1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TravelIndonesia

Jelang KTT G20 Bali, Sektor Pariwisata Kembali Bergeliat

10 November 2022

Tren kunjungan wisman ke Bali terus meningkat, kebanyakan dari India, Prancis, Inggris, dan Jerman. Tingkat keterisian beberapa hotel di Nusa Dua bahkan mencapai 90%.

Pembukaan Bali Arts Festival pada 12 Juni 2022
Warga Bali berharap pariwisata kembali pulih. Foto: pembukaan Bali Arts Festival pada 12 Juni 2022Foto: Firdia Lisnawati/AP Photo/picture alliance

Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tinggal beberapa hari lagi digelar di Pulau Bali. Konferensi ini diperkirakan akan membawa peruntungan sendiri untuk masyarakat sekitar, membangkitkan ekonomi dan pariwisata Bali setelah dua tahun mati suri karena pandemi COVID-19.

Perhelatan besar ini juga diharapkan akan meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) yang turut mendongkrak pemulihan sektor pariwisata Bali, termasuk peningkatan persentase hunian hotel dan pendapatan para pengrajin lokal.

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, mengatakan Bali sudah siap menyambut kedatangan para delegasi dan tamu KTT G20. "Hotel untuk delegasi siap, 24 hotel lebih siap menyambut delegasi mulai dari petugas hotel yang memakai pakaian adat, sampai minuman welcome drink khas Bali," ujar Tjokorda Bagus Pemayun kepada DW Indonesia.

Perekonomian Bali pada tahun 2022 diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,80% - 4,60% year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang masih mengalami kontraksi sebesar -2,47% yoy.

Tren kunjungan wisman ke Pulau Dewata juga terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisman ke Bali mencapai lebih dari 276.600 pada Agustus 2022 dan pada September mencapai sekitar 290.000 wisman. Kebanyakan di antaranya berasal dari India, Prancis, Inggris dan Jerman.

Secara akumulatif, jumlah wisman ke Bali pada Januari - Agustus 2022 naik 2.080% jika dibandingkan dengan periode Januari hingga Agustus 2021 yang hanya sebanyak 43 kunjungan.

"Kunjungan rata-rata 10.000 per hari dari 26 maskapai penerbangan yang sudah masuk Bali. Omset UMKM juga meroket hingga 100% dari masa pandemi, meski belum bisa seperti sebelum pandemi tapi ini perkembangan signifikan," kata dia.

Keterisian hotel 70%

Bukan kali ini saja Bali menjadi tempat penyelenggaraan pertemuan berskala internasional. Pada 2018, Bali juga menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Bali juga menjadi tempat penyelenggaraan KTT Apec pada 2013.

Sementara Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Ida Bagus Purwa Sidemen, mengatakan sejak awal tahun pihaknya sudah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut KTT G20, di antaranya kesiapan akomodasi, keamanan dan kesiapan keadaan bencana.

"Training pegawai sudah jauh hari sebelumnya dilakukan, karyawan hotel di-upgrade training-nya bagaimana memberikan standar pelayanan yang baik, apalagi tamu-tamu pejabat penting. Beberapa hotel juga sudah melakukan renovasi dan bahkan perombakan hotel tempat untuk menginap delegasi," kata Purwa.

Ia mengatakan tingkat keterisian hotel di sekitar Nusa Dua mencapai 90%, sementara daerah lainnya seperti Sanur, Ubud dan Canggu sekitar 60 sampai 70%.

"Kondisi Bali semakin membaik, hotel sudah mulai memanggil karyawan yang dirumahkan, sudah mulai pulih lagi pariwisata Bali," ujar Purwa.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengerahkan sekitar 14.000 personel untuk mengamankan KTT 20 pada 15-16 November 2022. Pemerintah juga menyiapkan 1.452 kendaraan listrik untuk membantu mobilitas delegasi dan tamu undangan G20 di Bali.

Karyawan hotel kembali bekerja

Salah satu karyawan hotel di Bali, Kurniawati, 29, mengatakan sejak lebaran tingkat hunian hotel sudah kembali ramai lagi. Perhelatan G20 yang tinggal menghitung hari juga kian menambah keramaian hotel.

"Seiring aturan yang semakin melonggar, sejak lebaran occupancy ramai. Hotel kami 100% isi semua karena banyak event kementerian juga sudah banyak, per awal November 100% karena ada G20 ini," kata perempuan yang sehari-hari dipanggil Nia ini kepada DW Indonesia.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan masa pandemi COVID-19 yang membuat tingkat hunian berkurang bahkan sempat kosong dan ditutup sementara. Hal ini menyebabkan hotel harus merumahkan sebagian besar karyawan. 

"Saat pandemi hotel hanya dikelola tim kecil terdiri dari 20 sampai 30 orang saja yang dibayar harian. Beberapa karyawan kontrak habis tidak dilanjutkan. Jadi tim restoran hanya dipakai kalau ada tamu saja, baru kami bekerja. Jadwal kerja juga 2 hari seminggu saja. Saya menjadi pekerja harian saat itu," ujar Nia.

Menjelang G20 Nia pun kembali dikontrak oleh pihak hotel per tahun. Artinya, ia akan mendapatkan gaji bulanan seperti sebelum pandemi melanda.

"Harapan kami semua pegawai sektor pariwisata, keadaan bisa seperti ini terus sampai nanti. Setelah G20 perekonomian bisa lebih baik lagi, Indonesia tidak kena resesi agar pariwisata membaik, event-event ramai terus," kata dia.

Harapan terbukanya peluang usaha

Gusti Putu Sudika, 55, pemilik salah satu rental mobil di Bali juga merasakan bisnisnya kian ramai usai pandemi mereda, termasuk menjelang akhir tahun dan adanya gelaran KTT G20.

"Memang setelah masa pandemi lewat, itu order sudah semakin banyak, sekarang mobil saya bisa jalan sekitar 15 sampai 20 hari dalam sebulan," kata dia.

Semasa pandemi, ia terpaksa harus banting setir mengerjakan apa pun seperti membantu tamu, sampai menjadi penjaga vila yang kosong. "Semasa pandemi, paling turis yang datang itu domestik saja, dan itu juga jarang. Jadi saya kerja sambilan bersih-bersih vila di daerah sini," kata dia.

Ia berharap perhelatan G20 akan membawa banyak manfaat terutama bagi masyarakat kecil di sekitarnya.

"Harapannya itu pariwisata bali bangkit, meningkat sehingga kami ada kerjaan untuk bisa makan," kata dia. (ae)

Tria Dianti Kontributor DW. Fokusnya pada hubungan internasional, human interest, dan berita headline Indonesia.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait