Jepang kirim dua pesawat intai TC-90 ke Filipina untuk perkuat sistem keamanan maritim di Laut Cina Selatan. Konflik perebutan wilayah teritorial, memicu Tokyo mendekat ke Manila untuk menghadapi tekanan Beijing.
Iklan
Dua pesawat pengintai buatan Jepang TC-90 itu merupakan pinjaman buat Filipina dari seluruhnya 5 unit pesawat serupa. Konflik Laut Cina Selatan menjadi pemicu pengiriman bantuan perangkat mata-mata dari kementrian pertahanan Jepang untuk angkatan laut Filipina itu.
Jepang Kirim Pesawat Pengintai ke Filipina
00:46
Menteri pertahanan Jepang, kenji Wakamiya menegaskan saat serah terima pesawat: "Filipina berlokasi di jalur laut dekat Jepang dan secara geo politik adalah negara yang amat penting bagi kami. Di saat kami menghadapi isu terkait di Asia-Pasifik, termasuk konflik di Laut Cina Selatan, kerjasama dengan Filipina di bidang keamanan dan stabilitas regional kini juga makin signifikan."
Untuk misi non-militer
Rekan sejabatnya dari Filipina, Delfin Lorenzana dalam kesempatan penandatanganan kerjasamanya menegaskan, pesawat pengintai dari Jepang itu dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pengamanan maritim negaranya.
Kekuatan Militer Cina
Baru-baru ini Cina meningkatkan anggaran pertahanan. Kebijakan itu dinilai sebagai persiapan Beijing atas konflik di Laut Cina Selatan. Cina sejak lama berambisi menguasai jalur dagang paling gemuk di dunia itu.
Foto: Reuters
Berjuta Serdadu, Minim Pengalaman
Cina yang memiliki hampir dua juta serdadu tercatat sebagai kekuatan tempur terbesar di dunia. Ditambah dengan usia generasi muda yang mencapai usia wajib militer setiap tahun sebesar 19 juta orang, Beijing tidak pernah kekurangan serdadu. Kelemahan terbesar Cina adalah pengalaman. Sebab itu Beijing kini mulai mengirimkan tentaranya ke berbagai misi PBB di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Pesawat Tempur
Saat ini sekitar 2500 pesawat tempur dimiliki oleh Angkatan Udara Cina. Kebanyakan berasal dari produksi dalam negeri yang mencontoh jet tempur Rusia, seperti Sukhoi Su-27 dan Su-33 untuk Angakatan Laut. Tapi baru-baru ini Cina menuntaskan produksi pesawat tempur siluman J-31. Kehadiran jet besi berwarna hitam ini membuat banyak negara Asia mempertimbangkan membeli pesawat siluman F-35 dari AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Meriam Api
Militer Cina dilengkapi dengan 1770 sistem peluncur roket dan sekitar 6000 meriam artileri. Tapi bukan itu yang membuat Tentara Pembebasan Rakyat Cina ditakuti, melainkan roket berhulu ledak nuklir yang dimilikinya. Dari sekitar 400 roket peluncur, Cina memiliki 20 Peluru kendali balistik antar benua, Dongfeng 5, yang berdaya jelajah 13.000 kilometer.
Foto: Getty Images
Kendaraan Lapis Baja
Setelah Rusia, Cina adalah negara ke-dua di dunia yang paling banyak memiliki kendaraan tempur lapis baja. Saat ini jumlahnya sekitar 10.000 unit. Tidak jelas berapa yang masih layak tempur. Namun Main Battle Tank teranyar milik Cina, yakni Tipe 99, diakui oleh berbagai pakar sebagai satu dari 12 tank tempur terbaik di dunia.
Foto: Getty Images
Kapal Induk Liaoning
Sejak beberapa tahun lalu Cina akhirnya memiliki kapal induk sendiri yang berasal dari kelas Admiral Kutznesov bernama Liaoning. Dalam sebuah ujicoba di Laut Cina Selatan, kapal berbobot 61 ribu ton ini mengangkut pesawat tempur Shenyang J-15 yang mirip Sukhoi Su-33, serta helikopter pengangkut Rusia Kamov Ka-31. Kehadiran Liaoning dianggap menegaskan ambisi Beijing menguasai Laut Cina Selatan.
Foto: Reuters
5 foto1 | 5
Namun Lorenzana menegaskan, pesawat bantuan Jepang tidak akan digunakan untuk operasi militer. Melainkan hanya untuk missi pengintaian serta bantuan humaniter serta respon bencana.
Ketegangan di kawasan Laut Cina Selatan belakangan ini terus meningkat, sering klaim Cina atau sebagian besar wilayah peraiaran. Setiap tahunnya, diangkut barang senilai 5 trilyun US Dolar melintasi kawasan perairan strategis tersebut. Jepang dan Filipina juga terlibat konflik perebutan wilayah teritorial di Laut Cina Selatan.
Begini Bentuk Kapal Induk Baru Jepang
Jepang meluncurkan kapal induk helikopter kedua yang diberi nama "Kaga." Bersama kapal induk serupa, "Izumo," Jepang kini memiliki dua kapal perang yang menggandakan daya tempur negeri pasifis tersebut.
Foto: Reuters/T. Hanai
Alat Perang Pasifisme
Raksasa samudera sepanjang 248 meter ini diluncurkan dari sebuah galangan kapal di Yokohama. Setidaknya 520 serdadu akan ditempatkan pada kapal induk helikopter tersebut. Sejak Perang Dunia II konstitusi Jepang yang menganut ideologi Pasifisme sebenarnya melarang keberadaan angkatan bersenjata. Sebab itu militer Jepang menyebut diri sebagai "Angkatan Pertahanan."
Foto: Reuters/T. Hanai
Duet Kaga dan Izumo
Proses pengerjaan kapal "Kaga" dan "Izumo" berlangsung selama delapan tahun. Kedua kapal induk helikopter itu digerakkan oleh mesin Diesel. Menurut media pemerintah di Tokyo membayar 1,2 miliar Dollar AS atau sekitar 16 triliun Rupiah. "Kaga" diambil dari nama provinsi Jepang di pulau Honshu.
Foto: Reuters/T. Hanai
Kapal Perang buat Tujuan "Kemanusiaan"
Dengan dua kapal induk tersebut Jepang mengaku ingin meningkatkan kapasitas dan daya angkut personal atau barang bantuan kemanusiaan, seperti untuk bencana alam. "Kami bisa menyumbang lebih banyak untuk kegiatan humaniter," kata Menteri Pertahanan Takayuki Kobayashi.
Foto: Reuters/T. Hanai
Kapal Multiguna
Landasan pacu Kaga memungkinkan lima helikopter untuk mendarat atau terbang pada waktu yang bersamaan. Meski berstatus kapal induk helikopter, sejumlah pakar militer meyakini landasan pacu Kaga juga didesain agar bisa menampung jet tempur termutakhir.
Foto: Reuters/T. Hanai
Ancaman Cina
Kaga dan Izumo masing-masing bisa menampung 28 helikopter berukuran sedang atau 14 helikopter berukuran besar. Termasuk dalam sistem pertahanan adalah 7 helikopter yang didesain khusus untuk menghancurkan kapal selam. Fitur tersebut dianggap mendesak untuk mendeteksi kapal selam Cina dengan lebih efektif.
Foto: Reuters/T. Hanai
Berdesain Ganda
Tahun 2010 Forecast International melaporkan sejumlah fitur desain Kaga mampu menampung pesawat tiltrotor sayap tinggi V-22 Osprey atau bahkan jet tempur generasi kelima AS, F-35 Lightning II. Sifatnya yang tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang dan mampu mendarat secara vertikal membuat F-35 cocok untuk dioperasikan di atas Kaga.
Foto: Reuters/T. Hanai
Bayang Gelap Sejarah
Namun begitu pemilihan nama "Kaga" dianggap kontoversial. Pasalnya nama serupa pernah digunakan untuk kapal induk Jepang yang mulai aktif sejak 1928 dan terlibat dalam serangan Pearl Harbor. Kapal tersebut dikaramkan militer AS pada Perang Midway, Juni 1942.