DW/B. Gerdziunas
Hierarki yang ketat
Kehidupan di daerah pedesaan diatur dengan hierarki yang ketat. Para pemimpin suku Shammar ingin memainkan peranan penting dan menempatkan diri sebagai penengah. Sheikh Humaydi mengatakan, baru-baru ini delegasi Inggris dan AS mengunjunginya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Tidak ingin dikenali
Pria yang dipanggil Abu Hassan ini tidak ingin mengungkapkan nama aslinya karena takut pembalasan ISIS. Dia mengaku tidak pernah berperang untuk ISIS, dan hanya bergabung dengan kelompok teror ini tahun 2015 agar dapat terus bekerja sebagai guru sekolah. "Kami pikir ISIS akan membawa keadilan, karena kami sangat menderita di bawah rezim Assad," katanya.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Komandan milisi
Komandan milisi Al-Sanadid adalah Bandar Humaydi, putra Sheikh Humaydi. Karirnya naik tahun 2014/15 ketika pasukannya berhasil melakukan perlawanan terhadap ISIS. Waktu itu desa mereka hampir sepenuhnya dikepung pasukan ISIS yang datang menyerang.
Foto: DW/B. Gerdziunas
Remaja di masa perang
Remaja di Shammar bermain bola mengisi waktu senggangnya. Jalur kereta yang dulu menghubungkan Suriah dan Irak sudah terbengkalai di dekatnya. Saat ini, ratusan anggota ISIS sudah berpaling dan bergabung lagi dengan sukunya, kata Sheikh Humaydi, tanpa menyebutkan jumlah tepatnya.(Teks: Benas Gerdziunas/hp/ )
Foto: DW/B. Gerdziunas
8 foto1 | 8
Ponsel hilang atau tertinggal
Tidak jelas apakah Omaima A. kehilangan ponselnya di Suriah pada akhir 2015, atau apakah dia sengaja meninggalkannya ketika dia memutuskan untuk kembali ke Jerman.
Kapan tepatnya dia bersama anak-anaknya tiba kembali di kota asalnya, Hamburg, juga tidak jelas. Moussa percaya itu mungkin terjadi pada akhir 2016.
Moussa menyatakan keterkejutannya bahwa Omaima A., sejauh ini lolos dari proses pidana. Namun, banyak dari mereka yang kembali ke Jerman dari Suriah dan Irak, termasuk perempuan yang kembali dari IS, ditempatkan di bawah pengawasan.
Moussa secara pribadi pergi ke Hamburg untuk bertemu Omaima A. Namun, dia mengatakan hanya bisa berbicara dengan putrinya yang masih di bawah umur, yang menyangkal bahwa keluarganya pernah mengunjungi Suriah. Ketika Moussa kemudian menghubungi Omaima A. lewat telpon, dua kali teleponnya ditutup.
Upaya DW untuk menghubungi Omaima A. juga tidak berhasil.
Akun LinkedIn yang telah dihapus, yang menurut Moussa adalah milik Omaima A., menunjukkan seorang wanita modern, rambutnya diikat ekor kuda, dan mendeskripsikan dirinya sebagai penerjemah dan event organizer.
"Dia hanya meneruskan [hidupnya], hidup normal dan tidak pernah didakwa atau ditangkap oleh pihak berwenang," kata Moussa.
Tetapi kemungkinan pihak berwenang tahu pada 2015 bahwa Omaima A. berangkat ke Suriah: Salinan dokumen resmi yang tidak dapat diverifikasi DW, menginformasikan kepada Omaima A. bahwa tunjangan sosialnya telah dicabut dengan alasan "kepergian ke luar negeri (Suriah)".
Apa yang Mereka Lakukan Setelah Bebas dari ISIS?
Setelah selama ini dijadikan 'tameng manusia' oleh ISIS, warga Manbij, Suriah, rayakan kebebasan, pertengahan Agustus 2016. Para warga ramai-ramai langgar aturan yang sebelumnya diterapkan ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Merayakan kebebasan
Para perempuan merayakan kebebasan setelah koalisi Pasukan Demokratik Suriah SDF membersihkan Manbij, yang sebelumnya dikuasai milisi ISIS. Didukung serangan udara AS, SDF meluncurkan serangan di Manbij dan pedesaan sekitarnya sejak bulan Mei. Setelah gempuran dilancarkan SDF mengatakan kota tersebut telah "dibersihkan dari geng ISIS“ pada pertengahan Agustus 2016.
Foto: Reuters/R. Said
Merokok
Seorang nenek membakar rokok, sebagai tanda 'melanggar' aturan ketat ISIS. Aturan ketat ISIS melarang keras orang-orang merokok.
Foto: Reuters/R. Said
Cukup sudah berjanggut
Para pria saling mencukur janggut. Selama ini ISIS menerapkan beberapa aturan yang wajib dipatuhii penduduk, di antaranya menuntut para pria untuk memelihara janggut.
Foto: Reuters/R. Said
Pelukan erat
Seorang tentara perempuan SDF memeluk erat seorang wanita, selepas kawasan tersebut dibebaskan. Banyak pejuang Kurdi di Suriah yang merupakan perempuan. Pasukan SDF menuding ISIS memanfaatkan warga sebagi tameng hidup.
Foto: Reuters/R. Said
Evakuasi
Seorang anak perempuan tersenyum lebar setelah dievakuasi dari wilayah yang dikuasai milisi ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Patroli
Selama hari-hari terakhir pembebasan, SDF terus membersihkan kota dari penguasaan ISIS.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Menyelamatkan warga
Pejuang perempuan SDF menggendong seorang bayi setelah evakuasi rakyat dilakukan di kawasan terakhir yang dikuasai ISIS.
Foto: Reuters/R. Said
Lepaskan nikab dan burka
Beberapa perempuan membuka nikab maupun burka yang selama ini dipaksakan oleh ISIS. Bahkan ada pula yang tampak membakar busana-busana berwarna hitam di jalan-jalan.
Foto: picture-alliance/dpa/Kurdistan24
8 foto1 | 8
Pembenaran untuk proses pidana
Jadi jika Omaima A. dikenal pihak berwenang di Jerman, mengapa dia tidak pernah ditangkap?
Menurut hukum Jerman, surat perintah penangkapan hanya dapat dikeluarkan jika ada kecurigaan mendesak bahwa orang tersebut memang melakukan kejahatan.
Sampai baru-baru ini, pengadilan Jerman umumnya mengambil sikap bahwa hanya tinggal di wilayah yang dikuasai ISIS tidak cukup untuk membenarkan proses pidana. Sebaliknya, penuntutan harus membuktikan bahwa seorang wanita seperti Omaima A. aktif mendukung kelompok teror.
Mengingat bahwa banyak wanita yang bergabung dengan ISIS mengambil peran publik yang lebih sedikit daripada suami mereka, yang sering memuliakan tindakan mereka di media sosial, keterlibatan aktif jauh lebih sulit untuk dibuktikan.
Potret Kepulangan Keluarga Irak yang Diusir ISIS
Fotografer Khalid Al Mousily memotret kepulangan keluarga Ahmad yang diusir oleh ISIS. Meski sulit, penduduk kota cepat membangun kehidupan di antara puing-puing kota.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Terbangun dari Mimpi Buruk
Ketika Mosul dibebaskan dari cengkraman kelompok teror ISIS pada Oktober 2017 silam, kota di utara Irak itu nyaris rata dengan tanah. Namun demikian perlahan sebagian penduduk yang terusir mulai kembali. Fotografer Khalid Al-Mousily menemani keluarga Mohammed Saleh Ahmad saat pulang ke kampung halaman yang menyimpan segudang ingatan, baik dan buruk.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Antara Perpisahan dan Kepulangan
Ketika Mohammed Saleh Ahmed (ki.) ingin memulai perjalanan ke Mossul, ia disergap perasaan campur aduk. Meski senang bisa kembali ke kota kelahiran, ia juga sedih karena harus meninggalkan persahabatan yang dirajut bersama penghuni kamp pengungsi. Bersama merekalah, para penyintas perang Mossul itu, Ahmed bisa berdamai dengan situasinya di pelarian.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Satu Tahun di Kamp
Kamp pengungsi Al-Hammam al-Alil di selatan Mosul dibangun ketika koalisi bentukan Amerika Serikat mulai menyerbu benteng pertahanan ISIS di bagian barat kota. Kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu merebut Mosul pada 2014 dan memaksa penduduk tunduk pada kekuasaan absolut sang khalifat.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Awal Kehidupan Baru
Setahun silam keluarga Ahmad mengubur harapan bisa pulang ke Mosul dalam waktu dekat. Namun ketika ditawarkan kesempatan buat kembali, ia tidak berpikir panjang dan segera mengemas perabotan dan barang pribadi keluarganya. Hanya selang beberapa hari tetangga dan saudara membantu memuat barang di dalam truk kecil yang membawa mereka menjemput kehidupan baru.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Puing dan Reruntuhan
Setelah kehancuran ISIS, bagian barat Mosul menjelma menjadi puing-puing dan reruntuhan. Mohammed (Ki.) terkejut melihat nasib kota kelahirannya itu. "Saya tidak bisa lagi mengenali apapun," ujarnya ketika berjalan bersama adiknya, Ahmed, melalui jalan utama di Mosul.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Kesederhanaan adalah Kemewahan
Setibanya di rumah lama, isteri Mohammed, Iman, segera menyiapkan makan malam keluarga. Meski sederhana, kehidupan di Mosul dirasakan jauh lebih baik ketimbang di kamp pengungsi.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
Normalisasi Lewat Komedi Putar
Mohammed cepat menyesuaikan kehidupan di Mosul. Ia mendapat pekerjaan di perusahaan konstruksi milik pamannya. Normalisasi kehidupan pasca ISIS berlangsung lebih cepat dari yang diduga. Mohammed sekarang sudah mulai berpergian ke salon, menemani isteri belanja atau mengajak anak-anaknya ke taman bermain yang baru dibuka.
Foto: Reuters/K. Al-Mousily
7 foto1 | 7
Denis Cuspert, pria yang diduga adalah suami Omaima A., berpose di beberapa video propaganda IS. Dalam satu video, ia memegang kepala yang terpenggal.
Sekembalinya mereka ke Jerman, banyak wanita mengklaim bahwa mereka dipaksa atau ditipu oleh suami mereka dan tidak pernah mendukung ideologi teroris.
Pada tahun 2018, ada 865 proses hukum dimulai di Jerman dengan alasan terorisme Islam oleh Kantor Kejaksaan Federal. Kasus yang melibatkan perempuan hanya sedikit: Lima surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap perempuan yang kembali dari ISIS. Hanya dalam dua kasus, proses pidana diluncurkan.
Apa dan Siapa 'Islamic State' (ISIS)?
Islamic State (ISIS) merupakan kelompok sempalan Al Qaida yang meninggalkan jaringan teroris itu, untuk bergerak ke arah yang lebih militan.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Darimana ISIS berasal?
Islamic State dikenal dengan berbagai nama: IS, ISIL, ISIS dan Daesh. Mereka merupakan sempalan jaringan Al Qaida dengan ideologi Islam yang militan. ISIS lahir setelah invasi pasukan sekutu yang dipimpin Amerika ke Irak pada tahun 2003. Dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi, kelompok ini ingin menciptakan negara Islam, atau "khilafah" di Irak, Suriah dan seterusnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Dimana ISIS beroperasi?
ISIS diyakini beroperasi di 18 negara di seluruh dunia. Organisasi ini mengendalikan sejumlah wilayah di Irak dan Suriah. Secara de facto, ibukotanya di Raqqa, Suriah. Namun kelompok ini telah kehilangan lebih dari seperempat dari wilayahnya sejak Januari 2015.
Siapa yang memeranginya?
Ada banyak kelompok yang terlibat dalam memerangi sepak terjang ISIS. Amerika Serikat memimpin serangan koalisi internasional yang beranggotakan lebih dari 50 negara, termasuk beberapa negara Arab. Rusia telah melakukan serangan udara dalam mendukung pemerintah Suriah. Pasukan regional, seperti Peshmerga Kurdi (dalam gambar) memerangi ISIS dalam gerakan bawah tanah.
Foto: picture-alliance/abaca/H. Huseyin
Bagaimana ISIS mendanai aktivitasnya?
Salah satu sumber utama pendapatan kelompok itu dari minyak dan gas. ISIS menguasai sekitar sepertiga dari produksi minyak Suriah. Pasukan koalisi yang dipimpin AS sengaja menargetkan sasaran tempur pada aset berharga mereka. Sumber pendapatan lain di antaranya dari pajak, uang tebusan dan penjualan barang antic hasil jarahan.
Foto: Getty Images/J. Moore
Dimana saja ISIS melakukan serangan teroris?
ISIS mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan teroris di seluruh dunia. Teror paling mematikan sampai saat ini adalah bom bunuh diri tahun 2016 di ibukota Irak, Baghdad, di mana lebih dari 200 orang tewas. Pemimpin ISIS mendorong serangan yang disebut "lone wolf" di mana setiap individu yang mendukung ISIS dapat melaksanakan aksi terornya tanpa keterlibatan organisasi.
Apa taktik lain yang digunakan?
Kelompok ini menggunakan berbagai taktik untuk memperluas kekuasaannya. Milisi ISIS telah menjarah dan menghancurkan artefak bersejarah di Suriah dan Irak dalam upaya "pembersihan budaya". Ribuan perempuan dari kelompok agama minoritas diperbudak. Kelompok ini juga menggunakan media sosial sebagai alat propaganda dan perekrutan.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Berapa banyak orang telah melarikan diri dari konflik?
Akibat dari konflik berkepanjangan, sekitar enam juta warga Suriah telah melarikan diri dari tanah air mereka. Mereka mencari perlindungan ke negara-negara tetangga:Libanon, Yordania dan Turki. Namun banyak juga yang mengungsi lebih jauh, yaitu ke Eropa. Akibat kekerasan yang dilakukan ISIS, lebih dari tiga juta warga Irak kehilangan tempat tinggal. Ed: (ap/rzn)
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
7 foto1 | 7
'Bukan sosok asing'
Salah satunya adalah kasus penting yang saat ini sedang diproses di pengadilan München terhadap Jennifer W. Wanita kelahiran Jerman itu dituduh membiarkan "budak anak" Yazidi yang berusia 5 tahun meninggal karena kehausan saat dia tinggal di Irak. Jaksa penuntut menuduh Jennifer W. melakukan kejahatan perang, pembunuhan, dan keanggotaan dalam organisasi teroris asing.
Jika dokumen yang diperoleh Moussa melalui smartphone yang ditemukan di Suriah memang asli, kemungkinan Kantor Kejaksaan Federal akan melihat lebih dekat kasus Omaima A.. Foto-foto di telepon menggambarkan seorang wanita yang tampaknya tanpa paksaan merangkul ideologi kekhalifahan ISIS, sementara dokumen yang terkandung di dalamnya juga menunjukkan bahwa Omaima A. mungkin telah menggalang dana untuk kalangan Islam radikal.
Berbagai pejabat yang dihubungi DW tidak bersedia berkomentar secara terbuka tentang materi yang diperoleh Moussa. Tetapi jika ada bukti baru dalam kasus ini, jaksa akan mampu meluncurkan investigasi baru. Seperti yang dikatakan salah satu sumber kepada DW, Omaima A. "bukan sosok asing."
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)