Jujur, melihat aksi Risky Afrizal dan kawan-kawan di babak pertama versus Panama, sebal juga.
Skuad Bimasakti benar-benar mati gaya. Bingung. Passing banyak salah; koneksi antar-lini tidak jalan. Ada missing link.
Hampir 23 menit, Indonesia dikurung Panama, sebelum Oldemar Castillo membobol bawang AlGhiffari.
Babak kedua, Bima menyuntikkan Amar Brkic dan Hanif Ramadhan. Perubahan berarti dan Indonesia lebih berani pegang bola, lebih percaya diri.
Sampai datang sebuah serangan, dibangun Hanif, bermuara pada Welber Jardim dan bek sayap Sao Paulo mengirim bola ke mulut gawang Panama. Ada Arkhan Kaka disitu, heading dan: gol!
Skor 1-1 bertahan sampai usai. Indonesia, dengan dua angka, mesti meredam Maroko, Kamis (16/11) di Bung Tomo. Ya, mesti.
Jangan peduli hasil Ekuador, yang meredam Maroko 2-0, dan jumpa Panama di Manahan Solo, Kamis (16/11).
Indonesia mesti bisa menentukan nasib sendiri: main dengan percaya diri seperti babak kedua vs Panama.
Seperti penetrasi Jardim, Amar, Assura, Afrisal. Saya dan kita semua kembali menanti umpan mereka dan Kaka siap bikin gol lagi.
Ayolah, anak muda. Bersiap vs Maroko, kalahkan mereka, maka Indonesia lolos dari fase grup. Dan itu sejarah.
Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola
*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.