1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020409 NATO Friedensbewegung

3 April 2009

Ketika para kepala negara ke 26 negara NATO merayakan 60 tahun aliansinya, para pendukung gerakan perdamaian merencanakan berbagai aksi protes. Kreatif dan kaya warna, aksi-aksi itu direncanakan berlangsung damai.

Logo Gerakan Perdamaian dan Anti Senjata Nuklir

Sejak pembentukannya 60 tahun lalu NATO selalu dihadapkan dengan lawan yang tak disangka-sangka. Aliansi negara-negara transatlantik ini merupakan kerjasama pertahanan yang dibangun guna melindungi dunia Barat dan paham demokrasi yang dianutnya dari ancaman paham komunisme yang dipromosikan oleh negara-negara penanda tangan Pakta Warsawa yang dimotori Uni Sovyet.

Namun sejak awal para aktivis gerakan perdamaian justru melihat NATO sebagai ancaman dan bukan sebagai penjamin berlangsungnya perdamaian dunia. Gerakan inipun menuntut penciptaan perdamaian tanpa senjata. Begitu penjelasan Mani Stenner dari jaringan Kooperatif Perdamaian Jerman. Ia memaparkan, "NATO merupakan faktor destabilisasi. Aliansi ini dibentuk untuk berperan saat kedua sekutu yang berlawanan saling menyerang dan berusaha saling memusnahkan lawannya. Dalam hal itu, kami semua juga akan ikut musnah. Menunjukan kekuatan dengan ancaman peledakan bom atom merupakan risiko yang teramat besar bagi kita semua.“

Demonstrasi anti NATO di Baden Baden, JermanFoto: AP

Stenner menambahkan, selambatnya setelah Uni Sovyet bubar di tahun 90-an, peran NATO sebagai aliansi pertahanan sudah tidak relevan. Menurut Stenner, konsep yang kini digulirkan NATO, yakni penugasan di luar wilayahnya sama sekali tidak berbasis, berbahaya dan tidak dapat dibenarkan. Ia mengatakan, "Dengan mengubah strateginya NATO telah berkembang menjadi persekutuan yang mengutamakan kepentingan ekonominya, di mana tanpa mandat dari PBB-pun bisa menentang hukum internasional dan melancarkan peperangan yang menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil."

Karenanya di Strassbourg, Jaringan Kooperatif Perdamaian yang bertindak sebagai simpul koordinasi dari berbagai kelompok perdamaian, merencanakan dan mempersiapkan tuntutannya, yakni: "Bubarkan NATO, hentikan peperangan dan cari jalan damai untuk menyelesaikan konflik".

Makna perdamaian jauh lebih luas, bukan hanya tidak adanya peperangan, karenanya bukan saja gerakan perdamaian yang menentang NATO. Kelompok-kelompok lingkungan hidup, hak azasi manusia maupun anti globalisasi tidak melihat NATO sebagai bagian dari solusi untuk masalah-masalah dunia, melainkan justru sebagai bagian dari masalahnya.

Werner Rätz salah seorang pendiri kelompok anti globalisasi ATTAC Jerman mengatakan: "NATO selama 20 tahun terakhir semakin berkembang menjadi alat pelindung status quo ekonomi neo liberal.“

Werner Rätz, salah seorang pendiri kelompok Globalisasi Attac.

Saat anggota NATO merayakan 60 tahun organisasi itu, para pendukung gerakan perdamaian merencanakan berbagai aksi Strassbourg dan Kehl pada tanggal 3 dan 4 April. Sebuah kongres perdamaian akan diselenggarakan untuk membahas konsep-konsep poltik alternatif yang dapat mengatasi krisis yang berlangsung. Di tenda "Kamp Perlawanan Internasional“ sejumlah aksi protes dan unjuk rasa sudah diumumkan. Melalui aksi-aksinya, para peserta dari berbagai negara transatlantik akan berusaha mencari perhatian media dan peserta KTT, untuk tanpa kekerasan menyampaikan pesannya.

Bulan April ini, agenda gerakan perdamaian Jerman sudah penuh. Setelah pertemuan puncak NATO pada tanggal 3 dan 4 April, akan berlangsung pawai paskah di seluruh Jerman. Dan tentunya, dalam semua acara itu mereka akan mengusung poster yang bertuliskan: "No to NATO, No to War".

Zoran Arbutina/Edith Koesoemawiria

Yuniman Farid