1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikJepang

Jepang Hadapi Ketidakpastian Politik setelah Pemilu

30 Oktober 2024

Partai Demokrat Liberal (LDP) yang telah lama mendominasi Jepang mengalami kekalahan telak dalam pemilu parlemen hari Minggu, 27 Oktober 2024. Perdana Menteri Shigeru Ishiba harus mencari sekutu politik baru.

PM baru Jepang, Shigeru Ishiba, memberi hormat kepada pejabat partai LDP setelah ia memberikan konferensi pers di Tokyo, Jepang, 28 Oktober 2024.
PM baru Jepang, Shigeru Ishiba (LDP)Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS

Setelah hasil pemilu Jepang menjadi jelas, Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba mengatakan para pemilih telah memberikan "penilaian yang berat" kepada partainya. LDP kehilangan 65 kursi dan hanya memperoleh 191 kursi, jauh di bawah 233 kursi yang dibutuhkan untuk memperoleh mayoritas mutlak di parlemen. Mitra koalisinya, Komeito, kehilangan delapan dan hanya memperoleh 24 kursi.

"Jelas bahwa para pemilih sangat frustrasi dan marah atas skandal politisi LDP yang mengumpulkan dana gelap dalam jumlah besar," kata Hiromi Murakami, profesor ilmu politik di Temple University, Tokyo.

Partai oposisi utama CDP menambah 50 kursi sehingga kini menguasai 148 kursi. Tapi LDP tetap menjadi fraksi terbesar di parlemen, sekalipun tanpa mayoritas mutlak. Kemerosotan LDP memang sudah diduga, karena banyak politisinya yang terlibat skandal.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Puluhan politisi dan akuntan LDP terlibat dalam skandal yang mencuat tahun lalu dan melibatkan sekitar 600 juta yen (sekitar USD3,93 juta) dalam bentuk pendanaan politik yang tidak terdokumentasi, suap, dan pendapatan yang tidak dilaporkan. Masalah itu kemudian memaksa mantan Perdana Menteri Fumio Kishida mengundurkan diri.

"Saya pikir itu merupakan faktor yang signifikan. LDP gagal memahami kedalaman perasaan orang-orang tentang masalah tersebut," kata Hiromi Murakami.

Dari 46 politisi yang terkait dengan skandal dana gelap itu, 28 orang kehilangan kursi mereka dalam pemilihan hari Minggu. Ishiba sekarang berjanji untuk melaksanakan "reformasi mendasar" di partainya dan untuk menangani korupsi.

Japan's snap election backfires on ruling party

02:16

This browser does not support the video element.

Oposisi bangkit

Yoshihiko Noda, pemimpin CDP, punya ambisi besar. Dia mengatakan akan terus menekan LDP sampai menjadi partai minoritas. Dia juga menuntut agar setiap politisi yang terlibat dalam skandal tersebut untuk hadir di hadapan komite etik parlemen Jepang, Diet.

Dengan tidak adanya partai dominan di parlemen, adu kekuasaan di Diet bisa membuat parlemen lumpuh untuk beberapa waktu. Partai-partai kecil, sebagian besar berhaluan populis sampai ekstremis,  sekarang punya peluang untuk menentukan arah pemerintahan.

Salah satu partai kecil ini adalah partai sayap kanan Sanseito, yang menentang vaksinasi COVID dan sekarang menuntut peningkatan tajam dalam anggaran pertahanan, larangan pernikahan sesama jenis, dan reformasi pendidikan untuk mempromosikan nilai-nilai tradisional Jepang.

Pemimpin partai oposisi CDP, Yoshihiko NodaFoto: The Yomiuri Shimbun/AP/picture alliance

Partai-partai sayap kanan bermunculan

Partai kecil lain adalah Partai Konservatif Jepang, yang baru dibentuk pada September 2023 dan sekartang berhasil merebut 3 kursi.

Yoichi Shimada, pensiunan akademisi, memenangkan salah satu kursi dalam pemilu untuk Partai Konservatif. Dia mengatakan telah mengalihkan kesetiaan politiknya dari LDP karena partai itu telah menjadi terlalu "lemah".

"Setelah kematian tragis [mantan Perdana Menteri] Shinzo Abe, kesan saya adalah bahwa LDP telah menjadi lebih liberal," katanya kepada DW.

Yoichi Shimada mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan LDP dalam hampir segala hal, mulai dari mendorong pengembangan sumber energi hijau hingga cara sejarah diajarkan di sekolah-sekolah Jepang.

"Salah satu alasan saya memutuskan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan ini adalah karena saya ingin membawa perubahan dalam suasana politik di Jepang dari sisi konservatif," katanya.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait