Jenderal Sisi Didorong Jadi Presiden
24 Oktober 2013Jenderal Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan presiden pertama Mesir -yang terpilih secara demokratis Mohamed Mursi -- yang didukung oleh kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin.
Sejak itu Mesir, yang transisi politiknya berulang-ulang mengalami sandungan, diguncang setiap hari oleh berbagai aksi protes, pemboman dan bentrokan yang menyebabkan ratusan orang tewas akibat kekerasan sipil terburuk dalam sejarah modern bangsa itu.
Kembalinya militer ke kekuasaan akan menjadi peringatan bagi kelompok hak asasi manusia dan sekutu Barat seperti Amerika Serikat, dan memancing lebih banyak kekerasan dari para musuh al-Sisi.
Namun para pejabat militer, selama tiga bulan terakhir lewat berbagai pertemuan, mengungkapkan kepada Jenderal Sisi, ketakutan mereka terkait pergolakan politik yang kini terjadi, demikian dikatakan berbagai sumber di kalangan pejabat militer.
“Kami mengatakan kepada dia bahwa kita perlu menjaga stabilitas. Dia dibutuhkan oleh Mesir dan rakyat mencintai dan menginginkan dia. Di samping itu, siapa lagi yang bisa maju selain dia? Tak ada orang yang sepopuler dia,” kata seorang pejabat angkatan bersenjata yang tidak bersedia diungkapkan namanya.
Sejak militer mengambilalih, berbagai kelompok hak asasi manusia telah menuduh bahwa pasukan keamanan telah melakukan pelanggaran yang semakin meluas. Ratusan Islamis terbunuh dalam berbagai protes dan bentrokan dan ribuan orang dipenjara, termasuk Mursi dan para pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya.
Pendirian Sisi berubah
Kini Sisi muncul sebagai tokoh populer. Poster dirinya bersama para pahlawan militer Mesir di masa lalu yang kemudian menjadi presiden, tersebar di mana-mana. Cokelat dengan bentuk wajah Sisi dan perhiasan bergambar Jenderal itu, kini dijual di jalan-jalan.
Banyak orang Mesir percaya al-Sisi akan menang jika maju dalam pemilihan presiden.
Seorang Mayor militer menegaskan bahwa dia dan banyak kawan-kawannya mendukung al-Sisi.
“Kami tidak bersepakat dalam soal politik sepanjang waktu. Kami punya pandangan berbeda di bawah Mubarak dan di bawah Mursi, tapi sekarang kami disatukan oleh al-Sisi,“ kata dia.
Dalam sejumlah wawancara di media massa, al-Sisi mengirimkan sinyal beragam terkait pencalonan dirinya, awalnya ia mengatakan tidak ingin mencari kekuasaan, tapi baru-baru ini ia mengatakan bahwa kemungkinan itu masih terbuka.
Sejumlah pejabat militer mencatat bahwa al-Sisi kini lebih menerima ide mengenai pencalonan dirinya sebagai presiden, dibanding sebulan yang lalu.
“Sebelumnya ia (Mursi) bilang ‘tidak mungkin‘. Kini ia bilang ‘Mari kita tunggu dan lihat… jika itu yang dibutuhkan negeri dan diinginkan rakyat, kita tidak bisa mengecewakan mereka,” kata seorang pejabat militer lainnya mengutip ucapan Mursi.
“Hingga kini ia tidak memberikan jawaban langsung tentang apakah ia akan maju tapi bisa kami katakan bahwa ia mendengarkan kami dan tidak menolak gagasan itu.“
Sisi Mania
Jenderal Sisi muncul di stasiun TV Nasional pada malam ketika ia menjatuhkan Mursi, 3 Juli lalu dan mengumumkan rencana politik untuk menyelenggaran pemilihan umum yang dipercepat pada awal tahun depan.
Pemerintahan sementara telah memilih 50 anggota komite untuk menulis ulang konstitusi yang telah disahkan melalui referendum tahun lalu.
Angkatan bersenjata, yang mempunyai perwakilan di komite itu, telah menekankan perlunya hak-hak istimewa bagi angkatan bersenjata, antara lain kewenangan untuk memilih menteri pertahanan, demikian dikatakan anggota komite tersebut.
Sisi yang adalah bekas kepala intelijen di era Mubarak, telah mengatakan bahwa ia akan menjauh dari urusan negara. Tapi ia secara rutin mengadakan pertemuan dengan para pejabat Mesir dan Arab.
“Saya cemas dengan kemungkinan kembalinya militer ke kekuasaan, sebagaimana tanda-tanda yang saya lihat di jalan-jalan. Tentara akan entah mengajukan kandidat secara langsung atau mendukung salah seorang calon,” kata aktivis hak asasi manusia Gamal Eid, yang menggambarkan sosok Sisi sebagai seorang “politisi sungguhan”.
Banyak orang melihat militer sebagai satu-satunya pilihan. Kalangan liberal dan kiri sangat terpecah dan lemah, membuat mereka gagal membangun pengaruh di akar rumput. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengatakan bakal mendukung al-Sisi sebagai presiden.
Seorang aktivis liberal muda menggalang kampanye petisi yang telah ditandatangani oleh 15 juta orang yang mendesak Sisi untuk maju menjadi presiden.
Saad Eddin Ibrahim, seorang aktivis terkenal yang menghabiskan bertahun-tahun hidup di penjara pada masa Mubarak, mendukung kampanye itu dan menggambarkan Sisi sebagai “penyelamat dari kegalapan“.
Meski jumlah penandatangan petisi itu sulit diverifikasi, tapi popularitas Sisi bisa dirasakan di sudut-sudut jalan Mesir.
“Saya cinta al-Sisi, maju atau tidak, ia tetap presiden saya. Ia muda, tangguh dan juga saleh. Ia (punya kualitas) seperti semua orang Mesir yang disatukan (dalam satu orang),” kata Mona Ahmed, seorang ibu rumah tangga berusia 63 tahun.
Sisi, 58, sering dibandingkan dengan perwira tentara – yang kemudian menjadi presiden—yakni Gamal Abdel Nasser, seorang nasionalis popular yang menggulingkan monarki yang didukung Inggris pada tahun 1952.
ab/ap (rtr,afp,ap)