1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang Ingin Tingkatkan Hubungan dengan Uni Eropa

13 Juli 2023

PM Jepang Fumio Kishida berkunjung ke Eropa untuk ambil bagian dalam KTT NATO dan KTT Uni Eropa-Jepang. Dia akan menggunakan perjalanan untuk melawan pengaruh Cina di Indo-Pasifik, kata pengamat.

PM Jepang Fumio Kishida
Foto ilustrasi kunjungan luar negeri PM Jepang Fumio KishidaFoto: Shuhei Yokoyama/Yomiuri Shimbun/AP Photo/picture alliance

Jepang dan Uni Eropa (UE) akan meningkatkan perdagangan dan berbagi teknologi maju dengan lebih baik. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida diperkirakan akan menandatangani sejumlah perjanjian ketika menghadiri KTT UE-Jepang di Brussels pada 13 Juli.

Kedua belah pihak percaya, mempererat kerja sama sangat penting karena meningkatnya kekhawatiran tentang tantangan yang ditimbulkan oleh Cina terhadap sistem politik dan perdagangan global. Juga perbedaan yang semakin mencolok antara Beijing dan AS serta sekutunya, termasuk Tokyo, di sejumlah bidang seperti akses ke sumber daya alam dan teknologi mutakhir.

Kekhawatiran besar lain adalah masalah keamanan, yang akan menjadi agenda utama di KTT UE-Jepang. "Target utama Kishida pada kunjungannya ke Timur Tengah dan Eropa adalah untuk mengurangi ketergantungan Jepang pada Cina untuk perdagangan dan sumber daya alam, tetapi, pada saat yang sama, meyakinkan para pemimpin Eropa tentang ancaman yang ditimbulkan Beijing terhadap keamanan global," kata Go Ito, profesor hubungan internasional di Universitas Meiji Tokyo.

"Jelas Eropa fokus pada apa yang terjadi di Ukraina saat ini, tetapi Kishida akan menggunakan kunjungan itu untuk mengingatkan para pemimpin bahwa banyak hal sedang terjadi di Asia saat ini, seperti kebijakan ekspansionis Cina, perebutan pulau-pulau di Lauit Cina Selatan, persekutuannya yang berkembang dengan Rusia dan hubungannya dengan Korea Utara," kata Go Ito kepada DW.

Tantangan di Indo-Pasifik

Baik Jepang dan UE telah mencapai sejumlah kesepakatan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk nota kesepahaman awal bulan ini tentang berbagi informasi soal pasokan dan permintaan logam dan mineral langka.

Bahan-bahan ini sangat penting untuk berbagai teknologi canggih, termasuk kendaraan listrik dan turbin angin. Kesepakatan itu juga menyerukan kerja sama dalam penelitian dan pengembangan pertambangan dan pemurnian mineral tanah jarang dan peningkatan rantai pasokan untuk sumber daya tersebut.

Kesepakatan tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah Cina mengumumkan bahwa mereka memberlakukan pembatasan ekspor logam langka galium dan germanium, yang antara lain digunakan dalam chip komputer, peralatan serat optik, dan kacamata penglihatan malam.

Pada tahun 2022, Cina menyumbang sekitar 70% dari produksi tambang mineral tanah jarang dunia, dan kekhawatiran kini muncul, bahwa Beijing akan membatasi ekspor untuk merusak saingan ekonomi atau politiknya. "Kami telah melihat ancaman tersirat semacam ini untuk beberapa waktu dan ini adalah situasi yang sedang berlangsung," kata Robert Dujarric, co-direktur Institute of Contemporary Asian Studies di Temple University, Tokyo.

"AS dan Jepang telah membatasi ekspor peralatan berteknologi tinggi dan semikonduktor ke Cina, sehingga ini bisa dilihat sebagai pembalasan atas kebijakan itu," katanya. "Jepang bekerja keras untuk mengurangi ketergantungannya pada ke Cina dan risiko yang ditimbulkannya, jadi hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara Eropa sangat masuk akal."

MOU serupa telah ditandatangani khusus untuk semikonduktor, termasuk pembentukan mekanisme untuk berbagi informasi dengan cepat guna menghindari gangguan rantai pasokan, jika terjadi bencana alam atau masalah politik.

Jepang bangun aliansi luas

Tokyo menawarkan kerja sama dan lebih banyak perdagangan dengan Eropa, kata Go Ito, tetapi pertimbangan utama di belakang langkah itu adalah Cina. "Sama seperti Tokyo yang antusias dengan keanggotaannya di G-7 dan bekerja keras untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan NATO, Jepang melihat UE sebagai mitra di Pasifik,” katanya. "Dan Kishida pasti akan menekankan pentingnya kemitraan militer yang lebih dekat dengan negara-negara Eropa."

Di Brussels, PM Jepang akan bertemu dengan Charles Michel, presiden Dewan Eropa, dan Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa. Para pemimpin kemungkinan akan berjanji untuk meningkatkan frekuensi latihan militer multinasional di Pasifik dan membantu negara-negara mitra di Asia Tenggara untuk meningkatkan kemampuan keamanan maritim mereka.

Tema lain dalam agenda termasuk pengembangan kemampuan luar angkasa serta langkah bersama untuk mencegah serangan dunia maya dan disinformasi.

"Jepang akan memperjelas bahwa mereka memberi dukungan yang berkelanjutan untuk Ukraina, sebagian karena Jepang berharap bahwa mendukung Eropa dan AS sekarang akan berarti bahwa negara-negara tersebut akan membantu Jepang, jika hal terburuk terjadi di Pasifik dan konflik mengancam stabilitas di kawasan,” kata pengamat politik Robert Dujarric.

(hp/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait