Polisi Jerman Razia Jaringan Penyelundup Manusia Vietnam
4 Maret 2020
Para penyelundup diduga untuk setiap orang meminta bayaran hingga lebih dari Rp 200 juta untuk menyelundupkan mereka dari Vietnam ke Eropa.
Iklan
Polisi Jerman melakukan serangkaian penggerebekan guna menumpas jaringan tersangka penyelundup manusia asal Vietnam, pada Selasa (03/03). Razia ini dilakukan di beberapa negara bagian, dan enam orang ditangkap di Berlin, yang merupakan pusat jaringan perdagangan manusia.
Sebanyak 700 personil kepolisian terlibat dalam operasi tersebut. Polisi memfokuskan razia di ibu kota Jerman, Berlin, dan menggerebek lebih dari 20 apartemen dan tempat bisnis seperti studio kecantikan dan restoran di sekitar distrik Kreuzberg di Berlin.
Selain Berlin, polisi juga melakukan penggerebekan di kota-kota di enam negara bagian Jerman termasuk Baden-Württemberg, Niedersachsen dan Hessen.
Dalam operasi tersebut, pihak kepolisian mengeluarkan 13 surat perintah penangkapan dan menahan enam tersangka. Mereka dituduh terlibat penyelundupan setidaknya 155 orang Vietnam ke Jerman sejak 2018.
Sedikitnya 30 orang ditahan sementara untuk diinterogasi. Mereka diduga sebagai orang-orang yang diperdagangkan mengingat mereka tidak punya status izin tinggal yang jelas di Jerman.
Modus operandi para penyelundup
Orang-orang yang akan diperdagangkan pertama-tama diterbangkan dari Vietnam ke Eropa Timur. Dari sana, mereka diangkut melalui rute yang berbeda menuju Berlin, melintasi Jerman untuk kemudian lanjut ke negara-negara lain seperti Prancis, Belgia dan Inggris.
Penyelundup manusia diperkirakan memasang tarif antara 4.496 euro (sekitar Rp 70,8 juta) hingga 17.985 euro (sekitar Rp 283 juta) per kepala untuk jasa operasi penyelundupan. Para penyelundup menahan orang-orang ini di jaringan rumah-rumah persembunyian sampai mereka dapat melunasi biaya penerbangan dan visa.
ae/ (dpa,AFP)
Rahasia Gelap Do Thanh, 'Desa Miliarder' di Vietnam
Do Thanh adalah desa kaya di Vietnam yang disemuti rumah jangkung berparas modern. Namun di balik kemapanan itu tersimpan sisi gelap yang menyeret desa ini ke dalam kasus kematian 39 buruh migran di Inggris. Apa pasal?
Foto: Reuters/Kham
Paras Cantik Menutup Aib
Sekilas desa Do Thanh terlihat seperti sebuah surga keluarga. Namun paras mewah pada wajah desa menutupi fakta kemiskinan dan pengangguran yang masih merajalela. Hampir 80% gedung dan rumah di desa ini dibangun dengan uang kiriman dari kerabat yang bekerja sebagai buruh migran di Eropa atau Amerika Serikat.
Foto: Reuters/Kham
Harapan di Negeri Sebrang
Warga Do Thanh yang saat ini bekerja di luar negeri secara rutin mengirimkan uang ke desa. Seringkali uang tersebut diinvestasikan kembali untuk memperbesar hunian keluarga. "Jika Anda bekerja di Vietnam, butuh waktu yang sangat lama untuk bisa membangun rumah sebesar ini," kata Nguyen Van Ha, Kepala Desa. Tanpa buruh migran, Do Thanh akan selamanya tertinggal.
Foto: Reuters/Kham
Kampung Miliarder
Di Do Thanh, uang kiriman dari luar negeri bahkan digunakan untuk membiayai pembangunan gereja yang mewah. Tidak heran jika desa ini dijuluki kampung para mlliarder, lantaran dibutuhkan dana sebesar satu miliar Dong atau setara dengan Rp. 600 juta untuk membangun rumah megah seperti yang terlihat menyemuti desa.
Foto: Reuters/Kham
Bertaruh Nyawa Demi Kemakmuran
Kemiskinan dan tingkat pengangguran tinggi pula yang mendorong tiga penduduk desa bertaruh nyawa mengungsi ke Eropa. Ketiganya kini diduga kuat termasuk dalam 39 buruh migran yang ditemukan tewas di sebuah kontainer pendingin di Inggris. Padahal ongkos perjalanan menggunakan jasa penyelundup manusia bisa mencapai USD 50.000.
Foto: picture-alliance/dpa/empics/S. Rousseau
Kaya Mendadak
Meski risiko yang besar, tidak sedikit penduduk Do Thanh yang tergiur kemakmuran tetangga dan memutuskan untuk mengambil risiko pergi ke Eropa. Situasi ini menciptakan persaingan kemakmuran yang terlihat pada kondisi rumah masing-masing keluarga. Banyak yang diklaim menjadi kaya mendadak karena kiriman uang kerabat di luar negeri.
Foto: Reuters/Kham
Sumber Duit Negara
Bank Dunia mencatat, buruh migran Vietnam mengirimkan USD 16 miliar ke kampung halaman pada 2018. Angka tersebut meningkat 130% dalam satu dekade terakhir. Devisa kiriman buruh migran itu tercatat dua kali lipat lebih besar ketimbang surplus perdagangan yang dicatat Vietnam untuk periode waktu yang sama. (rzn/yp: Reuters)