1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Jenderal AS: Uji Senjata Hipersonik Cina Mirip Momen Sputnik

28 Oktober 2021

Pejabat tinggi Pentagon AS Jenderal Mark Milley menyuarakan keprihatinannya atas kemajuan uji senjata hipersonik yang dilakukan Cina. Ia membandingkannya dengan momen "Sputnik" Uni Soviet selama era Perang Dingin.

Kendaraan militer yang membawa rudal hipersonik selama parade militer tahun 2019 di Beijing
Kendaraan militer yang membawa rudal hipersonik selama parade militer tahun 2019 di BeijingFoto: Reuters/J. Lee

Jenderal Mark Milley yang menjabat sebagai ketua Kepala Staf Gabungan di Pentagon Rabu (27/10) menyatakan, Cina telah membuat kemajuan signifikan dalam sistem senjata hipersonik.

Milley adalah pejabat tinggi militer AS pertama yang memberikan konfirmasi kesuksesan uji coba senjata hipersonik Cina tersebut.

"Apa yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari sebuah uji coba sistem senjata hipersonik. Dan itu sangat mengkhawatirkan,” ujar Milley kepada Bloomberg TV. Dia juga membandingkan uji coba itu dengan terobosan "Sputnik” Uni Soviet selama era Perang Dingin.

"Saya tidak tahu apakah ini seperti momen Sputnik, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu,” ujar sang jenderal.

Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan ASFoto: Semansky Patrick/abaca/picture alliance

Seperti diketahui, Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik ke luar angkasa pada tahun 1957. Terobosan ini mengejutkan AS dan memicu kekhawatiran bahwa negara itu telah tertinggal secara teknologi dalam perlombaan senjata yang semakin cepat.

Senjata hipersonik

Pernyataan Milley ini muncul hanya beberapa hari setelah surat kabar Inggris, Financial Times, melaporkan, pada bulan Juli lalu, militer Cina telah meluncurkan senjata hipersonik berkemampuan nuklir ke udara. Senjata tersebut berhasil mengorbit bumi sebelum masuk kembali ke atmosfer. Meski begitu, senjata tersebut dilaporkan meleset dari sasaran uji yang ada di Cina.

Rudal hipersonik dirancang untuk melesat lebih dari lima kali kecepatan suara pada lintasan terbangnya. Hal ini membuat rudal jenis ini lebih sulit untuk dideteksi dan diintersepsi.

Ilustrasi senjata hipersonik yang sedang dikembangkan oleh ASFoto: Raytheon Missiles & Defense/Handout/Reuters

Berita tentang kemajuan Cina dalam perlombaan senjata baru ini pun disambut kekhawatiran di AS.

AS yang saat ini juga tengah mengerjakan senjata hipersonik-nya menurut Milley belum sampai pada skala pengujian senjata yang telah dicapai Cina.

"Yang terjadi ini adalah peristiwa teknologi yang sangat signifikan, dan itu menjadi perhatian kita semua,” kata Milley.

Di sisi lain, Cina telah membantah uji coba yang mereka lakukan bukanlah untuk keperluan senjata, tapi untuk menguji sebuah pesawat ruang angkasa.

Ancaman stabilitas di kawasan?

Juru bicara Pentagon John Kirby pada Rabu (27/10) menolak untuk mengonfirmasi tes senjata hipersonik yang dilakukan Cina tersebut. Ia hanya mengatakan, setiap perkembangan besar yang muncul dari kemampuan militer Cina, "tidak banyak membantu mengurangi ketegangan di Kawasan dan sekitarnya.”

Ketegangan antara Washington dan Beijing memang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. AS menilai Cina terlalu ambisius memperluas pengaruhnya di Pasifik yang pada akhirnya membuat sekutu utama AS di kawasan terganggu.

Selain Cina, beberapa negara lainnya seperti AS, Rusia, dan Korea Utara juga sejatinya telah menguji teknologi hipersonik. Namun, pengujian yang dilakukan oleh Cina awal tahun ini disebut memiliki jangkauan yang lebih jauh.

gtp/as (AP, AFP, Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait