1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAmerika Utara

Jeff Bezos Serahkan Kepemimpinan Amazon ke Andy Jassy

John Marshall
5 Juli 2021

Alih-alih bisa fokus pada petualangan luar angkasanya, belakangan ini Jeff Bezos ibarat kembali diseret ke pekerjaan sehari-hari. Karenanya setelah 27 tahun, ia menyerahkan Amazon ke Andy Jassy.

Jeff Bezos di New Delhi, India, pada Januari 2020
Jeff Bezos di New Delhi, India, pada Januari 2020Foto: Sajjad Hussain/AFP/Getty Images

Jeff Bezos sengaja memilih tanggal 5 Juli untuk menyerahkan jabatan sebagai CEO Amazon ke penggantinya. "Kami memilih tanggal itu karena itu sentimental bagi saya," ujar Bezos dalam rapat pemegang saham. Tanggal ini memang menandai peringatan 27 tahun berdirinya Amazon di tahun 1994.

"Saat ini saya melihat Amazon paling inventif, menjadikan ini sebagai waktu yang optimal untuk transisi," lanjut miliarder itu dalam siaran pers.

Sekarang Andy Jassy akan memimpin perusahaan ini. Jassy juga ikut mendirikan Amazon dan saat ini menjalankan bisnis komputasi awan, yakni Amazon Web Services (AWS).

CEO Amazon dengan gaya kepemimpinan berbeda

Steve Anderson adalah pakar risiko strategis dan pertumbuhan bisnis serta penulis buku berjudul The Bezos Letters. Kepada DW dia mengatakan bahwa Bezos adalah seorang yang cenderung melawan arus dan inilah yang membedakannya dari CEO lain.

"Bisnis biasa, dia tidak melakukan itu, dia melihat sesuatu dengan sangat berbeda," kata Anderson.

Ada daya tarik seputar budaya yang ada di Amazon, sehingga perusahaan ini menempati peringkat No. 2 dalam daftar Fortune's 2021 tentang perusahaan yang paling dikagumi di dunia. Anda bisa menyebutnya sebagai budaya obsesi pelanggan, ujar Anderson sambil menerangkan bahwa Amazon memiliki tiga pilar pelanggan: pilihan luas, harga murah, dan pengiriman cepat.

Anderson melanjutkan bahwa pada tahun 2004 Jeff Bezos melarang penggunaan PowerPoint di setiap presentasi yang dilakukan di Amazon. Sebaliknya, dia bersikeras mencetak beberapa halaman yang kemudian akan dibaca, didiskusikan, dan diperdebatkan. Ia percaya bahwa menulis dan membaca dokumen-dokumen ini akan membawa lebih banyak kejelasan.

Andy Jassy telah bergabung dengan Amazon sejak tahun 1997dan telah menjadi bayang-bayang BezosFoto: Patrick Fallon/ZUMA Wire/picture alliance

Siapa Andy Jassy, CEO Amazon yang baru?

Lulusan Harvard Business School Andy Jassy telah bergabung dengan Amazon sejak tahun 1997. Dia memegang berbagai peran kepemimpinan dalam perusahaan itu sebelum mendirikan AWS. Dalam beberapa tahun terakhir dia memang seolah telah menjadi bayang-bayang Bezos.

"Saya pikir Andy adalah orang yang wajar untuk masuk ke peran penuh sebagai CEO," kata Anderson.

Jassy mengambil alih Amazon pada saat yang genting. Seperti kebanyakan bisnis, Amazon telah merasakan dampak pandemi. Alih-alih bisa lebih fokus pada petualangan luar angkasanya, Bezos ibarat diseret kembali ke pekerjaan sehari-hari. Bezos "sangat tidak nyaman bersaksi di depan Kongres, membahas undang-undang antimonopoli," kata Anderson, menambahkan bahwa ia ingin fokus pada hal-hal di luar Amazon. 

Perubahan itu akan menandai berakhirnya era Bezos sebagai CEO Amazon. Namun, sebagai pemegang saham terbesar dan orang terkaya di dunia, dengan kekayaan pribadi sebesar 167 miliar dolar AS, pengaruh Bezos di Amazon akan tetap kuat.

Kisah Amazon berawal dari garasi 

Amazon berawal dari garasi Jeff Bezos di Seattle, Washington. Amazon adalah perusahaan tercepat dalam sejarah yang menghasilkan omzet senilai $ 100 miliar hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun.

Pada usia 30, Bezos meninggalkan New York menuju ke Seattle. Istrinya saat itu, MacKenzie Scott, mengemudikan mobil yang mereka naiki sementara Bezos menyusun rencana bisnisnya untuk platform online.

Saat itu, bersamaan dengan munculnya internet, Bezos melihat peluang memanfaatkan platform baru ini untuk menjual buku. Setelah meyakinkan teman dan keluarga untuk berinvestasi dalam idenya, Bezos memulai bisnis dari garasinya dan dioperasikan dengan bantuan MacKenzie Scott.

Berawal dari sana, lahirlah Amazon.com. Bezos berpikir kalau ia bisa menjual buku, ia juga bisa menjual apa pun di platform itu. Tidak lama kemudian, situs web itu menjual lebih dari sekadar buku. Salah satu slogan pertama Amazon Get big fast mulai diterapkan.

Reputasi Amazon bukan tanpa cela

Hari ini Amazon telah menjelma menjadi raksasa e-commerce, meraup lebih dari 367 miliar dolar AS dalam penjualan online di Amerika pada tahun 2021, menurut perusahaan riset eMarketer.

Tapi moto Get big fast tidak membuat perusahaan ini punya reputasi tanpa cela. Amazon telah banyak menuai kritik mulai dari melanggar hak-hak pekerja hingga menggertak perusahaan penerbitan hingga menyalahgunakan privasi data pengguna.

Para pekerja di gudang Amazon juga dilacak pergerakannya, dan mereka mengeluh telah dipekerjakan hingga ambang batas. Beberapa dari 175 fasilitas penyimpanan milik Amazon juga telah mempertimbangkan untuk membentuk serikat pekerja guna melindungi para buruh.

Para penjual di platform ini juga memiliki keluhan yang dinilai masuk akal, termasuk kenaikan biaya penjualan Amazon, akses ke data berharga mereka sendiri, ataupun penangguhan akun penjual.

Dalam surat pemegang saham terakhirnya pada tahun 2020, Bezos menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan bahwa "Karyawan kami terkadang dituding sebagai jiwa yang putus asa dan diperlakukan seperti robot. Itu tidak akurat. Mereka adalah orang-orang yang canggih dan bijaksana yang memiliki pilihan tempat bekerja."

ae/hp 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait