Tren kunjungan wisman ke Bali terus meningkat, kebanyakan dari India, Prancis, Inggris, dan Jerman. Tingkat keterisian beberapa hotel di Nusa Dua bahkan mencapai 90%.
Iklan
Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tinggal beberapa hari lagi digelar di Pulau Bali. Konferensi ini diperkirakan akan membawa peruntungan sendiri untuk masyarakat sekitar, membangkitkan ekonomi dan pariwisata Bali setelah dua tahun mati suri karena pandemi COVID-19.
Perhelatan besar ini juga diharapkan akan meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) yang turut mendongkrak pemulihan sektor pariwisata Bali, termasuk peningkatan persentase hunian hotel dan pendapatan para pengrajin lokal.
Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, mengatakan Bali sudah siap menyambut kedatangan para delegasi dan tamu KTT G20. "Hotel untuk delegasi siap, 24 hotel lebih siap menyambut delegasi mulai dari petugas hotel yang memakai pakaian adat, sampai minuman welcome drink khas Bali," ujar Tjokorda Bagus Pemayun kepada DW Indonesia.
Perekonomian Bali pada tahun 2022 diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,80% - 4,60% year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang masih mengalami kontraksi sebesar -2,47% yoy.
Tren kunjungan wisman ke Pulau Dewata juga terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisman ke Bali mencapai lebih dari 276.600 pada Agustus 2022 dan pada September mencapai sekitar 290.000 wisman. Kebanyakan di antaranya berasal dari India, Prancis, Inggris dan Jerman.
Secara akumulatif, jumlah wisman ke Bali pada Januari - Agustus 2022 naik 2.080% jika dibandingkan dengan periode Januari hingga Agustus 2021 yang hanya sebanyak 43 kunjungan.
"Kunjungan rata-rata 10.000 per hari dari 26 maskapai penerbangan yang sudah masuk Bali. Omset UMKM juga meroket hingga 100% dari masa pandemi, meski belum bisa seperti sebelum pandemi tapi ini perkembangan signifikan," kata dia.
Keterisian hotel 70%
Bukan kali ini saja Bali menjadi tempat penyelenggaraan pertemuan berskala internasional. Pada 2018, Bali juga menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Bali juga menjadi tempat penyelenggaraan KTT Apec pada 2013.
Sementara Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Ida Bagus Purwa Sidemen, mengatakan sejak awal tahun pihaknya sudah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut KTT G20, di antaranya kesiapan akomodasi, keamanan dan kesiapan keadaan bencana.
"Training pegawai sudah jauh hari sebelumnya dilakukan, karyawan hotel di-upgradetraining-nya bagaimana memberikan standar pelayanan yang baik, apalagi tamu-tamu pejabat penting. Beberapa hotel juga sudah melakukan renovasi dan bahkan perombakan hotel tempat untuk menginap delegasi," kata Purwa.
Tren Wisata Terpopuler Tahun 2022
Inilah yang kita semua tunggu-tunggu: Saatnya pergi berlibur kembali! Pandemi telah membawa banyak perubahan pada industri pariwisata dan tren baru pun bermunculan. Berikut ini beberapa prediksi DW untuk tahun 2022.
Foto: totalpics/Zonar/picture alliance
Orang Jerman Tidak Berlibur ke Luar Negeri
Laut Baltik, Lüneburg Heath atau wilayah Allgäu, pandemi COVID-19 telah mengajarkan banyak warga Jerman untuk menghargai wisata di tanah air mereka. Alih-alih menuju ke tujuan populer seperti Thailand atau Yunani, kebanyakan warga memilih untuk tinggal di rumah, tren yang berlanjut pada tahun 2022. Tinggal di negara sendiri lebih mudah direncanakan dan tidak ada risiko terjebak di luar negeri.
Foto: Jens Büttner/dpa ZB/picture alliance
Mencari Kebebasan: Berkemah
Selama pandemi, hotel ditutup untuk wisatawan dalam kurun waktu yang lama. Jadi sudah tidak heran jika penjualan mobil caravan dan mobil kemping melonjak. Reservasi secepatnya tempat camping di Jerman, karena dengan cepat dipesan habis. Namun kenaikan harga bahan bakar pada tahun 2022, mengurangi keceriaan para pekemah, karena mobil besar biasanya boros bahan bakar.
Banyak hal yang disukai saat menginap di hotel, seperti menikmati sarapan prasmanan atau menggunakan kolam renang dan sauna. Namun itu tidak dimungkinkan saat musim panas 2020/21 karena pandemi. Wisatawan tiba-tiba menghindari kontak dengan orang lain dan mencari solusi untuk menjaga jarak. Naiknya popularitas dari rumah liburan dan apartemen, kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2022.
Foto: Fokke Baarssen/Zonar/picture alliance
Cara Baru Tur Bersepeda
Tren sepeda listrik, alias e-bikes selama pandemi membuat penjual di Jerman hampir tidak dapat memenuhi pesanan. Meskipun pemesanan untuk tur sepeda anjlok selama pandemi, banyak yang memberanikan diri mencari cara baru untuk menjelajahi pedesaan sendirian. Sekarang pembatasan sebagian besar telah dihapuskan di seluruh Eropa, popularitas tur sepeda diperkirakan akan kembali lagi.
Foto: Jochen Tack/picture alliance
Era Keemasan Pengembara Digital
Bekerja dari jarak jauh jadi lebih populer selama pandemi, meskipun konsep bekerja dari tempat liburan mungkin tidak cocok untuk semua orang. Ini adalah celah pasar bisnis pariwisata, yang dimanfaatkan untuk mengisi kesenjangan finansial: Kepulauan Canary dengan hangat menyambut "pengembara digital." Namun, pekerja harus tetap terkoneksi, atau hal-hal lain bisa menjadi rumit.
Foto: Werner Lang/imageBROKER/picture alliance
Pandemi Hantam Bisnis Kapal Pesiar
Pandemi jadi pukulan berat bagi bisnis kapal pesiar. Di Jerman, jumlah penumpang turun dari 3,7 juta (2019) menjadi 1,4 juta (2020) dan hampir nol pada 2021, walaupun ada pemeriksaan harian COVID-19, standar kebersihan tinggi dan katering di kapal sesuai standar protokol corona. Bahkan jika pandemi sekarang mereda, industri ini kemungkinan harus terus berjuang.
Foto: Sina Schuldt/dpa/picture alliance
Harga Tiket Penerbangan Naik
Jadwal penerbangan perlahan-lahan kembali normal karena orang-orang mulai bepergian ke luar negeri lagi. Namun wisatawan harus merogoh kocek lebih dalam pada 2022. Harga tiket pesawat naik karena melonjaknya harga minyak akibat perang di Ukraina. Terlepas dari semua itu, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengharapkan industri ini akan pulih sepenuhnya pada tahun 2024.
Foto: Christian Bodlaj/CHROMORANGE/picture alliance
Terbang Tanpa Masker?
Perjalanan internasional semakin rumit dalam beberapa tahun terakhir. Keharusan memakai masker FFP2, menjaga jarak minimum, pengujian dan persyaratan vaksinasi yang harus diikuti. Semua ini berubah, ketika langkah-langkah terkait pandemi dan aturan masuk secara bertahap dihapuskan di seluruh dunia. Banyak maskapai juga membatalkan persyaratan untuk memakai masker di pesawat.
Foto: lev dolgachov/Zonar/picture alliance
Perjalanan Jarak Jauh Telah Kembali
Permintaan destinasi wisata jauh meningkat lagi dari tahun sebelumnya, namun masih jauh dari level sebelum pandemi. Baik Thailand, Indonesia maupun Afrika Selatan, negara tujuan wisata terpopuler itu sedang bersiap untuk menyambut kembali para pelancong. Selandia Baru (foto) dan Australia yang telah menutup akses turis selama berbulan-bulan pun ikut menyambut wisatawan kembali.
Foto: Galyna Andrushko/Zonar/picture alliance
Popularitas Eropa yang Abadi
Pemandangan alun-alun yang lengang di tujuan wisata populer Eropa, seperti St. Mark's Square di Venesia mungkin tidak akan terlihat lagi. Turis Eropa Utara sudah dalam perjalanan ke selatan: Italia adalah tujuan paling populer bagi wisatawan Jerman dan juga Austria. Mahalnya tiket pesawat tidak akan menghalangi mereka, karena dimungkinkan bepergian dengan kereta api atau mobil.
Foto: elxeneize/Zonar/picture alliance
Pariwisata Lebih Berkelanjutan
Banyak tujuan wisata terpopuler, terutama yang alami kelebihan kapasitas pelancong dalam beberapa tahun terakhir, punya kesempatan untuk merenungkan bagaimana jadinya tanpa para wisatawan. Hasilnya, penyedia jasa wisata kini menyusun konsep perjalanan berkelanjutan. Sudah ada lebih banyak koneksi kereta api di Eropa seperti Zurich ke Amsterdam, Milan ke Palermo atau Wina ke Paris. (kp/as)
Foto: Micha Korb/pressefoto_korb/picture alliance
11 foto1 | 11
Ia mengatakan tingkat keterisian hotel di sekitar Nusa Dua mencapai 90%, sementara daerah lainnya seperti Sanur, Ubud dan Canggu sekitar 60 sampai 70%.
"Kondisi Bali semakin membaik, hotel sudah mulai memanggil karyawan yang dirumahkan, sudah mulai pulih lagi pariwisata Bali," ujar Purwa.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengerahkan sekitar 14.000 personel untuk mengamankan KTT 20 pada 15-16 November 2022. Pemerintah juga menyiapkan 1.452 kendaraan listrik untuk membantu mobilitas delegasi dan tamu undangan G20 di Bali.
Iklan
Karyawan hotel kembali bekerja
Salah satu karyawan hotel di Bali, Kurniawati, 29, mengatakan sejak lebaran tingkat hunian hotel sudah kembali ramai lagi. Perhelatan G20 yang tinggal menghitung hari juga kian menambah keramaian hotel.
"Seiring aturan yang semakin melonggar, sejak lebaran occupancy ramai. Hotel kami 100% isi semua karena banyak event kementerian juga sudah banyak, per awal November 100% karena ada G20 ini," kata perempuan yang sehari-hari dipanggil Nia ini kepada DW Indonesia.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan masa pandemi COVID-19 yang membuat tingkat hunian berkurang bahkan sempat kosong dan ditutup sementara. Hal ini menyebabkan hotel harus merumahkan sebagian besar karyawan.
Makanan Gratis Inisiatif Warga bagi Mereka yang Membutuhkan
Komunitas di Yogyakarta dan Bali membantu warga kurang mampu seperti pengamen dan pedagang kaki lima yang tidak lagi leluasa bekerja di luar rumah selama PPKM Darurat. Inisiatif serupa mulai bermunculan.
Foto: Bali Caring Community
Nasi baru setiap hari
Relawan komunitas Tempat Nasi Gratis di Yogyakarta mengisi etalase dengan 10 nasi bungkus gratis setiap hari untuk warga yang membutuhkan. Orang-orang di luar komunitas juga boleh mengisi etalase ini. Syaratnya: makanan yang didonasikan harus halal, bergizi, dan tidak gampang basi. Di Yogyakarta, komunitas ini memiliki total 14 etalase di berbagai lokasi, seperti Gejayan dan Jl. Kaliurang.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Nasi bungkus gratis untuk semua
Etalase nasi bungkus gratis milik komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja berada di titik-titik strategis yang sering dilewati oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti pemulung, tukang parkir, dan pengemudi ojek. Siapa pun boleh mengambil nasi ini dengan syarat satu orang hanya boleh mengambil satu bungkus, agar banyak yang juga bisa menikmati.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Penyandang disabilitas tidak dilupakan
Komunitas tersebut juga memberi paket nasi dan sembako gratis untuk penyandang tunanetra. Relawan langsung mengantar bantuan tersebut ke rumah mereka. Penyandang disabilitas yang sebagian besar bekerja di sektor-sektor informal juga ikut terimbas kebijakan pengetatan aktivitas yang dilakukan pemerintah di masa pandemi ini.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Berderma nasi bungkus
Sementara di Bali, pemulung menerima paket makanan gratis dari Komunitas Peduli Bali atau Bali Caring Community di tengah pembatasan kegiatan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pada 29 Juni, komunitas ini membagikan 235 bungkus, yang terdiri dari 200 nasi bungkus, 15 lontong sayur, dan 20 porsi mangkuk nasi.
Foto: Bali Caring Community
Satu orang satu bungkus
Menurut pendiri Komunitas Peduli Bali, Kadek Sudarsana, program berbagi nasi bungkus gratis untuk orang-orang yang membutuhkan telah berjalan sejak 5 November 2020. Bantuan berupa nasi bungkus atau air mineral kemasan gelas atau botol bisa langsung diserahkan ke kantor pusat BCC di Denpasar paling lambat 1 jam sebelum kegiatan dimulai.
Foto: Bali Caring Community
Donatur juga ikut salurkan bantuan
Relawan Komunitas Peduli Bali sedang membagi-bagikan nasi bungkus gratis kepada warga yang bekerja di sekitar tempat pembuangan sampah di Denpasar. Komunitas ini melibatkan sekitar 50 relawan, dan ketika mereka menyalurkan bantuan, donatur juga ikut menemani agar ikut merasakan kenikmatan berbagi.
Foto: Bali Caring Community
Renovasi rumah warga miskin
Selain membagikan makanan gratis, mereka juga merenovasi rumah warga tidak mampu di Bali. Pada 16 Februari, misalnya, komunitas ini bekerja sama dengan Komunitas Sosial Bali (BSC) merenovasi rumah Made Kaler (dua dari kiri) di Dusun Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Setiap hari, ia bekerja memelihara sapi milik tetangga untuk menyambung hidup. (ae)
Foto: Bali Caring Community
7 foto1 | 7
"Saat pandemi hotel hanya dikelola tim kecil terdiri dari 20 sampai 30 orang saja yang dibayar harian. Beberapa karyawan kontrak habis tidak dilanjutkan. Jadi tim restoran hanya dipakai kalau ada tamu saja, baru kami bekerja. Jadwal kerja juga 2 hari seminggu saja. Saya menjadi pekerja harian saat itu," ujar Nia.
Menjelang G20 Nia pun kembali dikontrak oleh pihak hotel per tahun. Artinya, ia akan mendapatkan gaji bulanan seperti sebelum pandemi melanda.
"Harapan kami semua pegawai sektor pariwisata, keadaan bisa seperti ini terus sampai nanti. Setelah G20 perekonomian bisa lebih baik lagi, Indonesia tidak kena resesi agar pariwisata membaik, event-event ramai terus," kata dia.
Harapan terbukanya peluang usaha
Gusti Putu Sudika, 55, pemilik salah satu rental mobil di Bali juga merasakan bisnisnya kian ramai usai pandemi mereda, termasuk menjelang akhir tahun dan adanya gelaran KTT G20.
"Memang setelah masa pandemi lewat, itu order sudah semakin banyak, sekarang mobil saya bisa jalan sekitar 15 sampai 20 hari dalam sebulan," kata dia.
Semasa pandemi, ia terpaksa harus banting setir mengerjakan apa pun seperti membantu tamu, sampai menjadi penjaga vila yang kosong. "Semasa pandemi, paling turis yang datang itu domestik saja, dan itu juga jarang. Jadi saya kerja sambilan bersih-bersih vila di daerah sini," kata dia.
Ia berharap perhelatan G20 akan membawa banyak manfaat terutama bagi masyarakat kecil di sekitarnya.
"Harapannya itu pariwisata bali bangkit, meningkat sehingga kami ada kerjaan untuk bisa makan," kata dia. (ae)