Jepang Akan Pasang Anti Rudal, Antisipasi Serangan Korut
7 Desember 2020
Sempat batal pada bulan Juni silam, Jepang akan memasang sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di kapal-kapal perang mereka. Hal ini bertujuan untuk menangkis rudal yang mungkin diluncurkan Korea Utara.
Iklan
Sempat dibatalkan pada pertengahan tahun ini, Jepang kembali berencana memasang sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di kapal-kapal perang mereka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan mereka untuk mengantisipasi peluncuran rudal balistik yang dilakukan Korea Utara. Demikian diberitakan media lokal surat kabar Asahi.
Seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa pemerintahan di bawah pimpinan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga akan menyetujui rekomendasi yang telah diajukan Dewan Keamanan Nasional sebelum akhir tahun ini, meskipun keputusan soal jenis kapal hingga besaran anggaran baru akan dibahas tahun depan.
Pemasangan sistem radar Aegis baru di atas kapal bisa menghabiskan biaya dua kali lipat dan membutuhkan waktu tiga tahun lebih lama dibandingkan pemasangan sistem radar yang berada di darat.
Dikutip dari kantor berita Reuters, pemasangan sistem radar ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun.
Nantinya sistem terbaru ini akan memiliki setidaknya jangkauan tiga kali lebih luas dibandingkan sistem sebelumnya. Kapal-kapal perang Jepang dapat menggunakan interseptor rudal untuk menargetkan rudal balistik di area sub-orbit yang diluncurkan oleh Korea Utara atau musuh potensial lainnya, seperti Cina dan Rusia.
Terkait hal ini, juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman enggan berkomentar.
Begini Bentuk Kapal Induk Baru Jepang
Jepang meluncurkan kapal induk helikopter kedua yang diberi nama "Kaga." Bersama kapal induk serupa, "Izumo," Jepang kini memiliki dua kapal perang yang menggandakan daya tempur negeri pasifis tersebut.
Foto: Reuters/T. Hanai
Alat Perang Pasifisme
Raksasa samudera sepanjang 248 meter ini diluncurkan dari sebuah galangan kapal di Yokohama. Setidaknya 520 serdadu akan ditempatkan pada kapal induk helikopter tersebut. Sejak Perang Dunia II konstitusi Jepang yang menganut ideologi Pasifisme sebenarnya melarang keberadaan angkatan bersenjata. Sebab itu militer Jepang menyebut diri sebagai "Angkatan Pertahanan."
Foto: Reuters/T. Hanai
Duet Kaga dan Izumo
Proses pengerjaan kapal "Kaga" dan "Izumo" berlangsung selama delapan tahun. Kedua kapal induk helikopter itu digerakkan oleh mesin Diesel. Menurut media pemerintah di Tokyo membayar 1,2 miliar Dollar AS atau sekitar 16 triliun Rupiah. "Kaga" diambil dari nama provinsi Jepang di pulau Honshu.
Foto: Reuters/T. Hanai
Kapal Perang buat Tujuan "Kemanusiaan"
Dengan dua kapal induk tersebut Jepang mengaku ingin meningkatkan kapasitas dan daya angkut personal atau barang bantuan kemanusiaan, seperti untuk bencana alam. "Kami bisa menyumbang lebih banyak untuk kegiatan humaniter," kata Menteri Pertahanan Takayuki Kobayashi.
Foto: Reuters/T. Hanai
Kapal Multiguna
Landasan pacu Kaga memungkinkan lima helikopter untuk mendarat atau terbang pada waktu yang bersamaan. Meski berstatus kapal induk helikopter, sejumlah pakar militer meyakini landasan pacu Kaga juga didesain agar bisa menampung jet tempur termutakhir.
Foto: Reuters/T. Hanai
Ancaman Cina
Kaga dan Izumo masing-masing bisa menampung 28 helikopter berukuran sedang atau 14 helikopter berukuran besar. Termasuk dalam sistem pertahanan adalah 7 helikopter yang didesain khusus untuk menghancurkan kapal selam. Fitur tersebut dianggap mendesak untuk mendeteksi kapal selam Cina dengan lebih efektif.
Foto: Reuters/T. Hanai
Berdesain Ganda
Tahun 2010 Forecast International melaporkan sejumlah fitur desain Kaga mampu menampung pesawat tiltrotor sayap tinggi V-22 Osprey atau bahkan jet tempur generasi kelima AS, F-35 Lightning II. Sifatnya yang tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang dan mampu mendarat secara vertikal membuat F-35 cocok untuk dioperasikan di atas Kaga.
Foto: Reuters/T. Hanai
Bayang Gelap Sejarah
Namun begitu pemilihan nama "Kaga" dianggap kontoversial. Pasalnya nama serupa pernah digunakan untuk kapal induk Jepang yang mulai aktif sejak 1928 dan terlibat dalam serangan Pearl Harbor. Kapal tersebut dikaramkan militer AS pada Perang Midway, Juni 1942.