Jawatan Hiburan Investigasi Diskotik 'Halal' di Jeddah
14 Juni 2019Pembukaan White, sebuah klub malam di kota Jeddah, Arab Saudi cukup mengejutkan banyak orang dan mengundang berbagai reaksi, terutama di media sosial. Beberapa pengguna Twitter memuji itu sebagai bagian dari rencana reformasi Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk memodernisasi kerajaan konservatif, meskipun masih tetap terjadi tindakan keras terhadap sejumlah aktivis dan pembela hak asasi manusia.
Pengguna Twitter meluncurkan ‘pesta online‘ dengan tagar berbahasa Arab berjudul "Disco in Jeddah" untuk mengekspresikan opini mereka. Aroma humor mendominasi pesta online itu.
Ayo menari!
Perbandingan kota-kota di Arab Saudi.
Bar halal? Menyenangkan suasana hati?
Adegan di film Forrest Gump, seolah ingin buru-buru ke lokasi.
Sementara yang lain mencemooh gagasan "klub malam halal", meskipun tempat itu disebut-sebut oleh penyelenggara yang tampak sebagai klub bebas alkohol. Beberapa laporan mengatakan dilarang keras melakukan pengambilan gambar berupa foto atau video di dalam venue, dan mereka yang berusia di bawah 18 tahun.
Dikutip dari Aljazeera, Jawatan Hiburan Umum Arab Saudi (GEA) membantah telah memberikan lampu hijau untuk pembukaan klub malam di kota pantai Jeddah. "Menurut informasi yang diberikan kepada GEA, acara (Proyek X) itu melanggar prosedur hukum dan peraturan yang berlaku, dan belum disahkan oleh badan tersebut," kata pernyataan itu.
GEA telah "awalnya mengeluarkan lisensi untuk acara lain", tambahnya. "Kontraktornya kemudian mengambil keuntungan dari perpanjangan lisensi itu untuk melakukan pelanggaran serius dan hal ini tidak dapat diterima." Investigasi kini dilakukan, demikian dilansir dari Aljazeera.
Sebelumnya, sejumlah media regional melaporkan bahwa "klub malam halal" pertama akan dibuka pada hari Kamis (13/06) di tepi pantai Jeddah. Tempat itu dilaporkan merupakan cabang klub malam White, yang juga memiliki klub di Dubai dan Beirut.
Penyanyi AS Ne-Yo sedianya tampil di malam pembukaan, demikian menurut akun instagram White Arab Saudi yang mengiklankan acara tersebut. Sesuai dengan iklan, waktu pembukaan klub sedianya antara 10 malam hingga jam 3 pagi, dengan harga tiket antara 133-266 dolar AS. Ne-Yo meminta maaf atas pembatalannya tampil.
Cendekiawan muslim, Profesor Sumanto al Qurtuby sejak beberapa tahun terakhir tinggal dan menjadi pengajar di Universitas King Fahd, Arab Saudi. Ia menjabarkan analisanya dalam mengamati reformasi di negara adi daya di Teluk itu: "Reformasi di Saudi sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Sebetulnya reformasi sudah dimulai sejak rezim almarhum Raja Abdullah, namun pergerakannya pelan-pelan, karena kelompok konservatif di negara itu masih kuat.”
Ditambahkannya, di Teluk Arab, Arab Saudi tergolong negara yang paling lambat dalam reformasi, karena sejarah negara ini berbeda dengan Arab Teluk lainnya. "Di Arab Saudi ada kelompok-kelompok Islamis radikal yang pada tahun 1970-an menyulap Saudi jadi konservatif. Dulu Arab Saudi tak seperti itu. Dulu pada tahun 1930-an sudah ada bioskop-bioskop, di Dammam, di Jeddah, dan tempat-tempat lain.”
Namun negara seperti apa ke depan yang dibayangkan pemerintah Saudi? Ia menjawab: "Sama seperti negara-negara lain. Orang-orang bisa menikmati modernisasi, teknologi, dll. Mereka sadar bahwa untuk menjadi negara modern tidak bisa bersikap tertutup.”
ap/vlz (stepfeed/al jazeera)